Namanya, Guna-guna Gagap Mulut dan
Guna-guna Layu Penis. Keduanya efektif untuk merusak keindahan cinta dan
malam pertama. Dengan Guna-guna Gagap Mulut, mempelai pria tidak akan
bisa mengucapkan ikrar pernikahan. Dan, kejantanannya akan loyo karena
Guna-guna Layu Penis....
Eksistensi ilmu-ilmu gaib
sebaiknya jangan dianggap omong kosong belaka. Seperti yang tumbuh di
kalangan masyarakat Melayu Langkat. Mereka, terutama yang tinggal di
lingkungan pedesaa, pasti mengenal apa yang disebut Guna-guna Gagap
Mulut dan Layu Penis. Biasanya, kedua ilmu gaib ini dipergunakan oleh
mereka yang tidak bertanggungjawab, atau karena sakit hatinya, untuk
“meracuni” pasangan suami isteri pengantin baru. Guna-guna Gagap Mulut
dilancarkan pada hari pernikahan, sedangkan Guna-guna Penis Layu dikirim
menjelang malam pertama atau bulan madu.
Menurut cerita-cerita yang
tumbuh di kalangan masyarakat Melayu Langkat, di zaman dahulu, kedua
jenis guna-guna ini kerap menimpa setiap pasangan pengantin baru. Ada
saja orang yang usil, lalu meminta dukun untuk mengirimkan guna-guna
kepada pengantin baru. Memang, guna-guna ini tidak berlaku pada pasangan
yang sudah lama menikah.
Media yang
dipergunakan untuk mengirimkan Guna-guna Gagap Mulut adalah dengan
mengurung seekor kodok dalam tempurung kelapa. Ada juga yang menggunakan
media berupa tikar bekas. Tikar dilipat kemudian dijahit.
Dengan
media kodok dikurung dalam tempurung kelapa, atau tikar bekas yang
dilipat dan dijahit, maka saat prosesi ijal kabul sang mempelai pria
dijamin tidak akan bisa menjawab ijab dari wali. Lidahnya menjadi kelu
seperti terkunci. Makanya itu disebut Guna-guna Gagap Mulut. Mantera dan
prosesi ritualnya sebenarnya sangat sederhana. Nah, untuk alasan takut
disalahgunakan, maka Penulis sengaja menyimpannya rapat-rapat.
Masih
menurut cerita, di zaman dulu, banyak remaja yang bisa mengerjakan
Guna-guna Gagap Mulut ini. Tapi seiring perkembangan zaman, sekarang ini
ilmu gaib tersebut sudah langka yang menguasainya. Mungkin, hanya
dukun-dukun tertentu saja yang bisa mengerjakannya. Itupun jumlahnya
tinggal beberapa orang saja.
Dengan Guna-guna Gagap Mulut, biasanya
pada saat mempelai laki-laki hendak menjawab ijab lidahnya menjadi
gagap. Meskipun sudah berulangkali diajari oleh penghulu atau naib,
tetapi saja saja dia tidak bisa menjawab ijab.
“Pernah terjadi,
setelah lima jam prosesi pernikahan berlangsung, tapi mempelai laki-laki
tidak juga bisa menjawabnya, dukun kampung diminta bantuannya guna
mengusir pengaruh dari Guna-guna Gagap Mulut,” kata sumber Penulis yang
enggan disebut identitasnya.
Oleh sang dukun, si mempelai pria
dimandikan dengan air yang diambil dari sembilan sumur dan bunga
sembilan warna. Tiap-tiap sumur warga di kampung diambil airnya satu
timba kemudian dikumpulkan dalam satu ember besar.
Sang dukun kampung membacakan mantera. Setelah itu baru air tersebut dipergunakan untuk mandi.
Apakah setelah mandi sang mempelai pria sembuh dari pengaruh Guna-guna Gagap Mulutnya? Ternyata belum.
Mandi
itu hanya membuka jalan menuju tempat kuncian. Proses penyembuhan
berikutnya, sang dukun kemudian mencari kodok yang terkurung dalam
tempurung atau tikar yang sengaja dijahit lipatannya.
Setelah kodok
dilepas dan jahitan tikar ditetas, barulah sang mempelai pria terbebas
dari pengaruh Guna-guna Gagap Mulut. Selanjutnya dia dapat mengucapkan
ijab qabul dan dua kalimah syahadat dengan lancar.
Menurut cerita Pak
Yunus, kakek berusia 77 tahun, kodok yang sengaja dikurung dalam
tempurung kelapa atau tikar dilipat lalu dijahit, sebenarnya hanya
sebagai mediasi agar seperti itulah keberadaan mempelai pria. Dia
seperti berada dalam tempurung kelapa, bingung dan tidak tahu harus
berkata apa, dan mulutnya juga terkunci seperti tikar tadi.
“Yang
bekerja menggerakkan guna-guna ini sebenarnya Jin Kafir. Dengan membaca
beberapa bait manteranya, Jin Kafir itu dapat dipanggil untuk dimintai
bantuannya,” terang Pak Yunus, yang mangaku masih sedikit ingat bacaan
mantera ilmu gaib ini. “Tapi, sebaiknya jangan digunakan. Resikonya
besar,” tegasnya ketika Penulis menyalin mantera dimaksud. Tentu saja
Penulis menyanggupinya.
Masih menurut pengakuan Yunus, dirinya
termasuk salah seorang yang pernah menjadi korban Guna-guna Gagap Mulut
dan Layu Penis. Dikisahkan, saat dirinya menikah di usia 20 tahun, dan
isterinya, Delima, berusia 16 tahun, memang banyak teman sebayanya yang
iri hati. Calon isterinya yang cantik jelita itu diam-diam ditaksir
banyak pemuda di desanya. Ada yang terus terang mengutarakan rasa
cintanya, ada pula yang hanya diam-diam.
Di antara sekian pria yang
menyatakan cintanya, hanya Yunus yang dipilih Delima untuk menjadi
pendamping hidupnya. Pilihan Delima membuat pria yang selama ini
mencintainya menjadi patah hati.
Delima memilih Yunus bukan tanpa
pertimbangan. Pemuda ini selain berwajah tampan, juga sangat rajin
bekerja dan sopan pada orang tua. Orang tua Delima sendiri merestui
pilihan anaknya.
Tanpa diketahui oleh Yunus, ternyata ada Hasan,
salah seorang pemuda kampung yang patah hati. Cintanya yang tulus
ditolak mentah-mentah oleh Delima. Penolakan itu menimbulkan luka yang
sangat dalam.
Ketika hari pernikahan Yunus dan Delima dilangsungkan,
Hasan rupanya meminta Atok Uncu untuk mengguna-gunai Yunus. Permintaan
itu dikabulkan Atok Uncu. Pada saat bersamaan, datang Budin. Pemuda ini
bernasib sama dengan Hasan. Cintanya yang tulus hanya tertepuk sebelah
tangan. Delima menolak mentah-mentah cinta pertamanya. Perasaan sakit
hati mendorong Budin untuk menggunai-gunai Yunus di hari perkawinannya.
Pada
mulanya, Budin berencana ingin mengguna-gunai Yunus dengan Guna-guna
Gagap Mulut. Karena Hasan telah memilihnya, Budin memutuskan untuk
mempergunakan Guna-guna Layu Penis.
Apa yang kemudian terjadi?
Di
hari pernikahan itu, Yunus tampil percaya diri. Ucapan ijab qabul sudah
dihafalnya selama satu minggu lebih. Tapi, keanehan terjadi. Menjelang
lima menit akan dilangsungkan acara akad nikah, tiba-tiba Yunus merasa
ada keanehan dalam dirinya.
Ya, Yunus merasa seolah-olah berada
dalam kurungan penjara. Suasana di sekitarnya terasa gelap dan pengap.
Lidahnya kelu tidak dapat digerakkan. Ketika Naib mengucapkan ijab,
“Yunus, aku nikahkan engkau dengan Delima binti Rustam dengan maskawin
berupa cincin seberat emas empat gram.” Yunus gagap menjawabnya.
“Sa...sa...sa...!” Dia tidak dapat meneruskannya. Ia hanya bisa berkata
seperti itu.
Naib kembali mengulangi kalimat yang sama, Yunus kembali
menjawab gagap seperti jawaban pertama. Hal itu terjadi berulangkali
bahkan sampai ratusan kali. Namun Yunus tetap gagap tidak dapat menjawab
ijab qabul. Badannya basah oleh keringat dingin, dan naib akhirnya
menyerah.
“Yunus...diguna-gunai orang!” komentar, ibunya sedih.
“Siapa yang tega mengguna-gunai Yunus, Makcik?” tanya anak keponakannya.
“Entahlah!” jawabnya.
Karena
keadaan ini akhirnya pelaksanaan akad nikah ditunda. Keluarga mempelai
wanita pergi ke rumah seorang dukun untuk meminta bantuan. Di kampung
itu, penduduk memang tidak sulit mencari dukun yang dapat menghilangkan
pengaruh Guna-guna Gagap Mulut.
Setiap ada kasus seperti ini, Atok
Uncu diduga pelakunya. Karena ialah yang ahli mengerjakannya. Dia yang
membuatnya, dan dia pula yang menyembuhkannya. Semua orang di kampung
ini sudah tahu. Semuanya semata-mata demi uang!
Oleh Atok Uncu,
Yunus dimandikan dengan air berasal dari sembilan sumur dan dicampur
dengan bunga sembilan warna. Selesai melakukan mandi air bunga dan kodok
dalam tempurung dibebaskan, acara akad nikah kembali dilanjutkan. Yunus
merasa segar dan percaya diri. Ijab yang diucapkan wali dapat dijawab
dengan lancar olehnya.
Kedua belah pihak keluarga mempelai merasa
bergembira. Ibu Yunus bahkan melakukan sujud syukur, karena akad nikah
telah terlaksana.
Kedua pasangan pengantin baru telah sah menjadi
suami isteri. Pukul 22.00, tidak ada lagi tamu undangan yang datang.
Suasana di tempat pesta terlihat sepi. Hanya beberapa orang saja yang
masih berjaga-jaga. Pasangan pengantin baru sudah berada dalam kamar.
Delima nampak malu-malu mau. Yunus mulai terlihat nakal. Jemarinya liar
menyentuh bagian tubuh Delima yang sangat sensitif. Delima menepis
tangan suaminya.
“Jangan malam ini, Bang!” rengeknya, manja.
“Kenapa?” tanya Yunus.
“Masih banyak orang. Malu di dengar mereka,” jawab Delima memberikan alasan.
“Mereka semua sudah tidur kelelahan.”
Yunus
tidak memperdulikan permintaan isterinya. Ia semakin agresif seperti
seorang gitaris memainkan senar gitarnya. Delima akhirnya menyerah.
Serangan dari Yunus dibalasnya. Nafasnya naik turun dan dia sudah siap
untuk melakukan permainan yang sesungguhnya.
Tetapi, begitu Yunus
hendak melakukan serangan pertamanya, dia merasakan seolah-olah berada
diatas batang kayu yang licin, dan Mr. P nya seperti daun layu.
Berulangkali dia terpeleset dari atas tubuh Delima, jatuh di sisi kanan
atau sisi kiri tubuh isterinya yang elok itu. Hal ini terus berulang
kali hingga subuh.
Malam itu, Yunus gagal menjalankan kewajibannya
sebagai seorang sumai. Dia kecewa, dan Delima pun sebenarnya merasakan
hal yang sama.
“Abang mungkin diguna-gunai orang!” kata Delima.
“Siapa yang sampai hati mengerjai Abang?”
“Abang
tanya saja pada Atok Uncu saja,” jawab Delima. Dia menyarankan agar
besok pagi pergi ke rumah Atok Uncu. Karena hanya hanya kakek itu yang
dapat menghilangkan pengaruh guna-guna yang dialami Yunus.
Tapi,
Yunus mengabaikan saran dari Delima. Dia berharap malam kedua
perkawinannya tidak lagi mengalami peristiwa seperti malam kemarin.
Ternyata,
Yunus masih juga mengalami peristiwa yang sama. Berulangkali Mr P-nya
harus tergelincir dan terkulai tidak berdaya saat menembus benteng
pertahanan Delima. Yunus menjadi frustasi. Dia seperti seorang petinju
KO di sudut ring.
Guna-guna Layu Penis bisa berlangsung selama
berminggu-minggu. Bahkan bila tidak diobati bisa berlangsung sampai
setahun. Media yang digunakan untuk guna-guna ini adalah seekor kodok
yang sedang birahi.
Setelah ditangkap, kodok jantan diikat kaki
kirinya. Kodok betina berada didepannya. Dibuat jarak agar kelamin kodok
jantan tidak bisa menyentuh kelamin sang betina. Setelah dibacakan
mantera, kodok itu diletakkan dibawah tempat tidur sang dukun.
Kodok
diibaratkan pengantin laki-laki dan perempuan sedang berhubungan intim.
Dalam keadaan kaki terikat, tentu kodok jantan tidak dapat menyalurkan
nafsu birahinya. Demikianlah yang dialami Yunus.
“Kalau aku tidak
menuruti saran isteriku menemui Atok Uncu, mungkin selamanya aku tidak
akan bisa melakukan tugasku sebagai suami,” kenang Pak Yunus dengan
sorot mata menerawang masa lalunya.
Lima puluh tahun kemudian dari
perkawinan mereka berdua menghasilkan sepuluh anak, empat laki-laki dan
lima perempuan. Puluhan orang cucu pun sudah memanggilnya Kakek. Kini,
Yunus dan Delima, isterinya, mencoba menikmati kebahagiaan hidup d ihari
tua dalam kesehajaan.
Menurut cerita Yunus, guna-guna yang dulu
pernah dia alami memang sudah langka. Tidak banyak lagi orang yang
menguasainya. Apalagi guna-guna tersebut bersekutu dengan Jin Kafir yang
menyesatkan.
Tingkat pendidikan masyarakat semakin tinggi membuat
timbul kesadaran untuk berpikir secara realitis dalam menghadapi
kenyataan. Selain itu, di zaman sekarang ini pandangan remaja tentang
cinta sudah bergeser dari cinta suci abadi menjadi cinta materi dan
birahi. Putus cinta, kemudian mencari cinta yang baru menjadi hal biasa.
Berbeda dengan zaman dahulu. Cinta dibawa sampai mati.