Seorang kyai yang juga paranormal asal
Cirebon, dan konon bekas kepercayaan Cendana mendapat kiriman abu dari
negara jin Azrak yang memiliki beragam kegunaan. Penulis sendiri pernah
mencoba, rasanya mirip jamu. Tetapi berbau wangi ....
Kyai
Satori, 52, demikian sapaan akrabnya, berasal dari salah satu desa di
wilayah Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Sosok ini
dikenal memiliki ilmu yang pilih tanding dan banyak menguasai ilmu-ilmu
hikmah. Bahkan menurut kabar yang berhasil diendus oleh Penulis, Kyai
Satori pernah menjadi salah satu paranormal Cendana di era Orde Baru
atau saat Pak Harto memegang kekuasaan di rentang tahun 1985 - 1995.
Perkenalan dengan Kyai Satori berawal dari kedatangan Ustadz Abdul
Lathif mantan pengajar sewaktu Misteri menjadi salah seorang santri di
Pondok Pesantren Hidayaturrahman, Desa Sukra Barat, Kecamatan Sukra,
Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Kedatangan beliau ke rumah adalah
untuk mengundang Penulis untuk meliput acara istigosah rutin tiap bulan
yang dilakukan pada tiap-tiap tanggal 12 Hijriah oleh keluarga besar
MANAQIB SYEIKH ABDUL QODIR JAELANI yang beralamat di Desa Sukahaji,
Kecamatan Sukra.
Pada mulanya hati merasa
berat untuk menerima undangan Kang Latif, demikian Penulis biasa
memanggilnya. Tetapi setelah Kang Latif memaparkan isi acaranya di mana
usai istigosah akan diijazahkan beberapa ilmu di antaranya adalah; Baiat
Asma Sungai Raje (ajian Nabi Khidir), ijazah Asma Qurun (rangkaian
Asmaul Husna), ijazah Hizib Maghrobi (ajian Syeikh Magelung Sakti), dan
pengisian badan dengan menggunakan abu jin dari negara Azrak --- suatu
negara atau kawasan yang sudah tak asing lagi bagi kalangan penghayat
spiritual. Dan menurut tutur dari para sesepuh kepada Penulis, tak
banyak manusia yang mampu untuk mencapainya. Pasalnya, kesucian hati dan
cobaan yang demikian berat adalah godaan yang biasanya tak kuat
diterima oleh si pelaku yang kadar keimanannya masih tanggung. Dapat
dibayangkan, betapa beratnya perjuangan untuk
mencapai tempat atau
negara Azrak yang legendaris ini. Dengan kata lain, hanya yang terpilih
saja yang dapat mencapainya!
Akhirnya, Penulis pun jadi tertarik.
Dan setelah mempersiapkan segala sesuatunya, mulai dari kamera, tape
recorder dan notes, Penulis pun membonceng di motor yang sengaja Kang
Lathif bawa dari Desa Sukahaji. Sungguh benar-benar beruntung, setibanya
di sana, ternyata, acara istigosah belum dimulai. Dan seperti biasa,
setelah sejenak berbasa-basi, Kang Lathif memperkenalkan Penulis kepada
KH. Nurkani yang ternyata adalah sahabat karib ayah sewaktu muda.
Tepatnya, saat keduanya mukim di salah satu pondok pesantren. Dan pada
saat yang sama, Penulis juga diperkenalkan kepada Kyai Satori dan salah
seorang santrinya yang berasal dan mukim di bilangan Brebes, Jawa
Tengah.
Setelah mengikuti acara istigosah yang berlangsung sekitar
kurang lebih empat jam, kami pun kembali berkumpul di rumah KH. Nurkani
untuk berbincang-bincang tentang berbagai hal. Khusunya yang berkaitan
dengan agama Islam. Dan pada saat itulah, Kang Lathif mencoba mengorek
keterangan dari Kyai Satori tentang asal muasal abu gaib yang berasal
dari negara jin Azrak. Seperti biasa, karena tak kuasa menghindar dari
kepungan pertanyaan yang bertubi-tubi, dengan nada tetap merendah, Kyai
Satori pun memaparkan pengalamannya. Menurutnya, kiriman abu gaib dari
negara jin Azrak berawal dari ritualnya mengamalkan Hizib Asror yang
dilakukan sebanyak empat puluh satu kali selama empat belas hari tanpa
putus. Dan di akhir ritual itulah Kyai Satori mendapat abu gaib dari
Ashif bin Barkiya yang mengaku berasal dari negara jin. Azrak! Waktu
itu, hanya satu kalimat yang didengarnya dengan jelas, "Abu ini amat
berguna untuk menolong masyarakat. Dan gunakan sebagaimana mestinya!"
Lebih
lanjut, kyai yang berbadan tambun itu mengungkapkan, "Abu gaib ini
bisa dipakai untuk berbagai keperluan. Mulai dari pengobatan segala
macam penyakit baik medis maupun non medis, keselamatan, pengasihan,
kewibawaan, pelarisan, dan bahkan mendapatkan atau mengekalkan jabatan.
Pokoknya tergantung pada kebutuhan si pemakainya. Yang pasti, abu gaib
ini tidak boleh dipakai untuk mencelakakan sesama. Bisa kena tulah!"
Dan
setelah merenung beberapa saat seolah meminta izin dari gaib yang
mengirimkan abu tersebut, kembali Kyai Satori melanjutkan penuturannya,
"Jika abu ini dipakai oleh seorang calon Kepala Desa, maka, tiap
perempatan jalan di desanya harus dipendami wifik yang telah diolesi
dengan abu gaib itu. Begitu juga di kerobong tempat penusukan, harus
diselipkan wifik yang telah diolesi dengan abu yang sama."
"Bagaimana hasilnya?" Potong Penulis penasaran.
Sambil
tersenyum, Kyai Satori pun menjawab mantap, "Atas izin Allah, semuanya
berjalan seperti yang direncanakan. Artinya, orang itu menang terus dan
bahkan mampu meninggalkan suara lawan-lawannya lumayan jauh. Dan salah
satu contohnya yang berhasil adalah Bapak Muhaimin, Kepala Desa
Lempuyangan. Saat itu, pak Muhaimin bisa meraih suara jauh lebih tinggi
ketimbang lawan-lawannya."
Menurut tutur yang beredar di tetangganya,
kemenangan mutlak pada saat pemilihan Kepala Desa baru-baru ini juga
terjadi di Subang, Bojong, Gintung, Kaliwedi dan Bunder. Sungguh tak
dinyana, saat perhitungan terjadi, ternyata mereka yang menggunakan abu
gaib itu berhasil memperoleh suara mutlak dari penduduk desanya.
Salah
seorang tetangga yang tinggal bersebelahan dengan rumah Kyai Satori
bahkan menambahkan, "Atas izin Allah, sebenarnya sudah banyak orang yang
berhasil tercapai maksudnya bahkan tersembuhkan dari penyakitnya
setelah diobati oleh beliau. Yang jelas-jelas saya tahu adalah penderita
stroke yang berasal dari Cirebon. Mulanya datang dengan digendong. Dan
di minggu kedua dia datang dengan dipapah dan pada minggu yang ketiga,
si sakit sudah mulai bisa berjalkan walau tertatih-tatih."
"Bahkan sekarang, sudah bisa berjalan seperti semula," imbuhnya mantap.
Menurut
pak Kiyai, sudah banyak orang yang ditolong dengan abu gaib miliknya
ini. Yang paling aneh adalah, jumlah abu gaib ini selalu tetap. Alias
tidak pernah berkurang walaupun dipakai terus menerus. Dan abu gaib yang
lembut dan berwarna abu-abu mirip dengan serbuk jamu, hanya saja,
baunya wangi. Wangi seakan aroma surgawi! Benarkah abu gaib ini kiriman
dari jin yang mukim di negara Azrak? Hanya Allah yang Maha Tahu.