Senin, 14 November 2011

KUNTILANAK MENYERET PETI MATI DENGAN RANTAI

Pengalaman ini tak akan pernah hilang dari ingatan Agus Wandi (25), seorang satpam yang bekerja di kantor sebuah perusahaan di Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Sekitar 1,5 tahun lalu, dia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, sesosok kuntilanak melayang sambil menyeret peti mati dengan rantai.
“Waktu itu, sekitar jam 4 subuh, saya bersama lima teman nongkrong di jembatan Simpang Benteng di Kota Mempawah,”
Daerah yang dikabarkan angker tersebut berjarak sekitar 50 meter lajur kanan arah foto ini.
Agus kelahiran Kota Mempawah, Ibu kota Kabupaten Pontianak, yang terletak sekitar 67 kilometer dari Kota Pontianak. Sekitar 1,5 tahun lalu, dia masih tinggal di Mempawah dan belum bekerja sebagai satpam.
Dia dan teman-temannya sering nongkrong di jembatan yang terletak di daerah yang biasa disebut Simpang Benteng. Meski namanya Simpang Benteng, tutur Agus, tapi daerah itu bukanlah persimpangan. Memang, sekitar 50 meter dari tempat itu, dijumpai persimpangan tiga, yang satu di antaranya merupakan akses menuju Kota Singkawang.
Di areal yang oleh warga setempat diyakini angker dan ada penunggunya itu, berdiri sebuah jembatan besi untuk melintasi anak sungai yang memotong, disebut Jembatan Benteng. Nah, di situlah ada belokan mematah yang sangat tajam menuju ke kanan, jika ditempuh dari arah Kota Pontianak.
Meski letaknya sudah di Kota Mempawah, areal itu gelap gulita pada malam hari. Kala itu, ujar Agus, di sekitar Simpang Benteng, ada tiga buah rumah toko (ruko) di kiri jalan. Kemudian di sebelah kanannya, ada sebuah rumah penduduk.
“Agak sepi, karena pemukiman penduduk agak ke arah dalam. Lagi pula sekitar beberapa puluh meter dari jembatan itu, ada kuburan,” kata dia.
Malam itu, seingat Agus, merupakan malam Jumat. Dia dan lima temannya nongkrong di Jembatan Benteng, menemani seorang rekannya yang berjualan bensin eceran di pinggir jembatan itu. “Kalau malam sering pengendara melintas, dan kadang-kadang mereka beli bensin juga,” ujar Agus.
Menjelang pukul 04.00, dia dan lima temannya melihat sesosok putih melintasi tempat itu. Agus yakin, dia tidak salah lihat. Sosok itu persis gambaran kuntilanak yang sering diceritakan warga setempat.
“Pakaiannya putih, rambutnya panjang hingga kaki. Saya dan kelima teman melihat sejelas-jelasnya dalam jarak sekitar 10 meter,” ucap Agus, yang mengaku masih merinding jika mengingatnya.
Sosok kuntilanak itu melintas dengan cara melayang. Dia tampak menyerat peti mati dengan rantai. Tanpa suara, karena dalam penglihatan mereka, sosok kuntilanak dan peti mati itu seperti melayang.
“Kami segera lari menjauh menuju ruko yang ada di situ. Kuntilanak itu melayang ke arah kuburan. Setelah hilang dari pandangan kami, bensin eceran jualan teman saya segera dikemas, dan kami kabur naik sepeda motor, pulang,” tutur Agus.
Sebelumnya, Agus mengaku pernah diceritakan oleh para orangtua, kalau Simpang Benteng itu angker dan ada penunggunya. Dia pun pernah mendengar cerita, sering muncul kuntilanak menyeret peti, pertanda akan ada korban jiwa esok harinya.
“Ini benar terjadi, besoknya sekitar pukul 10 pagi, saya dengar ada pengendara sepeda motor yang kecelakaan dan meninggal seketika di Jembatan Benteng. Saya dan teman-teman sampai tiga pekan tak berani muncul ke situ,” ucap Agus.
Menurut catatan Tribun Pontianak, daerah tersebut memang rawan kecelakaan. Meski dalam tahun ini tidak merenggut korban jiwa, tapi kecelakaan kecil nyaris terjadi tiap pekan. Jalan tersebut memiliki ruas jalan belokan mematah yang cukup tajam, dan lagi jalan itu merupakan lintasan akses dari Kota Pontianak menuju Singkawang, dan sebaliknya
Loading