Begitu banyak cerita misteri yang mengisahkan makhluk yang satu ini.
Hantu bernama kuntilanak ini digambarkan sebagai sosok wanita berwajah
pucat dengan rambut panjang serta memakai gaun putih.
Pada umumnya, makhluk ini sering menakuti para korbannya ditempat yang
sepi dari keramaian. Namun kali ini yang Misteri ceritakan agak berbeda.
Kuntilanak muncul di tengah keramaian orang banyak yang sendang mengaji
serta tahlilan.
Malam itu sekitar pukul 21.00 WIB. Di Utan Kayu Selatan, Jakarta Timur,
nampak sekumpulan orang yang sedang mengaji Yasin serta tahlil di sebuah
rumah.
Rupanya ada salah seorang penduduk yang meninggal dunia. Hadirian yang
lebih tua berada di ruangan dalam, sementara para pemudaa duduk di depan
rumah dan sebagian memenuhi bahu pinggir jalan.
Mereka bersama-sama melantunkan surat Yasin, serta mendoakan agar yang
meninggal dunia dapat diampuni dari kesalahan dan dosa semasa hidup di
dunia.
Di tengah khusyuknya para pemuda membaca Yasin, tiba-tiba kepala mereka seperti ada yang melempari dengan pasir.
“Aduh…siapa nih yang iseng melempar pasir, kurang kerjaan kali ya!” cetus Dedi, pemuda setempat.
Pemuda yang lain pun merasa kesal karena merasa dipermainkan. Apalagi suasana kala itu sedang dalam keadaan duka.
Belum hilang rasa kesal mereka, tiba-tiba terdengar suara wanita tertawa, “Hi…hi…hi…hiiiii…!”
Secara serempak para pemuda mendongakan kepala ke atas, dan mereka semua
tercengang sekaligus merinding tatkala mereka melihat sesosok wanita
berwajah rata dengan rambut panjang bergelayutan di pohon nangka.
Makhluk tersebut tertawa seakan hendak menakuti para pemuda yang ada di
bawahnya. Hasilnya, para pemuda tersebut sebagian memang ketakutan,
bahkan ada yang lari.
Para peserta tahlil yang sudah Bapak-bapak, yang berada di dalam
berhamburan keluar mendengar suara gaduh. Mereka menanyakan ada apa
ribut-ribut. Belum selesai mereka bertanya, mereka langsung terkejut
ketika melihat penampakan kuntilanak di atas pohon nangka.
Mereka baru sadar makhluk itulah yang mengganggu acara tahlilan. Di
antara mereka ada yang pemberani dan berkata, “Hai kuntilanak jahaman,
enyah kau dari sini pergi sana jauh-jauh!” Namun kata-kata itu malah
dibalas dengan tawanya yang khas,
Semua merasa bingung dan resah karena makhluk itu tak mau pergi bahkan
dia makin menjadi-jadi dengan bergelayutan dan melompat antara satu
pohon ke pohon lainnya. Sekali-kali juga dia melempar pasir dan mengenai
orang-orang yang ada di bawahnya.
Melihat situasi yang tak menguntungkan tersebut, Dedi berinisiatif
memanggil Ustadz Husin yang lokasi rumahnya hanya sekitar 300 meter dari
rumah tersebut, dan kebetulan tidak ikut tahlil malam itu karena kurang
enak badan.
Ustadz Husin memang dikenal masyarakat setempat sebagai orang sholeh dan
mempunyai kemampuan khusus. Beruntung, tak lama sang Ustadz datang.
Setiba dilokasi kejadian, Ustadz memandangi makhluk yang masih
bergelayutan di atas pohon nangka itu.
Dengan nada membujuk Ustadz Husin berkata, “Saya mohon pergilah dari sini jangan ganggu kami, kami dalam keadaan berduka.”
Namun kuntilanak itu tak menggubris. Malah dia melempari dengan pasir sembari tertawa.
Merasa diremehkan, Ustadz Husin kembali berkata, “Baiklah kalau itu maumu, aku akan mengusirmu secara paksa!”
Ustadz Husin pun nampak merapal ayat-ayat tertentu, kemudian kedua
telapak tangannya dipadukan, lalu didorong ke arah kuntilanak.
Kuntilanak yang mendapat serangan itu tak mampu mengelak. Dia
terjungkal, namun secara cepat dia melayang ke atas pucuk pohon. Dia
diam sejenak seperti menatap penuh dendam kepada Ustadz Husin, kemudian
tertawa lepas dan melayang pergi meninggalkan orang-orang yang
memandangnya.
Semua orang bersyukur makhluk tersebut telah pergi dan mereka pun
berterima kasih kepada Ustadz Husin. Acara tahlilan pun kembali
dilanjutkan.
Pagi harinya masyarakat heboh dengan kejadian tersebut. Kejadian itu
menjadi pembicaraan bagi kalangan masyarakat, terutama bagi ibu-ibu.
Seperti yang dikatakan ibu Supri, “Rasanya makhluk tersebut bukan
sembarang kuntilanak, buktinya wajanya rata. Ini kan beda dengan
kuntilanak pada umumnya!”
“Ratunya kuntilanak kali, kok nekad datang di tempat orang pada ngaji!” balas ibu yang lainnya.
Ustadz Husin membenarkan makhluk tersebut memang bukan kuntilanak biasa.
Dia adalah seperti pimpinan kuntilanak di daerah itu. Maksud tujuan
penampakannya hanya sekedar menakut-nakuti orang yang sedang mengaji.