Cahaya-cahaya misterius yang kerap muncul dan berterbangan seperti ini kerap disebut sebagai “Pulung Gantung” oleh Masyarakat Gunung Kidul, Yogyakarta
Mitos pulung gantung di Gunung Kidul ,
Yogyakarta sampai sekarang tetap ada. Pulung gantung dipercaya berbentuk
seperti cahaya yang menakutkan dan selalu memakan korban manusia dan
hewan piaraan warga di sekitar kaki Gunung Kidul. Ada yang mengkaitkan
dengan sosok Banaspati? Apa sebenarnya mitos pulung gantung tersebut?
Apakah cahaya aneh yang muncul itu sebenarnya adalah UFO?
Biasanya cahaya aneh itu muncul pada malam hari. Di mana cahaya itu
muncul dan menghilang, dipercaya akan terjadi mala petaka berupa
kematian atau tragedi lainnya. Misteri ini merebak kembali dengan wujud
yang berbeda. Kali ini ratusan kambing milik masyarakat di kaki Gunung
Kidul ditemukan tewas. Ulah siapakah ini?
Tabloid Posmo pernah mengulas mengenai hal ini dari sudut pandang
paranormal. Memang ada pro dan kontra tentang keberadaan pulung kematian
ini. Sebagian kaum muda dan modernis menolaknya. Selebihnya, terutama
golongan sepuh, spiritualis, dan pengikut ajaran banyak yang mempercayai
sebagai keadaan yang buruk. Dipercaya bahwa cahaya pulung yang muncul
akan diikuti dengan peristiwa yang menyedihkan. Lalu bagaimana wujud
sebenarnya pulung maut ini?
Tak banyak tokoh spiritual, budaya, apalagi masyarakat awam yang bisa
menggambarkan dengan jelas wujud pulung itu. Hanya tradisi lisan yang
turun-temurunlah yang menyebut, ia berupa cahaya. Seperti meteor yang
jatuh ke bumi, berwarna merah menyala, terang menyilaukan.
Saat cahaya itu muncul dan tiba di sebuah tempat atau desa maka cahaya
itu makin membesar dan jatuh menghilang. Cahaya pulung ini akan bisa
dilihat dengan mata telanjang dari kejauhan.
Karena gampang dilihat inilah masyarakat sudah bisa menebak, di mana
cahaya maut itu menghilang. Maka keesokan harinya merebak kabar buruk.
Pulung gantung di Gunung Kidul berwujud cahaya hijau kemerah-merahan. Cahaya itu biasanya meluncur dan jatuh meneror manusia.
Munculnya saat sekitar pukul 20.00 WIB, ketika umumnya anak-anak sudah
tidur lelap. Cahaya ini dikatakan simbol kematian dan maut, diyakini
pulung ini mentranformasikan diri sebagai pendorong tindakan nekat.
Apakah ada semacam proses pengendalian pikiran (mind control) atau
seperti yang terjadi di luar negeri, bahwa hal itu ada hubungannya
dengan fenomena UFO?
Lebih jauh lagi, keanehan yang terjadi di kawasan Gunung Kidul ini
ditambah lagi dengan matinya sejumlah ternak dengan cara yang aneh.
Mulanya masyarakat Gunung Kidul menganggap petaka ini hanya kejadian
biasa. Bahkan, ratusan kambing yang mati itu diduga akibat dimakan
serigala hutan.
Namun, sekarang ini warga mulai curiga dan menyebut-nyebut adanya makhluk yang mereka anggap gaib dan disebut sebagai banaspati.
Menurut kepercayaan, makhluk itu bisa berwujud anjing-anjing liar atau
banaspati muncul di malam hari dan sulit ditangkap karena bisa
menghilang secepat kilat.
Peristiwa menyedihkan ini melanda Kelurahan Giri Mulyo, Giri Wungu,
Giri Sekar, dan Kelurahan Giri Purwo Kecamatan Panggang. Sekitar Mei
2001, sedikitnya dilaporkan 200 ekor kambing telah jadi korban.
Kambing-kambing ini lebih dulu diterkam, dihisap darahnya,dan diambil
hatinya.
Umumnya makhluk itu mengincar darahnya saja. Tak hanya kambing, anak
sapi juga menjadi incaran. Namun umumnya masih dapat diselamatkan.
Biasanya kambing yang jadi korban akan habis tanpa sisa. Semua dibunuh
dan dihisap darahnya sampai habis.
Kadang hanya disisakan kepala atau kakinya saja. Terlihat betapa liar
dan hausnya makhluk misterius ini, hingga dikandang kambing itu tak ada
ceceran darah setetes pun. Warga setempat menganggap ini benar-benar
aneh.
Kalau kita mempelajari masalah UFO dan alien, maka mau tidak mau kita
akan berpikir bahwa kasus ini mirip dengan Chupacabras atau mutilasi
hewan (animal mutilation/cattle mutilations) yang juga dikaitkan dengan
kehadiran UFO. Dari data-data yang ada, munculnya cahaya aneh di langit
yang dianggap sebagai pulung, bisa dianggap hal itu merupakan pemunculan
UFO. Secara umum, fenomena yang ada mempunyai kemiripan. Hanya saja,
masyarakat kita menganggap hal ini berhubungan dengan makhluk gaib atau
siluman. Sebagian menyebutnya sebagai siluman gandrong/gerandong.
Lalu benarkah anjing hutan yang menjadi biang keladi dari rentetan
kejadian misterius ini? Kalangan spiritual dan tokoh-tokoh sepuh di
Gunung Kidul menolaknya. Karena kalau hanya hewan biasa tentu tak akan
bersifat musiman. Bisa setiap bulan. Karena sebagai tradisi masyarakat
Gunung Kidul, punya kandang di tengah hutan dan pinggir pantai. Tentu
saja, kalau ini ulah hewan liar pasti setiap saat akan menyerang kandang
yang tak pernah dijaga itu.
Satu lagi fenomena pembunuhan ternak secara misterius dan tak wajar
yang sempat menggegerkan kota Sleman , Yogyakarta beberapa waktu yang
lalu.
Sleman, Tribun – Usai heboh gempa dan tsunami, Daerah Istimewa
Yogyakarta digegerkan oleh kejadian aneh. Binatang buas yang belum
diketahui jenisnya menyerang ternak milik warga di Dusun Sompilan,
Tegaltirto, Berbah, Sleman, DI Yogyakarta, Sabtu (23/9).
Binatang buas itu membunuh delapan ekor kambing dan 14 ekor mentok
dengan mengisap darahnya, tapi tidak memakan dagingnya. Pada leher
ternak yang mati ditemukan dua lubang bekas gigitan taring binatang
buas.
Serangan itu terjadi di kandang kelompok Lembu Manunggal di sebelah
barat permukiman. Kandang di lembah Sungai Kucir itu digunakan warga
untuk 35 ekor sapi, 29 ekor kambing, ayam, dan mentok.
Kambing yang menjadi korban milik Giman (3 ekor), Bayu Waskito (3
ekor), Sugeng (1 ekor), dan Toko (1 ekor). Ternak yang menjadi korban
semuanya berada di luar kandang karena bangunan kandang ambruk diguncang
gempa, 27 Mei lalu. Serangan ini baru diketahui warga pukul 05.00.
“Saat akan memberi makan sapi, saya
melihat tiga ekor kambing saya rebah di tanah. Kemudian saya dekati dan
ternyata kambing saya sudah mati. Pada leher kambing terdapat dua lubang
bekas gigitan taring binatang. Yang membuat saya heran, kenapa tidak
ada bekas tetesan darah dan kambing tidak dimakan,” kata Giman, anggota Lembu Manunggal, Sabtu.
Giman mengatakan, serangan ini memupus rencananya untuk memperbaiki
rumahnya yang roboh diguncang gempa. Seekor kambing dihargai Rp 300.000.
Rencananya tiga ekor kambing itu dijual untuk membeli semen. “Saya sungguh buntung (rugi), karena tidak ada yang bisa dijual. Harapan saya tinggal seekor anak sapi,” kata Giman lesu.
Di sekitar kambing yang mati, warga tidak menemukan bekas darah.
Demikian juga 14 ekor ternak mentok milik Wagimin yang diisap darahnya.
Warga juga menemukan bulu angsa berserakan di seberang Sungai Kucir,
tetapi tidak ada bekas darah dan sisa-sisa daging yang dimakan.
Jejak yang ditemukan warga menunjukkan jejak kaki binatang berkuku
tajam. Jejak itu seukuran telapak tangan orang dewasa dengan jari-jari
merapat. Jejak itu tidak bisa menunjukkan arah datang dan perginya
binatang buas itu. “Kejadian ini baru pertama terjadi di sini,” kata Udi Wiharjo, Ketua Kelompok Lembu Manunggal.
Warga menduga binatang buas ini berasal dari Gunung Merapi yang
mencari tempat aman saat terjadi erupsi. Dugaan ini kurang didukung
fakta karena antara Dusun Sompilan dan Gunung Merapi berjarak 30 km.
Kemungkinan kedua, binatang buas itu berasal dari perbukitan karst
Gunung Sewu di sisi timur dusun. Perbukitan itu berjarak 5 km dari Dusun
Sompilan