Suatu hari pada 15 Oktober 1869, kegemparan membuncah di selatan kota
Syracuse dekat Cardiff, New York. Dua pekerja lepas yang sedang
menggali sumur di lahan pertanian milik William G Newell, menemukan
manusia raksasa yang sudah membatu.
Segera
kegemparan melanda Amerika Serikat dan menyebar ke penjuru dunia.
Penemuan itu terjadi secara tak sengaja, saat beliung Gideon Emmons dan
Henry Nichols, menyentuh benda keras di kedalaman 1 meter lebih di bawah
tanah. Terkejut akan temuan tersebut, kedua pekerja itu kemudian
mengangkat batu berbentuk manusia berukuran raksasa yang tertidur dengan
senyum tipis di bibirnya. Mereka melakukan pengukuran dan diketahui
panjang tubuh dari ujung kepala hingga ujung kaki kira-kira 10 kaki 4
inci (atau kira-kira 3 meter).
Tiga hari setelah penemuan tersebut, sebuah suratkabar terbitan
Syracuse menurunkan berita headline berjudul “A Wonderful Discovery”
(Sebuah Penemuan Menakjubkan). Pers menjulukinya sebagai Raksasa Cardiff
(Cardiff Giant). Orang-orang yang penasaran pun berbondong-bondong
menuju pertanian Nowell, ingin menyaksikan rupa manusia raksasa yang
sudah membatu itu. Bukan hanya dari wilayah Cardiff dan Syracuse, tapi
dari seantero New York dan negara bagian lainnya.
Berbagai “teori”, dugaan, serta pendapat umum sampai legenda dan
mitos pun mengalir mengenai raksasa yang membatu itu. Salah seorang
pekerja yang menggali fosil tersebut menduga bahwa ini adalah jasad
raksasa dari kaum suku Indian yang pernah mendiami wilayah New York di
masa lalu. Dugaan lain adalah kaum raksasa yang pernah mendiami
lembah-lembah, gua dan dunia bawah tanah di daratan Amerika ribuan tahun
lalu. Ada lagi yang menghubungkannya dengan mitologi manusia raksasa
pemangsa manusia yang disebut ogre. Bahkan yang lebih berani mengajukan
teori itu merupakan fosil ras raksasa yang pernah tercantum dalam Kitab
Kejadian di Perjanjian Lama!
Walaupun begitu tak sedikit pula yang mengecam bahwa raksasa yang
membatu itu adalah sebuah tipuan… sebab mustahil adanya manusia utuh
bisa menjadi fosil yang membatu.
Kehebohan itu akhirnya memancing rasa penasaran para ilmuwan.
Berdasarkan pengamatan singkat Dr John F Boynton mengajukan teori
spekulasi yang menyatakan manusia raksasa yang membatu itu adalah karya
pahat dan ukir misionaris yang datang ke daratan Amerika sekitar abad
ke-17 untuk mengesankan penduduk Indian lokal, demi kepentingan syiar.
Sementara ahli geologi James Hall memprediksikan bahwa raksasa membatu itu bukanlah fosil, melainkan sebuah patung kuno.
Pendapat ahli lain justru menyatakan keaslian fosil itu sebagai
manusia raksasa yang membatu. Mereka yakin berdasarkan temuan semacam
pori-pori di bagian luar lapisan batu itu, pori-pori yang mirip dengan
pori-pori manusia.
Spekulasi dan kontroversi pun semakin marak… benarkah itu fosil
manusia raksasa yang membatu atau patung batu kuno, atau hanya sebuah
tipuan?
Menguak Kebenaran
Spekulasi dan kontroversi terhadap patung batu itu justru mengundang
lebih banyak pengunjung yang ingin menyaksikan “keajaiban” tersebut dari
dekat. William G Newell selaku pemilik pertanian tempat ditemukannya
batu itu pun memutar otak.
Dua
hari setelah penemuan itu, ia kemudian memasang tenda pelindung dan
mengutip retribusi bagi pengunjung senilai 50 sen per kepala. Dari
retribusi ini ia memetik hasil yang lumayan. Apalagi jumlah pengunjung
memang membeludak dari hari ke hari. Jika hari biasa ratusan orang
memenuhi lokasi tersebut, sementara pada hari Minggu bisa mencapai dua
ribuan pengunjung.
Karena animo masyarakat yang tinggi Newell kemudian menjual hak
penemuan itu senilai 75% kepada sindikat lima pedagang yang diketuai
David Hannum. Dari situ ia memperoleh keuntungan bersih 37.500 dolar.
Lantas pada 5 November 1869 David Hannum dan rekan memindahkan
manusia batu itu ke Kota Syracuse untuk dipamerkan. Rencananya dari
Syracause mereka akan menggelar pameran keliling New York dan AS.
Namun kemudian kecurigaan berlandaskan motif ekonomi mulai muncul.
Suratkabar Pioneer yang pertamakali mengecam dan mengungkapkan bahwa
Raksasa Cardiff itu hanyalah sebuah kebohongan besar. Mereka menyebutkan
bahwa manusia batu itu merupakan karya pemahat Kanada (pernyataan yang
ternyata salah) yang dibuat setahun lalu.
Pemberitaan suratkabar itu mendorong penelitian lebih lanjut dari
ahli. Seorang paleontolog dari Universitas Yale Othniel C Marsh
menyatakan bahwa manusia batu itu memang sebuah kebohongan
terang-terangan. Sejumlah tanda bahwa itu merupakan patung buatan yang
masih baru bisa dibuktikan secara ilmiah.
Pendapatnya ini didukung oleh sejumlah ahli lainnya. Bahkan ada ahli
yang menyatakan bahan dasar manusia batu raksasa itu adalah gipsum dan
mereka bisa menemukan banyak bekas pahatan di sekujur tubuh “fosil” itu.
Beberapa waktu kemudian tabir itu pun mulai terkuak. Ada bukti
transaksi sebelum penemuan manusia batu itu, bahwa Newell pernah
mengirimkan sejumlah besar uang kepada George Hull (abang sepupunya)
dalam sebuah proyek yang berhubungan dengan arca.
Lantas penduduk di sekitar lokasi pertanian Newell teringat bahwa
George Hull, seorang pemilik pabrik cerutu, pada November 1868 pernah
mengirimkan peti besi besar “rahasia” ke pertanian Newell dan melakukan
penggalian dan penimbunan di kawasan itu. Penyelidikan lainnya
membuktikan bahwa George Hull pernah membeli bongkahan gipsum dari
pertambangan kawasan Fort Dodge, Iowa. Ia kemudian mengirimkan bongkahan
gips itu ke Chicago lalu menyewa seorang ahli pahat Jerman untuk
membuat sebuah patung raksasa yang terinspirasi dari Kitab Kejadian.
Setelah patung raksasa tidur itu selesai, Hull kemudian menyiramnya
dengan sejumlah bahan kimia agar patung itu terlihat kuno dan tampak
telah melalui masa perubahan waktu yang lama. Ia juga membuat detail
lubang menyerupai pori-pori dengan menggunakan jarum baja. Total
pembuatan patung itu menelan biaya 2.600 dolar AS.
Patung itu kemudian dikirimkan secara diam-diam dalam kotak kargo ke
kawasan pertanian Newell. Berdua mereka telah merencanakan hal itu untuk
sensasi dan mendulang keuntungan.
Lantas seluruh bukti ini pun diajukan ke publik, dan pada Desember
1869, George Hull yang dicecar bukti tak terbantah pun mengakui bahwa
itu merupakan patung buatan hasil rekayasanya setahun lalu. Mereka
membiarkan patung itu terkubur selama setahun sebelum memulai penggalian
kembali agar bisa meyakinkan orang… Kebenaran pun terkuak sudah, bahwa
patung itu hanya sebuah kebohongan belaka.
Monumen Kebohongan
Walaupun George Hull sudah mengakui bahwa itu hanya patung rekayasa yang
baru berumur setahun lebih, animo publik untuk menyaksikannya semakin
meningkat. Pengakuan Hull agaknya telah menjadi promosi yang memancing
rasa
ingin tahu publik.
Motif ekonomi yang kental dalam rekayasa patung itu ternyata tetap
mendatangkan fulus. PT Barnum sebagai sebuah perusahaan spesialis
pameran barang antik bahkan berani menawar patung tersebut senilai
60.000 dolar AS untuk sewa selama tiga bulan dan kemungkinan akan
membelinya. Namun, patung yang sudah dikuasai sindikat pedagang David
Hannum menolak tawaran itu dengan maksud ingin mengelola pemeran
sendiri.
Barnum kemudian membuat replikanya dari kayu dengan perbandingan 1:1
dan memamerkannya. Di bawah kelola Barnum, barang replika ini pun
memancing minat publik dan menyedot banyak pengunjung. Sementara patung
itu pun mulai berkeliling AS dalam rangkaian pamerannya.
Pada Februari 1870, patung Raksasa Cardiff itu dikirim ke Boston. Di
kota ini, pengunjung masih banyak. Tetapi dalam rangkaian pameran pada
bulan dan tahun berikutnya, pengunjung sudah kehilangan minat dan
pameran itu pun merugi.
Sampai di sini berakhirnya masa kejayaan patung Raksasa Cardiff dan
ia pun digudangkan selama 30 tahun. Setelah masa itu lewat ia sesekali
dikeluarkan untuk dipamerkan pada expo dan karnaval. Kali ini pengunjung
sudah tidak membeludak karena patung tersebut dipandang sebagai bukti
rekayasa terbesar yang pernah dibuat. Ia menjadi semacam monumen
kebohongan yang tetap dikenang.
Setelah berpindah pemilik beberapa kali, pada 1947 patung batu
Raksasa Cardiff itu dibeli Museum Pertanian Cooperstown, New York.
Patung ini kemudian ditempatkan dalam ruang diorama spesial lokasi
pertanian Cardiff. Menjadi benda pamer di museum tersebut hinga kini,
menjadi peringatan akan sebuah penipuan.
Sementara replika (duplikatnya) yang dibuat PT Barnum kini
ditempatkan di Marvin’s Marvelous Mechanical Museum, sebuah museum alat
permainan yang dioperasikan koin, di Farmington Hills, Michigan.