Kamis, 01 Maret 2012

Akibat Pesugihan Buaya Muara Cipunagara Oleh

Apabila kamu ingin kaya harta, maka kawinlah dengan anakku, nawang Sari, kamu pasti kaya raya, keluargamu terjamin. tapi pada suatu saat kamu harus ikut kami menghuni alam gaib Muara Cipunagara…..
perlahan-lahan.
“Sudah, istirahat saja dulu. Hidupmu tak akan kaya jika terus seperti ini!” Serunya kepada Sumantri.
Sesaat setelah menarik jalanya yang ternyata kosong lagi, Sumantri menghempaskan jala itu lalu duduk di samping lelaki kurus yang misterius itu. Tak ada rasa curiga sedikit pun dalam hati Sumantri. Mestinya ia berpikir bagaimana lelaki tua itu bisa datang ke delta tanpa diketahuinya.
“Maaf bila kedatangan kakek membuat kamu kaget, kisanak,” ujarnya.
“Di mana rumah kakek?” Tanya Sumantri. “Jauh tak jauh, dekat pun tidak dekat, hanya dibatasi keyakinanmu kisanak,” jawabnya membingungkan.
“Apa maksudnya saya tidak paham apa yang kakek katakan?” Tanya Sumantri lagi.
Lalu lelaki tua itu berdiri, ia menarik tangan Sumantri supaya ikut berdiri di sampingnya.
“Apa yang kamu lihat kisanak di sana!” Ujar kakek itu sambil menunjuk gundukan tanah setinggi tiga meter yang berjarak dua puluh meter di hadapannya.
“Gundukan tanah Aki,” jawabnya sesuai penglihatannya sejak dari dahulu. Si kakek terkekeh lalu berkata lagi.
“Pejamkan matamu, dan buka lagi setelah kusuruh.”

Dengan detak jantung yang kencang, Sumantri mengikuti anjurannya. Kedua matanya dipejamkan beberapa detik, kemudian lelaki tua itu menyuruhnya membuka kembali. Saking kelewat kaget, tubuh Sumantri hampir terjerembab ke belakang. Ya, menurut penglihatannya gundukan tanah itu sudah berubah menjadi sebuah istana nan megah.
“Sekarang apa yang kamu lihat kisanak?”
36
| MISTERI | Edisi 529 2012
Oleh : U. Supratman
NAMANYA SUMANTri, orang-orang Cipunagara
terutama kekosongan imannya. tahu lelaki ini berprofesi sebagai pejala ikan
Ketika terbangun, Sumantri menyadari professional di pesisir pantai Utara Jawa.
ternyata matahari sudah tergelincir ke Sumantri kadang mendapatkan ikan, kepiting
Ufuk Barat. Dalam hati ia mengeluh karena dan udang. Kebanyakan Sumantri menebar
tangkapan ikannya hari itu sangat sedikit. jalanya di muara sungai Cipunagara. Memang
Biasanya saat adzan Ashar ia sudah berada tidak banyak resiko melakukan di muara, tidak
di tempat penjualan ikan, lalu uangnya ia seperti di pesisir laut yang harus berbasah-
belikan kebutuhan sehari-hari. Tapi hari itu basah kena deburan ombak dan hembusan
dengan terpaksa Sumantri terus menebarkan angin laut.
jalanya meski hari sudah mulai gelap. Sumantri Dengan menumpang di atas jukung (perahu
semakin panik manakala ia mendengar suara kecil yang didayung) Sumantri menebarkan
adzan maghrib yang samar-samar di telinganya. jalanya. Tak ada rasa jenuh, karena kejenuhan
Namun tetap saja setiap ia menarik jala itu tertutup oleh resiko hidup yang menghimpit
hasilnya nihil. keluarganya. Jika tidak mendapat ikan, berarti
Sumantri memutuskan tidak akan pulang ia sekeluarga harus menerima resiko kelaparan,
sebelum tangkapannya mencukupi kebutuhan tidak bisa membeli beras. itulah sebabnya
keluarganya. Selepas Maghrib ia memulai lagi setiap hari ia menjerit dalam hati, meminta
menebarkan jalanya, tetapi hanya di pinggiran agar dapat ikan yang banyak. Tapi celakanya
delta. Biasanya pada saat-saat seperti itu Sumantri mengenal Tuhan hanya sebatas mulut
ikan bandeng akan naik ke permukaan untuk saja. ia hanya bisa meminta dan memohon,
memangsa hewan terbang seperti nyamuk sedangkan segala perintah-Nya tidak pernah
yang hinggap di atas permukaan air. satu pun yang ia jalankan.
Sedang berjibaku dengan jalanya, Sumantri Suatu hari, Sumantri menjala ikan di
tak menyadari bahwa lima puluh meter sebelah sungai Cipunagara tak jauh dari sebuah delta
kirinya ada sesuatu yang merayap keluar dari yang luasnya sekitar satu hektar. Delta itu
air. Wujudnya sama besar dan panjang dengan terbentuk akibat endapan tanah yang terus
jukung yang ia gunakan untuk sarana menjala menerus terbawa arus sungai Cipunagara
ikan. Wujud makhluk hitam legam itu terus hingga membentuk sebuah daratan.
merayap ke darat mendekati Sumantri. Tapi Masyarakat setempat menyebut delta itu
Sumantri tak menyadari dan terus menebarkan dengan nama Tanah Timbul. Di delta itulah
jalanya di pinggir delta itu. Sumantri beristirahat untuk melepas lelah.
Tiba-tiba pundak Sumantri ada yang Sumantri menambatkan jukungnya, lalu tidur
menepuk. Tentu saja lelaki kekar itu kaget di bawah rindangnya pohon mangrove untuk
bukan kepalang. Mendadak lututnya lemas menghindari sengatan matahari. ia tidak
seperti tak sanggup menopang berat badannya. menyadari kalau tingkah lakunya itu ada yang
“Kenapa belum pulang kisanak?” Tanya memperhatikan. Ya sesosok makhluk dari alam
orang yang menepuk punggung Sumantri itu. gaib yang tak kasat mata. Makhluk itu tahu
“Belum, belum dapat ikan,” jawab Sumantri kekosongan dan kerapuhan jiwa Sumantri,
sambil tetap menarik tali di ujung jaring
36
| MISTERI | Edisi 529 2012
________________
________________
UAYA
Ujar lelaki tua itu.
“is…. istana aki!” Jawab Sumantri terperangah.
“Mari masuk nak. ini rumah aki,” ajak sang kakek jejadian kepada Sumantri.
Sukar dilukiskan dengan kata-kata gejolak hati Sumantri, melihat kenyataan di hadapannya. Ternyata dirinya tidak sedang bermimpi. Sayang sekali otaknya sudah diliputi pengaruh dedemit muara sungai Cipunagara. Seharusnya kalau dia waras menggunakan logikanya, tidak mungkin ada istana semegah itu berdiri di tengah-tengah muara yang dikelilingi air sungai dan air laut.
Sambil memasuki ruangan demi ruangan Sumantri tak henti-hentinya berdecak kagum melihat dekorasi yang terpajang. Setelah menyusuri lorong demi lorong dan ruangan demi ruangan, lelaki tua itu mengajak duduk di atas tikar daun pandan di ruangan yang cukup luas.
Makanan dan minuman sudah tersaji di atas tikar sebelum Sumantri duduk. rupanya undangan terhadap Sumantri sudah direncanakan sebelumnya, makanya segala sesuatunya sudah tersaji.
“Silahkan dicicipi makanannya kisanak, abah tahu kamu dari pagi belum makan,” titahnya.
Lalu tanpa malu-malu Sumantri melahap hampir semua hidangan yang disajikan di hadapannya. Kakek tua itu hanya tersenyum menyaksikannya. Selesai makan, kakek tua itu memanggil tiga nama. Kedengaran Sumantri, nama-nama tersebut nama-nama perempuan. Lalu dengan hanya hitungan detik, keluar dari sebuah kamar tiga orang wanita. Parasnya nan elok, kulit nan langsat dan badan yang aduhai. Sejenak Sumantri terpana, dengan mulut menganga menyaksikan kesempurnaan di hadapannya. Gelagat Sumantri seperti itu sudah diketahui oleh lelaki tua itu.
“Perkenalkan ini anakku yang paling besar namanya Sulastri, tempat kedudukannya di muara kali Ciasem. Yang kedua namanya Sri rahayu tinggalnya di muara kali Cimanuk dan yang bungsu masih tinggal bersama aki di sini di muara kali Cipunagara. Namanya Nawang Sari. Kedua kakaknya sudah menikah, tinggal yang bungu ini belum,” ujar lelaki tua itu memperkenalkan ketiga anaknya kepada Sumantri.
Sumantri hanya manggut-manggut tak tahu apa yang harus dikatakan. Kedua matanya melotot menatap tajam ke arah Nawang Sari. Terpesona atau memang jiwanya sudah terpengaruh ilmu pelet yang disebarkan para dedemit muara Cipunagara? Entahlah. Sejatinya kekuatan yang tak kasat mata itu sudah mulai bersarang di dalam hati Sumantri.
“Apa yang kamu harapkan soal kekayaan duniawi pasti terpenuhi, apabila kamu mau bersekutu dengan bangsa kami, kisanak,” ujar si kakek kemudian.
“Aku tidak mengerti maksud yang aki
katakan?” Sahut Sumantri polos.
“Ha..ha..ha apabila kamu ingin kaya harta, maka kawinlah dengan anak bungsu aki Nawang Sari, kamu pasti kaya raya, keluargamu terjamin hidupnya!” Papar lelaki tua itu.
“Tapi saya sudah punya istri, aki,” jawabnya terus terang.
“Tidak apa-apa, anakku bangsa lelembut kapanpun atau di manapun kamu ingin menggaulinya pasti datang untuk melayanimu, kisanak,” papar kakek siluman menjelaskan. Singkatnya, malam itu juga Sumantri dinikahkan dengan putri bungsu penguasa muara Cipunagara di alam lelembut. Dan malam pertamapun dilakukan pada malam itu juga di sebuah kamar yang serba mewah, dengan wewangian ruangan tujuh rupa di satukan harumnya. Sejenak Sumantri lupa pada anak istrinya yang ditinggalkan di rumah yang sedang menahan lapar. ingatan Sumantri terfokus pada kecantikan dan kemolekan tubuh Nawang Sari yang berdiri di hadapannya.
Lalu dengan jari-jemari nan lemah gemulai, wanita jejadian itu membuka satu persatu pakaian yang melekat di tubuh Sumantri. Dengan lutut gemetar, mata melotot Sumantri menanti dengan tidak sabar. Namun tiba-tiba Sumantri sedikit terperangah ketika tatapan matanya tertuju ke arah kedua telapak kaki Nawang Sari. Ya, kedua kaki Nawang Sari tidak memiliki jari jemari alias buntung semua kiri dan kanannya. rupanya perubahan mimik Sumantri diketahui Nawang Sari. Lalu dengan lemah lembut dia menerangkan asal muasalnya.
“Kejadiannya sudah lama sekali, ketika aku dengan kedua kakak berenang, tiba-tiba entah dari mana asalnya seekor ikan besar mengejar kami bertiga. Berhubung aku yang paling kecil, kecepatan berenangnya tertinggal di belakang. Dan ikan besar dari laut itu berusaha memangsaku. Untung disaat kritis itu datang bapak yang berusaha menolongku, dengan menyerang ikan itu. Setelah ikan itu kembali ke laut, kedua kaki berlumuran darah, dan setelah diperiksa ternyata jari jemari kedua kakiku hilang dimakan ikan itu.” Nawang Sari mengakhiri kisahnya.
Setelah selesai menjalankan kewajiban sebagai suami istri, Sumantri berpamitan pulang. Tetapi sebelumnya ia dipanggil oleh lelaki tua itu dan duduk di tikar daun pandan itu lagi.
“Coba katakan sekali lagi, apa yang kamu inginkan selama kamu hidup di alam dunia, kisanak?” Tanyanya memohon kepastian jawaban Sumantri.
“Saya ingin menjadi orang kaya, supaya dihargai orang-orang di sekeliling saya, aki,” jawab Sumantri tegas.
“Baiklah kalau begitu, tapi ingat setiap malam Jumat tengoklah di bawah tempat tidur, karena kelanggengan persekutuan kita tergantung penyambutanmu tiap malam Jumat
nanti. Dan harus kau camkan bahwa yang menghabiskan hartamu nantinya itu anakmu sendiri, paham kisanak?” Ujarnya.
“Paham aki,” jawab Sumantri. Lalu lelaki tua jejadian itu memberikan sesuatu kepada Sumantri, yang dibungkus kain berwarna hitam dan berkata seraya tersenyum.
“inilah tanda persekutuan kita kisanak!” Ujarnya.
Sumantri berpamitan sambil memasukan pemberian kakek jejadian ke dalam saku celananya yang sudah kumal. Nawang Sari yang sudah menjadi istri di alam gaib, mengantarkan sampai ke pintu gerbang. Setelah beberapa langkah keluar dari gerbang, cakrawala kembali gelap. Lalu dia menengok ke belakang, alangkah kagetnya ada seekor buaya yang sedang memandangnya.
“Jangan takut, aku istrimu,” serunya. Sepanjang perjalanan pulang ke rumahnya, Sumantri mengingat-ingat kembali apa yang telah dilakukannya di atas Tanah Timbul itu. Bukan penyesalan yang ada di dalam dirinya, tetapi justru keyakinan akan menjadi orang kaya raya karena bersekutu dengan penghuni gaib muara Cipunagara.
Sesampainya di rumah gubuknya keanehan pun terjadi, istrinya yang biasa cerewet menanyakan kenapa tidak pulang sore, yang biasanya dia lakukan sambil marah-marah. Pada pagi itu diam seribu bahasa, malahan penyambutan pun baik dan ramah. Melihat istrinya seperti itu justru bakal memudahkan Sumantri mengadukan kejadian semalam, cuma proses pernikahan dia rahasiakan untuk sementara waktu.
Dengan didampingi istrinya, Sumantri membuka bungkusan kain hitam pemberian sang kakek. Mata suami istri itu terbelalak setelah tahu apa isi dari bungkusan itu. Ternyata isinya bongkahan emas murni sebesar kunyit sebanyak lima buah. Awalnya mereka tidak percaya bahwa itu adalah emas murni, tetapi setelah istrinya menjualnya ke toko emas, dan membawa uang yang cukup banyak dari hasil penjualan emas itu. Sumantri sadar dan yakin akan menjadi orang kaya di kampungnya.
Waktu terus berjalan, bagaikan roda terus berputar. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan dan tahun pun berganti. Sepuluh tahun berlalu dikehidupan keluarga Sumantri banyak perubahan. Anaknya bertambah jadi tiga orang, semuanya laki-laki. Selain anaknya bertambah hartanya juga berilipat-lipat bertambah tiap tahunnya. Bahkan Sumantri dijuluki rajanya empang di pesisir Utara. Hampir lima puluh hektar di tiga desa yang dia miliki. Desa Pangarengan 15 hektar, Legon Kulon 17 hektar dan Tegalurung 18 hektar.
ritual tiap malam Jumat dia lakukan dan usai itu hartanya semakin bertambah saja. Karena setelah selesai melakukan kewajiban suami istri, Nawang Sari mempersembahkan
MISTERI | Edisi 529 2012 |
37
________________
________________
38
| MISTERI | Edisi 529 2012
ritUalpeSUgihan
sesuatu yang berharga, emas murni berserakan di bawah ranjang khusus ritualnya.
Makhluk itu berdiri mengangkang, kakinya tidak menyentuh bumi tapi melayang di atas permukaan Seiring dengan waktu, Kokom sebagai
tanah. Barisan giginya yang besar nampak istrinya mengetahui juga bahwa harta yang didapat selama ini oleh suaminya merupakan hasil dari persekutuan suaminya dengan siluman muara Cipunagara. Toh itu tidak mengganggu keutuhan rumah tangganya,
menyeramkan dengan lidah merahnya yang menjulur panjang. tangan dan kukunya yang panjang nampak makin seram karena kerap kali dihadapkan ke muka Dayat. karena perkawinan suaminya dengan Nawang Sari hanya terjadi di alam lelembut. Bukankah
Oleh : eka Supriatna
masyarakat luas tidak akan mengetahui apa yang dilakukan Sumantri? Demikian pikir
SEBUT SAJA namanya Dayat. Lelaki paruh Kokom.
baya yang memiliki empat orang anak ini Pada suatu malam Jumat, selesai Sumantri
ditemukan tewas di kamar kosong rumahnya menggauli Nawang Sari, wanita siluman buaya
dengan mata melotot dan lidah terjulur. Di itu berkata dengan lemah lembut.
lehernya ada bekas luka lebam yang tidak “Kakang, sekarang kang Mantri sudah
jelas apakah bekas cekikan ataukah tali. kaya raya sudah tiba saatnya nyai pamitan
Di kamar itu sama sekali tidak ditemukan tidak akan menemui kakang lagi. Sudah
benda-benda mencurigakan seperti tali cukup lama nyai mengabdi kepada Kakang,
pengikat atau apapun yang mengindikasikan lima belas tahun bukan waktu yang sebentar.
pembunuhan. Di kamar kosong itu juga Tetapi persekutuan kita terjalin lagi nanti
tidak ada ranjang atau benda-benda yang apabila kakang sudah meninggalkan alam
umumnya ada di sebuah kamar. Kamar itu kasar. Berkumpul lagi dengan anak-anak kita
memang sudah kosong sejak anak sulung di alamku kelak. ingat nyai selalu menanti….”
Dayat pindah mengontrak. Tutur Nawang Sari.
Kamar tempat Dayat tewas itu Sepeninggal wanita siluman tadi, memang
bersebelahan dengan kamar tidur istri dan hari demi hari sangat terasa akibatnya
anak-anaknya. Malam itu Dayat memang oleh Sumantri. Tak ada kekuatan gaib yang
meminta istri dan anak-anaknya untuk tidak membentengi kehidupannya, begitu keropos
mengganggu kegiatannya di kamar kosong membebani. Masalah demi masalah datang
itu, apapun yang terjadi. Kepada istrinya silih berganti. Mulai dari tabrakan mobil
Dayat mengaku hendak meditasi untuk truknya ketika mengangkut ikan bandeng
menenangkan diri sambil mencari ilham. menuju Semarang. Anaknya yang jadi sopirnya
Kegiatan ini bukan kali pertama dilakukan meninggal di tempat kejadian. Selama lima
Dayat. Malam-malam sebelumnya ia pun tahun harta satu-satunya jatuh ke tangan
pernah melakukan hal yang sama. Maka orang lain. Empang di Tegalurung disita Bank,
istri dan anak-anaknya pun pasrah saja karena diagunkan. Sedangkan empang di
ketika Dayat malam itu meminta untuk tidak Legonkulon dan di Pangarengan dipasrahkan
diganggu. pengelolaannya kepada kedua anak lelaki yang
Menurut laporan doker, Dayat tewas lain. Masing-masing sudah berumah tangga.
antara pukul 1.00 sampai pukul 2.00 dini hari. Empang-empang yang dipercayakan
Pada jam itu sebenarnya istrinya belum tidur, pengelolaannya kepada anaknya bukan
tapi tak mendengar kegaduhan atau sesuatu memberikan keuntungan, sebaliknya disita
yang mencurigakan dari kamar itu. istri Dayat oleh para tengkulak dan rentenir. Sebab kedua
baru tahu suaminya meninggal sekitar pukul anaknya sering meminjam uang berbunga
6.00 pagi, itu pun karena ia merasa sudah sebelum masa panen tiba. Ditambah lagi akibat
siang dan boleh membuka pintu kamar itu. pemanasan global permukaan air laut naik,
Alangkah terkejutnya ia manakala melihat separuh yang di Tegalurung habis jadi laut.
suaminya sudah meninggal dalam kondisi Sekarang yang tersisa hanya rumah yang
yang mengenaskan. kumuh, lapuk dan kotor. Terngiang lagi kata-
Dalam kamar itu memang ditemukan kata yang pernah diucapkan kakek jejadian itu.
sesajian berupa kembang berbagai warna, “Hartamu akan habis oleh anak-anakmu!”
kopi, susu, teh manis, hio, kemenyan, rumah pun sudah sering anaknya datang
pedupaan dan benda-benda beraroma menyarankan agar dijual saja untuk modal.
mistik lainnya. Tapi pihak keamanan Nanti Sumantri dengan istrinya ikut salah
menyimpulkan benda-benda itu tak mungkin satu anaknya, atau mengontrak rumah.
bisa mengakibatkan kematian Dayat. Lalu Tetapi Sumantri belum mengijinkan. Sumantri
mengapa Dayat meninggal? ketakutan, hatinya resah di hari tua. Bukan
Semasa hidupnya Dayat pernah sukses karena takut harta tidak tersisa lagi, melainkan
sebagai penjual dan pembeli mobil bekas. takut mati karena kemudian harus bercampur
Dayat memiliki show room mobil meski dengan komunitas gaib siluman buaya di
kecil-kecilan. Di show room itu Dayat juga muara Cipunagara. Juga takut menghadapi hari
menyewakan kendaraannya. Sebagai perhitungan di hadapan Tuhan kelak.
pengusaha kecil, penghasilan Dayat yang
mencapai 6 sampai 8 juta setiap bulan sudah lebih dari cukup. Tapi sayang ia memiliki prilaku buruk yang suka berjudi, mabuk dan main perempuan. Akibatnya sukses yang ia raih dari nol itu hancur berantakan dalam waktu satu tahun saja. Dayat jatuh miskin setelah sepuluh tahun ia berada di atas angin.
Hari itu Dayat datang ke rumahku dengan segala keluh kesahnya. Sebagai sahabat sejak kami masih kanak-kanak, aku tahu betul bagaimana sifatnya. Dayat tak pernah malu mengeluhkan masalah apapun kepadaku, termasuk keadaan keluarganya. Bahkan rahasia pribadinya sekalipun ia keluhkan padaku. Kepadaku ia juga kerap meminta bantuan walau aku sendiri bukan orang kaya yang berlebihan. Aku pun selalu ingat kebaikan Dayat ketika dia masih menjadi orang kaya. ia kerap menolongku jika aku mendapatkan masalah ekonomi.
“Gandi, aku punya rencana ingin melakukan pesugihan di Jampang, Sukabumi,” tuturnya ditengah perbincangan itu.
Aku terkejut mendengar keterus terangannya itu. ini adalah hal paling nekat yang ia ucapkan padaku. Sebelumnya ia memang suka mencari nomor togel ke makam- makam keramat atau ke tempat-tempat wingit. itu aku biarkan saja, tapi mendengar ia ingin bersekutu dengan makhluk halus tentu saja aku melarangnya.
“Ah, gila kau Yat. Semiskin apapun kita jangan sampai melakukan itu,” timpalku cepat.
“Tapi aku benar-benar sudah tak bisa berbuat apa-apa. Aku sudah berusaha bekerja ke mana-mana bahkan kembali menjadi maklar seperti dulu. Tapi susah, tak satu pun yang bisa aku kerjakan yang menghasilkan uang. Aku hanya bergantung pada anak sulungku dan belas kasihan saudara dan teman-temanku. Aku kasihan melihat nasib dan masa depan tiga anakku,” jelasnya setengah memaksa.
“Pokoknya apapun alasanmu aku tidak akan menyetujuinya. Kita masih bisa berusaha yang lebih baik dan halal. Kamu sudah perhitungkan resikonya? Kamu akan jadi korban dan begitu juga keluargamu,” aku kembali menasehatinya setengah membentak.
“Aku memang ragu, makanya aku bertanya padamu. Tapi aku sudah datang ke keramat itu dua kali dan aku sudah melakukan ritualnya dua kali pula. Seperti saran juru kunci, aku juga sudah melakukan ritual dua kali di kamar
________________
________________
MATI AKIBAT PESUGIHAN GOA SETAN
kosong di rumahku. Tinggal satu kali ritual lagi maka aku akan menjadi orang kaya. Aku akan menumbalkan diriku sendiri,” jelasnya lagi.
“Yat, sebagai sahat aku tidak ingin melihatku kembali masuk dalam perangkap setan. Tuhan sudah memberimu kekayaan tapi kau salah gunakan untuk judi, main perempuan dan mabuk-mabukan. itu sudah aku ingatkan berkali-kali padamu tapi kamu juga tidak menggubrisnya. Kali ini aku tidak ingin lagi melihat kamu jadi korban bujuk rayu setan. Coba kamu ceritakan apa kata juru kunci itu soal pesugihannya?” tegasku.
Lalu Dayat menceritakan panjang lebar pengalamannya ke Goa Setan di sebuah lembah di Jampang, Sukabumi, Jawa Barat. ia menemui seorang tua di sana yang membimbingnya melakukan ritual persekutuan gaib dengan makhluk halus penghuni goa itu. Untuk bisa bersekutu dengan makhluk gaib di sana, Dayat harus melakukan ritual sebanyak tiga kali. Dan pada malam ketiga Dayat akan menandatangani perjanjian kontrak dengan setan penghuni goa itu.
Seperti yang diceritakan Dayat padaku hari itu. Malam pertama ia melakukan ritual memang tak terjadi hal yang mengerikan. Di kamar kosongnya itu ia menyediakan segala jenis sesajian sesuai saran si juru kunci. Ada kembang setaman lengkap dengan wewangian. Dupa yang menyala mengepulkan asap kemenyan yang menusuk hidung. Air hitam, putih dan coklat lengkap dengan berbagai jenis buah-buahan.
Pada ritual malam kedua barulah Dayat menemukan hal-hal aneh dan mengerikan. itulah sebabnya ia datang ke rumahku untuk berkeluh kesah itu. Ketika ritual kedua itu, tiba- tiba suasana di kamar Dayat berubah total. ia melihat dirinya tidak lagi berada dalam sebuah kamar. ia sudah berada di Goa Setan yang ia kunjungi itu. Pemandangan dalam kamar itu seketika berubah setelah Dayat merasakan ada angin besar berputar-putar di sekelilingnya. Karena tiupan angin itulah Dayat memejamkan matanya. Dan ketika ia kembali membuka mata, tahu-tahu ia sudah berada dalam Goa Setan itu.
Seperti mimpi, Dayat yang tadinya duduk bersila di atas keramik kamar, kini sudah duduk
di atas batu yang mirip sebuah altar. Sesaat kemudian ia mendengar suara gelak tawa yang bergema di dinding goa. ia tidak tahu dari mana asal suara itu, yang jelas suara itu sangat menakutkan dan membuat Dayat berpikir untuk berlari. Tapi percuma saja ia sudah berada dalam goa itu dan tak tahu harus lari ke mana dalam gelapnya goa.
Belum habis rasa takutnya, Dayat dikejutkan oleh penampakan makhluk tinggi besar yang tiba-tiba saja sudah berada di hadapannya. Makhluk itu berdiri mengangkang, kakinya nampak tidak menyentuh bumi tapi melayang di atas permukaan tanah. Barisan giginya yang besar nampak menyeramkan dengan lidah merahnya yang menjulur panjang. Tangan dan kukunya yang panjang nampak makin seram karena kerap kali dihadapkan ke muka Dayat.
“Hey manusia, apakah kau sudah siap dengan persekutuan ini. Aku menjamin hidupmu akan tenang dan kaya raya sampai batas waktu yang kita sepakati. Jika kamu setuju aku akan datang pada ritual malam ketiga nanti dan kau siapkan darah segar dari ujung jari kananmu,” katanya setengah membentak.
Dayat yang sudah ketakutan sejak pertama kali makhluk itu muncul hanya bisa menjawab dengan anggukan dan kata-kata yang terbata.
“i… iya akan saya penuhi,” jawabnya. “Hahaha….. kalau begitu aku akan pergi dan kembali esok malam menemuimu di tempat ini. Siapkan segala yang aku inginkan dan kau akan menjadi orang kaya. Setelah aku pergi kau pejamkan saja matamu dan kau akan kembali berada di kamarmu.”
Usai mengatakan itu, makhluk tinggi besar itu pun menghilang dalam sekedipan mata. Dayat tinggal sendiri dalam goa itu dikelilingi kegelapan yang menyeramkan. Hanya bunyi binatang malam yang menemani kesendirian Dayat.
Tapi keanehan kembali terjadi sesaat setelah Dayat memejamkan matanya seperti perintah makhluk halus itu. Keadaan kembali berubah, Dayat sudah berada dalam kamar kosong itu lagi. Di hadapannya nampak sesajian yang masih terhampar seperti semula. Tak ada yang berubah dari sesajian itu. Bahkan dupanya pun masih menyala dan mengepulkan asap
putih berbau kemenyan. Artinya perjalanan Dayat ke alam gaib itu hanya sesaat.
Kini tinggallah Dayat sendirian di kamar kosong itu merenungi perbincangannya dengan makhluk gaib tadi. Dalam hatinya, ada rasa takut untuk menjalankan ritual yang terakhir. Tapi di sisi lain, Dayat juga tergiur oleh segunung harta yang ditawarkan oleh makhluk halus itu. Apalagi Dayat juga dikejar hutang dan berbagai keperluan hidup lainnya. Melihat istri dan anak-anaknya yang hidup sengsara Dayat tak rela mereka dihina dan dikucilkan dari lingkungannya.
“Dayat, mendengar ceritamu saja aku sudah merinding ketakutan. Aku membayangkan bagaimana kelak kau harus hidup di tengah makhluk-makhluk halus itu. Kau akan hidup menjadi budak makhluk halus sepanjang umur dunia. Dayat jangan kau lanjutkan ritual itu,” tuturku setelah mendengar Dayat menceritakan pengalaman ritualnya.
“Tak tahulah Gan, aku sendiri bingung,” jawabnya singkat sambil kembali membakar rokok kretek yang aku belikan.
“Jangan bingung, batalkan niatmu itu. Kita masih bisa mencari jalan lain yang lebih baik. Aku sebagai sahabatmu pasti akan membantu,” kembali aku menegaskan agar ia membatalkan perjanjian itu.
Akhirnya setelah ngobrol panjang lebar dengan berbagai perdebatan, Dayat pamit untuk pulang ke rumahnya. Dalam hati aku merasa ada sesuatu yang aneh melihat tatapan mata Dayat saat terakhir kali ia hendak pulang. Dari pintu rumah aku mengantarkanya hingga ke gang kecil di depan rumahku. Langkahnya yang gontai menggambarkan isi hatinya yang galau. Beberapa saat aku melihat sahabatku itu berlalu dengan punggungnya yang sedikit merunduk. Ada rasa khawatir ketika aku terakhir kali melihat punggung sahabatku itu menghilang di tikungan.
itulah hari terakhir aku bertemu dengan Dayat, sahabatku sejak masih kanak-kanak. Esoknya seisi kampung dikejutkan oleh berita kematian Dayat yang mengenaskan. Ada yang mengatakan Dayat bunuh diri dalam kamar kosong di rumahnya. Ada yang mengatakan sahabatku itu mati dicekik jin togel karena kegemarannya mencari info nomor togel. Memang di hadapan mayatnya terhampar berbagai sesajian yang masih utuh. Tapi aku menduga Dayat meninggal karena dihabisi oleh makhluk halus yang ia ceritakan padaku di malam kemarin.
Entahlah, apapun yang menimpa diri sahabatku itu, aku tetap mendoakan agar arwahnya di terima di sisi Tuhan. Semoga segala amal perbuatannya diterima oleh Tuhan. Dan semoga pula segala dosa-dosanya diampuni. Karena hanya Tuhan yang tahu pasti apa yang terjadi dengan Dayat di kamar kosongnya itu.
(Seperti dituturkan Sugandi, Bogor)
MISTERI | Edisi 529 2012 |
Loading