Bangsa Maya kuno sepenuhnya yakin bahwa persembahan darah merupakan hal
yang mutlak bagi eksistensi manusia dan dewa. Persembahan darah dapat
memberikan kekuatan dan kekuasaan yang suci bagi manusia. Dengan sebilah
pisau osidian, Raja menoreh organ reproduksinya sendiri, agar darah
mengalir ke atas sehelai kertas dalam mangkok. Istri raja juga turut
serta dalam upacara ini, mereka akan menggunakan seutas tali berduri
yang kemudian ditusukkan ke lidah sendiri. Kertas yang dinodai darah
akan dibakar, mereka percaya asap yang terbakar akan berhubungan
langsung dengan alam dewata.
Sembahyang
kepada dewa atau leluhur dengan menggunakan manusia hidup kadang juga
terjadi dalam upacara keagamaan mereka. Biasanya orang yang dipilih
sebagai persembahan kurban adalah nara pidana, budak, anak yatim atau
anak haram. Sedangkan sembahyang dengan menggunakan hewan ternak lebih
umum dibanding orang hidup, kalkun, ******, tupai dan kadal dan hewan
lainnya dianggap sebagai persembahan kurban yang paling pas terhadap
segala dewa bangsa Maya.
Persembahan kurban manusia hidup dilakukan
dibawah bantuan 4 orang tua yang disebut “Chac” (Konon katanya, upacara
ini dilakukan demi untuk menyatakan penghormatan terhadap dewa hujan
Chac bangsa Maya kuno). Ke-4 orang ini masing-masing menekan lengan dan
kaki yang dipersembahkan sebagai kurban, sedang orang yang bernama
“nacom” menoreh dada “persembahan kurban”. Selain itu, masih ada satu
orang lagi yang turut serta dalam upacara yaitu juru tenung syaman
(semacam agama primitif), konon katanya, dia menerima informasi saat
dalam kondisi tertidur, makna yang terkandung dari ramalan yang
didengarnya itu akan dijelaskan oleh beberapa tetua setempat.
Bangsa
Maya meyakini, bahwa setelah manusia meninggal dunia, mereka akan masuk
ke dunia bawah tanah melalui sebuah lubang, dan setelah raja meninggal
akan masuk ke bawah tanah melalui orbit yang berhubungan dengan
peredaran matahari; namun, karena mereka memiliki kekuatan supernormal,
mereka akan hidup kembali di negeri langit dan menjadi dewa. Bangsa Maya
sangat takut dengan kematian yang disebabkan oleh bencana alam, sebab
setelah meninggal seperti tidak bisa masuk “surga” dengan sendirinya.