Berbicara soal pegunungan Himalaya, maka kita tak bisa lepas dari
sosok makhluk misterius bernama Yeti. Meski keberadaannya masih
diragukan, namun penduduk desa di Himalaya dan para pemburu di sana
percaya Yeti adalah penghuni di pegunungan Hilamaya.
Yeti atau manusia salju yang menakutkan
adalah sejenis primata besar yang menyerupai manusia yang menghuni
wilayah pegunungan Himalaya di Nepal dan Tibet. Nama Yeti dan Meh-Teh
umumnya digunakan secara luas oleh masyarakat di wilayah tersebut, dan
dianggap sebagai kisah sejarah dan mitos yang masih misterius.
Orang-orang Nepal juga menyebutnya “Bonmanche” yang berarti “manusia
liar” atau “Kanchanjunga rachyyas” yang berarti “Iblis Kanchanjunga.”
Tahun 1832, makhluk misterius ini pertama kali mencuat ke dunia.
Ketika itu perwakilan Inggris yang berada di Nepal bernama B.H. Hodgson
mengaku pernah bertemu makhluk dengan ciri-ciri fisik berbulu hitam
tidak berekor dan berjalan tegak.
Ratusan tahun berselang pada 1951, pendaki Inggris bernama Eric
Shipton bahkan mensiarkan foto-foto jejak kaki Yeti. Jejak kaki itu
panjangnya 13 inci dengan lebar 8 inci. Mulai itulah nama Yeti mulai
terkenal di dunia.
Penduduk desa di Himalaya dan para pemburu setempat menyebutkan kalau
mahluk itu pandai menyembunyikan diri, hal itu karena habitatnya
terletak jauh dari jalur manusia.
Para pemburu di Himalaya mengatakan bahwa Yeti bukan manusia, dan mereka
juga tidak tinggal di zona bersalju. Tempat tinggalnya adalah hutan
Himalaya yang paling tinggi, dalam kelebatan yang nyaris tak tertembus.
Di sana mahluk ini terkenal bergerak menggunakan keempat anggota badan
atau berayun dan pohon ke pohon.
Kalau
mahluk ini berkelana ke zona bersalju, tempat pendaki gunung mungkin
melihatnya atau melihat jejak kakinya, mahluk ini berjalan tegak dengan
gaya yang canggung. Sherpa, penduduk asli di Nepal menduga bahwa alasan
mahluk ini melintasi ladang bersalju adalah mencari lumut yang
mengandung garam yang tumbuh di batu moraine. Ilmuan Inggris, Ivan
Sanderson mengatakan bahwa mahluk itu bukan mencari lumut melainkan
lumut kerak, yang kaya dalam gizi.
Akhir tahun 2007 lalu, sekelompok penjelajah, mengatakan telah menemukan
bukti baru mengenai keberadaan mahluk Yeti di Himalaya Nepal, sehingga
timbul kehebohan baru di antara mereka yang percaya bahwa mahluk salju
itu benar-benar ada.
Para penjelajah dari serial “Destination Truth”, mengatakan mereka
menemukan tapak-tapak kaki Yeti ketika mencoba mengungkap misteri itu
untuk film dokumenter televisi. “Kami membawa tapak-tapak kaki ini ke
Amerika Serikat untuk dianalisa lebih lanjut,” kata Josh Gates, pembawa
acara serial tersebut kepada Deutsche Presse-Agentur di Kathmandu.
Salah satu tapak yang diperlihatkan Gates terdiri dari satu kaki utuh
yang besarnya hampir dua kali ukuran tapak kaki manusia. Para
penjelajah itu mengatakan mahluk tersebut tingginya bisa sampai 2,4
meter.
Menurut Gates, tapak kaki itu ditemukan di suatu daerah terpencil
yang tidak ditinggali manusia yang jaraknya tiga hari berjalan kaki dari
Lukla, daerah yang jauhnya sekitar 250 kilometer arah barat laut dari
ibu kota Nepal, Kathmandu. Banyak orang Nepal Himalaya dan Tibet percaya
bahwa makhluk itu ada, meskipun bukti pastinya masih belum terungkap.
Bukti-bukti yang pernah diajukan seperti tengkorak dan pecahan tulang
sudah ditolak para ahli yang menyebut tulang itu adalah tulang hewan.
“Ada banyak orang yang Himalaya yang punya pengalaman sejati, dan saya
tidak tahu bagaimana caranya agar kami bisa memasukkan semua saksi
mata,” kata Gates.
Bagi Gates dan timnya, penemuan itu merupakan suatu yang tidak
terduga, setelah mereka berkeliling ke puluhan negara demi mencari
mahluk-mahluk sejenis Yeti. “Berbicara dengan penduduk setempat tentang
penampakan yang mereka lihat dan menemukan sepotong bukti, meskipun
bukan bukti nyata yang menyakinkan, adalah hal yang menggairahkan,” kata
Gates.