Sabtu, 23 Juni 2012

Memperagakan Kedahsyatan Mustika Mirah Delima (oleh:Goenawan WE)

merah delima
Selama ini telinga kita sering kali mendengar kisah-kisah tentang kehebatan Mustika Mirah Delima, yang katanya harganya bisa mencapai milyaran rupiah ini. Tentu saja bila batu mustika Mirah Delima asli. Cara mengetahui keasliannya, bila batu  dimasukkan ke dalam air bisa tembus cahayanya hingga beberapa gelas. Semakin banyak gelas yang terkena bias warna merahnya, maka diyakini semakin ampuh tuah sang batu, dan tentunya harganya pun semakin terdongkrak.
Mendengar hal seperti ini Kanjeng Djoko tersenyum. “Kalau seperti itu sih mudah, Mas Gun. Mustika Mirah Delima itu bisa diperagakan jauh lebih hanya sekedar begituan,” katanya. Ia pun mengajak Misteri memperagakan keaslian Mirah Delima.
Waktu peragaan mustika Mirah Delima pun akhirnya tiba. Misteri datang bersama beberapa teman, namun oleh Khanjeng Djoko, hanya Misteri sendiri yang diperbolehkan masuk ke ruang khususnya, yang disebut Gedong Pusoko, untuk melihat langsung peristiwa ini.

Dari kalung simbol keraton yang selalu dikenakan Khanjeng Djoko, bandulnya yang berlogo keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat sebesar telur bebek itu dibuka.
“Nah, kebetulan Mirah Delima ini sedang pulang. Biasanya akan kembali ke Gunung Lawu,” jelas Khanjeng Djoko sambil memperlihatkan Mirah Delima yang hanya sebesar biji kedelai, tanpa diikat apapun.
Pertama, ia mengambil gelas berisi air putih. Batu Mirah Delima itu kemudian dimasukkan ke dalam gelas tersebut. Lalu Khanjeng Djoko meditasi untuk berkonsantrasi dialog dengan khodam batu tersebut. Tak lama kemudian terjadi keganjilan, batu itu tiba-tiba seperti zat warna yang terkena air memendar, dan tahu-tahu warna merah naik ke atas dan melingkar, terlihat seperti bendera merah putih.
Selanjutnya, Khanjeng Djoko memerintahkan agar khodam mustika Mirah Delima itu untuk merubah warna, yakni bening, merah, bening dan merah. Ya, air dalam gelas berubah seseuai dengan perintang Khanjeng Djoko.
Misteri terbelalak. Sebuah benda mati seakan-akan mampu hidup menggerakkan atsmanya, benda ini akan mensenyawai pemiliknya dan diperintahkan berbentuk apapun akan terwujud.
Bukan hanya itu, peragaan dilanjutkan. Misteri diminta untuk memegang mustika Mirah Delima Khanjeng Djoko, lalu sang empunya benda langka ini berkata, “Bila tersentuh tangan manusia, hanya 5 menit saja paling lama, bentuk materi mustika ini akan berubah menjadi de-materi.”
Dan itu benar. Setelah berada di atas telapak tangan Misteri, 5 menit kemudian mustika Mirah Delima itu tiba-tiba berubah menjadi semacam asap, dan seluruh ruangan Gedong Pusoko Khanjeng Djoko berubah jadi merah semua. Lalu warna merah itu lama-lama hilang dan berbentuk batu Mirah Delima lagi yang hanya sebesar biji kedelai.
Kepada Misteri, Khanjeng Djoko mengatakan kalau mustika Mirah Delima ini sejatinya adalah putra Prabu Brawijaya VII, atau Brawijaya Pamungkas, yang lahir dari garwa ampilan atau selir saat dalam pelarian dari Majapahit menuju ke Gunung Lawu. Sayangnya, bayi dalam kandungan ini lahir sebelum waktunya atau orang Jawa bilang ‘keguguran’. Makanya oleh Prabu Brawijaya Pamungkas yang waskita ing batin diberi nama Raden Segugur atau sering disebut saja Raden Gugur. Dia juga yang disebut sebagai Khanjeng Sunan Lawu Bagus, yang juga memiliki nama Khanjeng Kyai Paser Dewo Geni. Demikian, khodam di mustika Mirah Delima ini juga bernama Khanjeng Kyai Paser Dewo Geni.
Meski Cuma sebesar biji kedelai, seorang paranormal dari negeri Jiran pernah menawar dengan mas kawin Rp. 5 milyar.
“Mustika seperti ini tidak bisa diperdagangkan. Percuma, akan mokswa,” jelas Khanjeng Djoko.
Bukan Mustika Mirah Delima saja yang diperagakan olehnya. Ada lagi mustika Wesi Kuning. Besarnya hanya sejarum bundel. “Ini juga datang dan pergi. Hakikatnya Wesi Kuning ini adalah isterinya Mustika Mirah Delima, ia adalah Ratu Makhluk Halus yang berkedaton di Goa Ketonggo yang bergelar Kyai Ratu Saloko Domas.
“Khasiatnya untuk kebal senjata apapun!” tegas Khanjeng Djoko.
Satu lagi, berupa Lulang Bo Landoh. Kalau Lulang Bo Landoh ini tak pernah meninggalkan kalung yang dikenakan Khanjeng Djoko.
“Kalau Lulang Bo Landoh ini semua kelemahannya bila ditusuk oleh pisau milik penjual getuk (singkong) maka akan tembus dan ngebardaya perbawanya,” jelas Khanjeng Djoko.
Konon, menurut kisahnya setelah orang Landoh mendapat warisan pusaka Lulang Kebo Landoh milik tokoh desa tersebut yang mati, lalu kulitnya dijadikan jimat, mereka menjadi sombong dan takabur. Maka ada orang suci menyamar sebagai penjual getuk. Orang tua ini dihina dan diajak taruhan, bila pisaunya dapat merobek kulit orang Landoh.
Yang membedakan batu Mirah Delima dengan mustika Merah Delima salah satunya menurut kitab kuno Selo Pepelikan adalah dikatakan bahwa batu Mirah Delima yang tulen (asli) berwarna merah seperti buah delima. Dan bisa jadi bila mustika batu tersebut sudah pernah jadi milik orang lain yang Linuwih, seperti Raja Gung Binathara, orang-orang suci semacam Wali, Aulia, dll.
Cara praktis untuk menguji keaslian batu yang mustika, bagi orang awam cukup dimasukkan dalam gelas akan memancarkan warna semburat kemerahan. Khasiat secara umum, adalah: ora tedas tapak palune padde (kebal), yang memiliki akan ditinggikan derajatnya.
Sayangnya, mustika Mirah Delima ini bisa hilang dengan sendirinya kalau yang merawat gegabah, kotor serta memiliki niat yang buruk, suka zinah dan sebagainya.
Mustika Mirah Delima kabarnya juga bisa digunakan untuk mengobati laki-laki yang cepat keluar maninya bila beradegan ranjang atau lemah syahwat. Caranya, batu Mirah Delima dimasukkan ke dalam gelas berisi air putih dan dicampur dengan bunga Camelia, lalu direndam selama 5 menit. Airnya kemudian diminum.
Sedang bila yang digunakan hanya batu Mirah Delima (bukan mustika) yang diembani emas perendamnya sekitar 1 jam. Dengan cara ini  air mani akan lama keluarnya. Apalagi minumnya teratur setiap jam 5 pagi, akan sangat baik hasilnya.
Menurut sejarah gaib, awal terciptanya Mirah Delima dari pusarnya Shang Hyang Wisnu yang tumbuh bunga  tunjung (teratai). Dari tunjung inilah keluar Shang Hyang Brama, yang kemudian menciptakan jagad raya dengan segala isinya.
Yang perlu diwedar disini kata ‘puser’ yang secara arti harfiah adalah udel (pusar), tetapi yang sebenarnya adalah inti (teleng), lajer (pokok), baku, tuk (sumber), atau babon (induk). Bunga Tunjung, ya, teratai yang juga disebut Taratya, padma, sinjanu, sarasedya, surajaweh, samawi dan kumuda, yang semua itu merupakan rangkaian terjadinya pralampitaning gesang (perlambang hidup).
Dari sinilah Hyang Brama merupakan perlambang Makartining Gesang. Sedang Shang Hyang Wisnu kemudian bergelar Padmanaba atau Pusar Bunga Teratai, yang berarti membuahkan kehidupan (Makartining Gesang). Loro-ning-atunggal (dua tapi satu) senyatanya hidup ada di rasa karena hidup. Ibaratnya madu dan manisnya, matahari dan sinarnya.
Menurut legenda di Sri Lanka, batu Mirah Delima atau Ruby tergolong pada corundum minerals (korund), kerasnya 9, B.J 3.99-4.0. Kata Ruby mulanya berasal dari kata latin ‘ruber’ yang berarti merah. Jika disinarkan dengan cahaya 1 watt ultraviolet akan bercahaya pijar. Jika dipanaskan sampai 1000 celcius, karena terbentuknya batu ini memilih tempat tepat lurus garis lini, yang disebut Aquator atau khatulistiwa. Dan batu Mirah Delima paling banyak ditemukan di tanah Fir’aun (Mesir) dan sekitarnya di Benua Hitam, Afrika.
Mirah Delima senyatanya memang tersusun mengandung zatnya Sang Bagaskara (matahari) yang sangat banyak, sebab terjadinya selalu disinari oleh Shang Hyang Sewangkara, sebab memang tempatnya di Equator. Tergolong selo pepelikan yang keras, hanya di bawah intan.
Kembali legenda Sri Lanka, beberapa kilometer dari bukit karang yang setelah bercabang-cabang menjadi sungai-sungai kecil. Sungai itu kemudian membasahi ladang-ladang di wilayah Amaole, sehingga daerah ini menjadi subur makmur. Suatu hari Bathara Syiwa menyeberangi sungai kecil yang berair jernih ini, sayang tangannya tergores batu karang hingga berdarah. Titik –titik darah ini jatuh di atas pasir-pasir di tepi kali dan menjadi batu Mirah Delima.
Di bumi Nusantara, khususnya Jawa dan Bali, mustika Mirah Delima banyak ditemukan di bekas reruntuhan keraton, umpamanya bekas keraton Majapahit. Keraton pelarian Brawijaya Gunung Lawu (Argo Dumilah) seperti milik Khanjeng Djoko di atas. Khasiatnya bisa digunakan untuk menyembuhkan sakit parah, muntah darah, penyakit yang berasal dari Black Magic, dll. Sebagai pepeling (peringatan/warning leluhur) jangan memakai batu yang retak-retak, buruk efeknya.
Meski tidak mendapatkan mustika Mirah Delima, batu Mirah Delima (Ruby) biasapun menurtu kepercayaan akan memilki khasiat/dorongan aura pemiliknya, yakni: dapat membawa kebahagiaan dalam asmara, menyembuhkan penyakit lemah syahwat (seperti tersebut di atas), membuat pemakai tambah kuat dan bergaya, melindungi diri dari racun dan segala niat jahat (warna berubah-ubah jika ada bahaya), memperluas pergaulan, menghindarkan hujan dan angin ribut, dan bertuah untuk melindungi harta kekayaan. Wallahu A’lamu Bisshawab…!
Loading