Rabu, 09 November 2011

LANGKAH GAIB DAMAI PERKARA

Manusia seringkali menghadapi perkara yang sangat pelik dalam hidupnya. Terutama manusia yang berani mengambil resiko dalam meningkatkan taraf hidupnya. Para pengusaha, pegawai, pejabat, politikus, tokoh-tokoh ternama, dan lain-lain, senantiasa berjuang keras memenuhi keinginan-keinginan duniawinya. Tentu saja hal itu baik dan bagus sepanjang dilakukan dengan cara yang benar dan sesuai standar yang digariskan agama.
Persoalannya, tidak sedikit pula diantara mereka yang mengambil jalan pintas dengan menghalalkan segala cara. Demi mencapai tujuan, mereka tidak segan-segan melanggar rambu-rambu hukum dan agama. Korupsi, suap menyuap dan perbuatan-perbuatan batil diterobos guna memeroleh kesuksesan. Jika sudah demikian, resiko besar pun siap menghadang. Ada diantaranya terjerat hutang yang besar dan ada pula yang terjerat pasal-pasal korupsi.
Ketika menghadapi masalah akibat perbuatannya melanggar rambu-rambu hukum, mereka biasanya mengalami kepanikan luar biasa. Rasa takut perbuatan salahnya terungkap sangat menghantuinya. Bukan hanya dirinya, tetapi juga keluarganya ikut merasakan ketakutan ini. Mereka senantiasa dicekam kecemasan jika sewaktu-waktu polisi datang dan menjeratnya dengan pasal korupsi.
Begitu pula halnya bagi mereka yang terjerat hutang. Hari-harinya dicekam ketakutan akibat didatangi debt collector. Mereka khawatir harta kekayaan yang dikumpulkan selama puluhan tahun ludes hanya untuk melunasi hutang-hutangnya.
“Manusia-manusia yang menghadapi masalah seperti ini merasakan kebingungan yang sangat pelik,”  ujar Malik Ibrahim ( 42 tahun) kepada Misteri beberapa waktu lalu.
“Jerih payah selama hidupnya sirna dalam sekejap. Kekayaan yang dikumpulkan terancam ludes. Bahkan pintu penjara seolah-olah sudah di depan mata,” lanjutnya.
Malik Ibrahim menuturkan, sebenarnya orang-orang yang dalam hidupnya sengaja menempuh jalan menghalalkan segala cara sudah mengetahui perbuatannya suatu saat akan terbongkar. Tetapi biasanya mereka tidak terlalu menghiraukannya. Ketika pada akhirnya perbuatan itu terungkap, mereka benar-benar panik. Nama baik keluarga besarnya pun ikut tercemar.
Sedekah
Namun demikian, ada pula orang-orang seperti itu yang tidak terlalu khawatir dengan perkara yang membelitnya. Meskipun memiliki hutang milyaran, penggelapan pajak atau menikmati harta korupsi, tetapi hidupnya tetap tenang dan tidak merasa khawatir sedikitpun. Mereka tidak takut menghadapi penjara atau hartanya ludes untuk menutupi hutangnya.
“Orang-orang seperti ini memiliki cara khusus dalam menghadapi perkaranya. Mereka memiliki langkah gaib agar perkaranya berakhir dengan damai tanpa gangguan berarti,” kilahnya.
Malik mengambil contoh mantan Presiden Suharto. Ketika beliau dilengserkan, tuduhan korupsi datang bertubi-tubi terhadapnya. Berkas-berkas perkaranya pun sudah dikumpulkan. Tetapi hingga akhir hayatnya, beliau tidak pernah diajukan ke pengadilan. Bahkan perkaranya pun ditutup.
“Apa sebenarnya yang beliau lakukan?” Tanya Misteri.
“Pak Harto tergolong rajin bersedekah. Hal itu beliau lakukan sepanjang hidupnya. Baik saat masih menjadi  presiden, maupun setelah dilengserkan. Sedekah itulah yang menyelamatkan nama baik dirinya, keluarganya dan harta kekayaannya,” Jawab Malik seraya tersenyum.
Malik mengisahkan sebuah cerita bagaimana Pak Harto rutin bersedekah ke tempat-tempat ibadah, pesantren-pesantren atau yayasan anak yatim. Hal ini beliau lakukan dengan harta pribadinya dan dalam jumlah yang tidak sedikit. Bahkan ada seorang kyai sepuh yang selalu menerima sedekahnya secara rutin.
“Selain membayar zakat, memberi sedekah sebenarnya merupakan cara paling ampuh membersihkan harta kita dari hal-hal yang batil. Sekaligus menghindari kemungkinan yang buruk,”kilahnya.
“Tetapi sayangnya manusia seringkali kikir, pelit dan enggan memberi sedekah. Padahal sudah jelas harta kekayaannya ada yang diperoleh secara tidak halal, tetapi masih malas bersedekah,” lanjutnya.
Lebih jauh dikatakan, sedekah bagi orang-orang yang memiliki masalah berat hendaknya tidak tanggung-tanggung. Misalkan, seseorang memiliki total harta kekayaan 10 milyar rupiah dan sebagian dari harta tersebut diperolehnya secara tidak halal. Seandainya dia bersedekah dua setengah persen saja, hal itu berarti dia harus mengeluarkan hartanya senilai 250 juta rupiah.
“Apakah orang tersebut bersedia mengeluarkan hartanya sebanyak itu hanya untuk bersedekah?”Tanya Malik Ibrahim.
“Sedekah sebesar itu rasanya tidak mungkin,” Jawab Misteri.
“Bagaimana jika sebagian besar harta kekayaannya diperoleh secara tidak wajar? Misalkan hasil korupsi atau bisnis yang melanggar aturan agama” kata Malik  bernada hiperbolik.
Menurutnya, orang-orang yang mengumpulkan hartanya secara halal saja diwajibkan membayar zakat dua setengah persen. Maka orang-orang yang menumpuk harta secara haram semestinya mengeluarkan hartanya lebih dari itu. Apalagi jika sedang menghadapi perkara yang berat, harta yang harus dikeluarkan untuk bersedekah harusnya jangan dihitung-hitung lagi jumlahnya. Semakin besar bersedekah, kemungkinan perkara yang membelitnya akan tuntas jauh lebih besar.
“Sangat banyak tempat yang layak diberi sedekah. Misalkan, tempat ibadah, pesantren, yayasan anak yatim, anak terlantar, dompet dhuafa dan fakir miskin. Kita jangan ragu untuk beramal kepada mereka. Bilamana perlu sumbangkan separuh harta kita kepada mereka jika kita yakin separuh harta kita diperoleh secara haram,” ujarnya dengan raut tegas.
Malik mengungkapkan bahwa orang-orang yang hidupnya senantiasa berada dalam bahaya juga diharuskan gemar bersedekah. Dia memberi contoh sosok tokoh Palestina Yasser Arafat. Sepanjang hidupnya, Yasser selalu diintai musuh-musuhnya. Bahkan Yasser berhasil selamat dari upaya pembunuhan sebanyak 17 kali. Rahasianya hanya satu, yaitu kebiasaan Yasser Arafat bersedekah. Sebagai buktinya, ketika beliau wafat hampir tidak ada kekayaan berarti yang dimilikinya. Padahal dia seorang Presiden Palestina.
Menurutnya, saat ini banyak sekali orang yang sedang dilanda perkara tidak memiliki jalan keluar untuk menyelesaikan masalahnya. Mereka dilanda kebingungan dan rasa putus asa. Akibatnya pun sangat fatal. Mereka mudah terjebak bujuk rayu orang-orang yang memanfaatkan kesulitan itu.
“Biasanya mereka didatangi orang-orang atau makelar kasus yang mengaku sanggup menyelesaikan perkaranya. Kemudian mereka mengeluarkan sejumlah uang kepada makelar tersebut. Tetapi ternyata hasilnya nol besar. Mereka malah menjadi korban penipuan,” ujar Malik.
“Bahkan tidak sedikit pula dukun atau paranormal yang memanfaatkan peluang ini untuk mengeruk harta kekayaan orang yang berperkara. Dengan sejumlah mahar tertentu, para dukun mengaku sanggup menyelesaikan perkara dengan bantuan jin atau makhluk gaib. Seolah-olah ada ilmu khusus agar terjadi damai perkara. Padahal semua itu tipuan belaka. Sudah jatuh tertimpa tangga,” ujarnya menutup pembicaraan.
.
Loading