Jumat, 16 Desember 2011

DITEROR KAKEK MISTERIUS GARA-GARA MENGENCINGI POHON TUA

Gara-gara buang air kecil sembarangan di sebuah pohon tua, kemaluan seorang pemuda membengkak dan bernanah. Bukan itu saja, dia kerap diteror oleh sosok kakek bongkok berwajah seram, yang mengaku sebagai penghuni pohon yang telah dikotorinya. Bagaimana kisah mistisnya....
Sebut saja namaku Chandra, berumur 22 tahun. Aku adalah seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Pengalaman sarat mistis ini kualami berawal ketika aku dan teman-teman kampus berekreasi ke Pelabuhan Ratu, untuk mengisi liburan akhir semester.
Sengaja kisah ini kututurkan kepada Penulis, agar para pembaca dapat mengambil hikmah. Ya, setidaknya dapat berhati-hati dalam melakukan setiap aktifitas karena di dunia ini tanpa kita sadari terdapat dimensi kehidupan lain, yang di dalamnya hidup mahluk-mahluk yang tak bisa dilihat dengan mata telanjang....
Suatu pagi di bulan Agustus 2005, aku terbangun setelah mendengar suara rombongan sepeda motor yang meraung-raung di halaman depan rumahku. Lalu kulirik jam dinding yang ada di kamar tidur. "Astaga!" Pekikku dalam hati, ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul 08 pagi.
Memang, untuk mengisi liburan panjang, hari ini aku bersama teman-teman kampus akan berekreasi ke Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Saat hendak beranjak dari tempat tidur, tiba-tiba daun pintu kamar terbuka lebar dan beberapa orang masuk menyerbuku. Mereka tak lain adalah teman-teman kampusku.
"Hari gini masih molor. Huh, dasar!" Teriak Muiz, sambil memukulkan bantal guling ke kepalaku.
"Cepatan kamu mandi, teman-teman sudah menunggu di depan," ujar Indra pula.
Dengan langkah yang gontai dan mata masih setengah terpejam, aku pun berjalan menuju kamar mandi.
Kira-kira pukul setengah sepuluh pagi aku dan rombongan pun berangkat menuju Pelabuhan Ratu. Kami memilih sepeda motor sebagai kendaraan. Selain lebih praktis dan terhindar dari kemacetan, dengan bersepeda motor sensasi petualangan akan lebih terasa serta bisa memacu adrenalin.
Dengan berkonvoi secara tertib, kami menelusuri jalanan yang berkelak-kelok, mendaki dan menurun. Melewati barisan pohon-pohon yang rindang dan bukit yang menjulang. Bila rasa lelah dan dahaga mendera, kami pun beristirahat di pepohonan yang rindang. Sambil melepas lelah kami pun bercanda ria. Setelah merasa cukup beristirahat kami pun kembali melanjutkan perjalanan.
Sekitar pukul 16.00 sore atau selama lima jam lebih perjalanan, akhirnya kami pun tiba di Karang Hawu yang tidak jauh dari hotel Samudra Beach. Suara deburan ombak dan pasir putih seakan menyambut kedatangan kami. Sorak-sorai pun terdengar riuh menyatu dengan ombak saat teman-temanku menceburkan dirinya ke laut. Jiwa terasa damai saat aku berdiri di tepi pantai dan menatap air yang biru dan luas. Kuhirup angin segar yang datang menerpa wajah dan rambutku.
Singkat cerita,
kami menghabiskan waktu dengan bersenang-senang, bercanda ria sambil menghangatkan diri di api unggun dan tidur ditenda yang menghadap ke pantai. Sungguh pengalaman yang indah dan tak terlupakan.
Setelah dua hari berada di Pelabuhan Ratu, akhirnya kami menyudahi liburan mengasyikan itu. Rasanya ingin berlama-lama berada di Pelabuhan Ratu tapi tidak mungkin, besok kami harus bersiap-siap untuk mengikuti mata kuliah.
Karena rasa lelah dan letih ditambah rasa kantuk yang terus mendera akibat bergadang, dalam perjalanan kami banyak habiskan waktu untuk beristirahat. Sampai pada akhirnya kami berhenti dan beristirahat di sebuah gubuk tua yang berada dipinggir jalan.
Di tempat itulah awal dari malapetaka yang menimpa diriku. Saat itu aku dan beberapa orang temanku ingin buang air kecil. Tepat di belakang gubuk ada sebuah pohon yang sangat besar, berdaun lebat dan memiliki akar yang kokoh. Melihat ada tempat yang cocok untuk membuang air kecil, aku pun menuju pohon itu dan mengajak temanku. Namun temanku menolak, mereka lebih memilih semak belukar yang tidak jauh dari pohon itu.
"Jangan pipis disitu Chandra, siapa tau ada penghuninya," ujar Muiz memperingatkan.
"Ya betul, pohonnya saja terlihat seram dan angker, cari tempat yang aman saja," ujar Sanusi menambahkan.
Mendengar ucapan kedua temanku itu aku malah tertawa geli. Konyol sekali kalau mereka masih percaya dengan tahyul, pikirku.
"Percuma kamu mahasiswa, sekolah tinggi-tinggi tapi masih percaya sama hantu. Dasar kampungan," ejekku sambil menyemprotkan air seniku di pokok pohon yang berdiameter sangat besar itu.
Memang, tak ada hal-hal aneh yang kualami pada saat itu. Semuanya masih berjalan normal.
Setelah beristirahat selama 20 menit lebih di gubuk tak berpenghuni itu, kami pun kembali melanjutkan perjalanan.
Namun, saat rombongan hendak melanjutkan perjalanan, tiba-tiba aku merasakan ada sesuatu yang menjalar di tubuhku. Ya, aku merasakan suhu tubuhku berubah dingin, kemudian mataku seperti berkunang-kunang, dan kepala terasa sangat pusing. Tapi kejadian ini hanya berlangsung sebentar, sebab semuanya kembali normal. Karena itulah aku menganggapnya hanya sebagai efek dari rasa letih yang mendera tubuhku.
Sekitar pukul delapan malam, kami semua tiba di Jakarta dalam keadaan sehat wal'afiat. Sementara itu, sesampainya di rumah aku langsung merebahkan tubuhku di atas tempat tidur, dan dalam hitungan detik saja aku pun tertidur pulas.
Namun, dalam tidur aku bermimpi didatangi oleh seorang kakek bongkok yang berwajah seram. Dalam mimpiku itu si kakek terus memelototiku dengan mengancungkan tangannya, sepertinya dia sedang marah. Dari mulutnya keluar kata-kata yang sangat panjang, tapi aku tidak mengerti apa yang dikatakannya.
Pada keesokan harinya, aku menjalankan aktifitas seperti biasa. Namun ada yang sering menggangguku saat beraktivitas yaitu rasa gatal di kemaluanku. Awalnya, aku menganggap hal itu dikarenakan aku terkena penyakit kulit biasa akibat memakai handuk secara bergantian dengan teman-temanku saat berada di Pelabuhan Ratu, atau mungkin juga rasa gatal itu akibat air yang kurang steril saat mandi di kamar mandi umum. Yang paling mungkin, adalah karena aku telat mengganti celana dalam.
Namun yang aneh, dalam kurun waktu sepekan rasa gatal itu tidak juga hilang, malah semakin menjadi-jadi. Padahal aku telah memberinya bedak, bahkan aku juga mandi dengan sabut antiseptik. Tapi mengapa rasa gatalnya kian menjadi-jadi?
Karena tidak tahan dengan rasa gatal itu, aku pun mencoba melihat apa yang terjadi pada kemaluanku. "Astaga!" Pekikku saat melihat "burung kecilku" yang tertidur pulas itu. Di sekitar daerah kemaluaku dipenuhi dengan bintik-bintik kecil. Aku sama sekali tidak menyadari apa yang telah terjadi. Beberapa waktu lalu saat aku hendak buang air kecil aku tidak melihat bintik-bintik tersebut.
Pada saat itu juga aku segera ke dokter kelamin untuk memeriksa penyakitku. Setelah diperiksa dokter mengatakan aku terkena penyakit kotor, yaitu syphlis. Tentu saja aku tidak setuju dengan apa yang dikatakan dokter, karena aku sama sekali tidak pernah berhubungan intim dengan wanita, apalagi wanita kotor. Di umurku yang telah mencapai 22 tahun aku tidak pernah berhubungan badan baik itu dengan pelacur atau pun dengan pacarku. Selama menjalin hubungan khusus dengan wanita, untuk mencium bibir saja aku tidak punya nyali apalagi berhubungan badan.
Walau pun tidak terima dengan kesimpulan dokter aku tetap mengikuti saran-sarannya, sebab berharap bisa sembuh dari penyakit yang kuidap. Resep obat yang diberikan pun aku tebus dengan uang yang yang tidak sedikit.
Tapi setelah mengikuti saran dokter dan meminum obat yang diberikannya, penyakit yang kuidap tak kunjung sembuh, malah semakin parah. Bintik-bintik kecil telah berubah menjadi benjolan-benjolan yang semakin membesar dan disertai rasa gatal yang luar biasa. Celakanya lagi, saat aku hendak buang air kecil terasa perih hingga sukar untuk mengeluarkan air seniku. Tentu saja hal ini membuatku semakin khawatir terhadap penyakit aneh tersebut.
Semenjak menderita penyakit aneh tersebut, aku tidak mau memberitahukan kepada siapa pun, baik keluarga maupun teman-temanku. Aku malu untuk menceritakannya dan merasa takut kalau dituduh telah berbuat yang macam-macam. Aku lebih banyak mengurung diri dalam kamarku.
Malangnya lagi, semakin hari benjolan-benjolan itu semakin gatal dan menyiksaku. Karena tidak kuat menanggung beban sendiri dan butuh saran dari pihak keluarga, akhirnya aku pun menceritakan apa yang menimpa diriku kepada ayah. Seperti dugaanku, ayah pun menuduhku telah melakukan hal-hal yang negatif. Kemudian ayah membawaku ke dokter spesialis kelamin. Dokter yang memeriksaku mengatakan bahwa dari ciri-ciri penyakit yang ku derita aku terkena Syphlis. Namun ketika darahku diperiksa di laboratorium, ternyata negatif. Aku tidak terkena penyakit kelamin jenis apa pun.
Tentu saja hasil diagnosa tersebut membuat dokter bingung apalagi aku dan ayah.
Setelah mendapat perawatan intensif dari dokter, kondisiku sama sekali tidak mengalami perubahan. Sakit yang kuderita semakin bertambah parah. Kemaluanku tampak membengkak, karena benjolan di sekitar kelaminku semakin membesar dan disertai nanah. Benjolan-benjolan itu pun menjalar sampai ke pantat hingga ke perut. Rasa gatal di kelamin berubah menjadi rasa perih sehingga membuatku tidak mampu untuk berjalan. Akibatnya kesehatanku pun semakin memburuk. Suhu tubuh tinggi, disertai dingin yang menggigil. Anehnya, seiring membesarnya benjolan di kelaminku, kondisi tubuhku pun semakin kurus.
Yang membingungkan, selama menderita sakit aneh tersebut, aku juga sering bermimpi buruk. Dalam mimpi itu lagi-lagi aku melihat kakek bongkok berwajah seram yang tertawa terpingkal-pingkal melihat keadaanku. Dia sepertinya senang melihat aku menderita.
Bahkan yang terjadi kemudian, aku tidak saja melihat kakek misterius itu didalam mimpi, tapi juga dalam keadaan sadar. Aku kerap kali melihat sosok itu berdiri dekat jendela kamar dengan mata melotot seolah-olah hendak memakan kelaminku. Melihat sosok yang menyeramkan itu tentu saja aku menjerit ketakutan.
Aku coba menceritakan keanehan ini kepada ayah dan ibuku. Namun mereka menganggap hal ini adalah halusinasi semata.
Sementara itu, kian hari keadaanku kian parah. Bersamaan dengan itu juga keanehan itu semakin sering menderaku. Pernah suatu malam ketika tidur, aku dikejutkan oleh suara tawa yang terbahak-bahak. Saat membuka mata, aku melihat kakek bongkok itu tengah berdiri di atas tubuhku, sedang menginjak-injak kemaluanku. Melihat hal itu tentu saja aku menjerit-jerit ketakutan, hingga membangunkan seisi rumahku.
Melihat kondisiku yang semakin memprihatinkan, membuat orang tuaku bersedih. Begitu pula dengan sahabat dan teman-teman kampusku. Segala upaya telah mereka lakukan untuk menyembuhkanku, namun hasilnya sia-sia. Tapi Tuhan Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada umatNya. Dengan izinNYA aku dipertemukan dengan seorang pria berhati mulia dan waskita. Sebut saja namanya Arif. Pertemuanku dengan Pak Arif tanpa diduga sebelumnya. Pamanku yang ada di Solo kebetulan berada di Jakarta, karena ada suatu urusan. Mendengar aku sakit parah pamanku segera menjengukku yang saat itu secara kebetulan dia bersama Pak Arif, salah satu teman kantornya.
Saat pertama kali melihat kondisiku yang tidak berdaya, Pak Arif sangat terkejut. Berkali-kali dia mengucapkan Istigfar. Pak Arif memberitahukan kepadaku, juga keluargaku, apa yang sebenarnya telah terjadi menimpa diriku. Dia mengatakan bahwa aku bukan mengidap penyakit medis, tapi mengidap penyakit akibat gangguan jin. Dari hasil deteksi dan terawangnya, aku telah membuat mahluk jin itu marah karena telah mengotori rumahnya, yang tak lain adalah pohon yang aku kencingi saat berada dalam perjalanan pulang dari Pelabuhan Ratu ke Jakarta.
Mendengar penuturan Pak Arif, seketika aku menjadi ingat dan mengakui kalau pernah membuang air kecil sembarangan. Persisnya di sebuah pokok pohon raksasa. Mendengar pengakuanku, kemudian Pak Arif meminta ijin dan doa restu kepada orang tuaku untuk mencoba menyembuhkanku. Lalu Pak Arif meminta segelas air putih, kemudian dia duduk bersila dan membacakan doa-doa di air tersebut. Saat dia hendak meminumkan air itu kepadaku, tiba-tiba entah datang dari mana ada sesuatu kekuatan yang menghantam gelas itu dan...Prang!! Gelas itu pecah di tangan Pak Arif. Untung saja wajahku dan wajah Pak Arif tidak terkena pecahan kaca.
Melihat kejadian ini, semua yang ada di kamarku tersentak kaget. Suasana semakin tegang dan mencekam saat jendela kamar bergerak kuat dihempas angin yang tiba-tiba saja datang, padahal malam itu tidak ada tanda-tanda hujan akan turun.
Melihat gelagat aneh itu Pak Arif lalu memasang kuda-kuda. Aneh sekali, tepat di depannya aku melihat kakek bongkok yang sering menerorku. Ternyata kakek bongkok itu marah karena Pak Arif berusaha untuk menyembuhkanku.
Ketika melihat kakek itu berusaha menyerang Pak Arif, aku menjerit ketakutan dan menunjuk-nunjuk ke arah si kakek yang berdiri tegak di dekat jendela. Tapi aneh, ayah, ibu, paman dan sanak keluarga yang berada di kamarku tidak melihat apapun. Hanya aku dan Pak Arif yang melihat sosok menyeramkan itu.
Dengan gerakan-gerakan silat, Pak Arif akhirnya berhasil mengalahkan kakek bongkok itu. Karena terdesak, sosok kakek bongkok itu merasuk kedalam tubuh Ibuku. Seketika Ibu kalap, sebab kerasukan. Kami semua menjadi panik. Ibu menyerang siapa saja yang dekat dengannya. Untung saja Pak Arif tetap tenang, dengan gerakan cepat dan satu kali hentakan saja sosok gaib itu berhasil dikeluarkan dan dikembalikan ke asalnya.
Setelah semua tenang dan terkendali, Pak Arif kembali memberi aku air yang terlebih dahulu diberinya doa-doa. Setelah meminum air itu aku merasakan lebih baik dan tenang. Pak Arif lalu mengarahkan tangannya ke kemaluanku. Gerakan tangannya seperti membuang sesuatu dari kemaluanku. Pak Arif mengatakan kalau pengobatan yang dilakukannya tidak bisa dilakukan sekali, tapi harus rutin sampai aku sembuh total, karena ada energi negatif yang terlalu lama berada bersemayam di dalam tubuhku.
Alhamdullillah, setelah menjalani terapi air putih yang telah diberi doa oleh Pak Arif, tidak sampai satu bulan aku telah sembuh. Benjolan-benjolan kecil di kelaminku pun telah tidak ada lagi dan kesehatanku pun pulih kembali. Aku sangat bersyukur kepada Allah karena telah memberikan kesembuhan kepadaku.
Semenjak peristiwa ini aku tidak lagi membuang air kecil sembarangan. Aku takut peristiwa yang pernah kualami akan terjadi lagi menimpaku.
Loading