Gara-gara
buang air kecil sembarangan di sebuah pohon tua, kemaluan seorang
pemuda membengkak dan bernanah. Bukan itu saja, dia kerap diteror oleh
sosok kakek bongkok berwajah seram, yang mengaku sebagai penghuni pohon
yang telah dikotorinya. Bagaimana kisah mistisnya....
Sebut saja namaku Chandra, berumur 22 tahun. Aku adalah seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta.
Pengalaman sarat mistis ini kualami berawal ketika aku dan teman-teman
kampus berekreasi ke Pelabuhan Ratu, untuk mengisi liburan akhir
semester.
Sengaja
kisah ini kututurkan kepada Penulis, agar para pembaca dapat mengambil
hikmah. Ya, setidaknya dapat berhati-hati dalam melakukan setiap
aktifitas karena di dunia ini tanpa kita sadari terdapat dimensi
kehidupan lain, yang di dalamnya hidup mahluk-mahluk yang tak bisa
dilihat dengan mata telanjang....
Suatu
pagi di bulan Agustus 2005, aku terbangun setelah mendengar suara
rombongan sepeda motor yang meraung-raung di halaman depan rumahku. Lalu
kulirik jam dinding yang ada di kamar tidur. "Astaga!" Pekikku dalam
hati, ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul 08 pagi.
Memang,
untuk mengisi liburan panjang, hari ini aku bersama teman-teman kampus
akan berekreasi ke Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Saat hendak beranjak dari
tempat tidur, tiba-tiba daun pintu kamar terbuka lebar dan beberapa
orang masuk menyerbuku. Mereka tak lain adalah teman-teman kampusku.
"Hari gini masih molor. Huh, dasar!" Teriak Muiz, sambil memukulkan bantal guling ke kepalaku.
"Cepatan kamu mandi, teman-teman sudah menunggu di depan," ujar Indra pula.
Dengan langkah yang gontai dan mata masih setengah terpejam, aku pun berjalan menuju kamar mandi.
Kira-kira
pukul setengah sepuluh pagi aku dan rombongan pun berangkat menuju
Pelabuhan Ratu. Kami memilih sepeda motor sebagai kendaraan. Selain
lebih praktis dan terhindar dari kemacetan, dengan bersepeda motor
sensasi petualangan akan lebih terasa serta bisa memacu adrenalin.
Dengan
berkonvoi secara tertib, kami menelusuri jalanan yang berkelak-kelok,
mendaki dan menurun. Melewati barisan pohon-pohon yang rindang dan bukit
yang menjulang. Bila rasa lelah dan dahaga mendera, kami pun
beristirahat di pepohonan yang rindang. Sambil melepas lelah kami pun
bercanda ria. Setelah merasa cukup beristirahat kami pun kembali
melanjutkan perjalanan.
Sekitar pukul 16.00 sore atau selama lima
jam lebih perjalanan, akhirnya kami pun tiba di Karang Hawu yang tidak
jauh dari hotel Samudra Beach. Suara deburan ombak dan pasir putih
seakan menyambut kedatangan kami. Sorak-sorai pun terdengar riuh menyatu
dengan ombak saat teman-temanku menceburkan dirinya ke laut. Jiwa
terasa damai saat aku berdiri di tepi pantai dan menatap air yang biru
dan luas. Kuhirup angin segar yang datang menerpa wajah dan rambutku.
Singkat
cerita,
kami menghabiskan waktu dengan bersenang-senang, bercanda ria sambil menghangatkan diri di api unggun dan tidur ditenda yang menghadap ke pantai. Sungguh pengalaman yang indah dan tak terlupakan.
kami menghabiskan waktu dengan bersenang-senang, bercanda ria sambil menghangatkan diri di api unggun dan tidur ditenda yang menghadap ke pantai. Sungguh pengalaman yang indah dan tak terlupakan.
Setelah
dua hari berada di Pelabuhan Ratu, akhirnya kami menyudahi liburan
mengasyikan itu. Rasanya ingin berlama-lama berada di Pelabuhan Ratu
tapi tidak mungkin, besok kami harus bersiap-siap untuk mengikuti mata
kuliah.
Karena
rasa lelah dan letih ditambah rasa kantuk yang terus mendera akibat
bergadang, dalam perjalanan kami banyak habiskan waktu untuk
beristirahat. Sampai pada akhirnya kami berhenti dan beristirahat di
sebuah gubuk tua yang berada dipinggir jalan.
Di
tempat itulah awal dari malapetaka yang menimpa diriku. Saat itu aku
dan beberapa orang temanku ingin buang air kecil. Tepat di belakang
gubuk ada sebuah pohon yang sangat besar, berdaun lebat dan memiliki
akar yang kokoh. Melihat ada tempat yang cocok untuk membuang air kecil,
aku pun menuju pohon itu dan mengajak temanku. Namun temanku menolak,
mereka lebih memilih semak belukar yang tidak jauh dari pohon itu.
"Jangan pipis disitu Chandra, siapa tau ada penghuninya," ujar Muiz memperingatkan.
"Ya betul, pohonnya saja terlihat seram dan angker, cari tempat yang aman saja," ujar Sanusi menambahkan.
Mendengar ucapan kedua temanku itu aku malah tertawa geli. Konyol sekali kalau mereka masih percaya dengan tahyul, pikirku.
"Percuma
kamu mahasiswa, sekolah tinggi-tinggi tapi masih percaya sama hantu.
Dasar kampungan," ejekku sambil menyemprotkan air seniku di pokok pohon
yang berdiameter sangat besar itu.
Memang, tak ada hal-hal aneh yang kualami pada saat itu. Semuanya masih berjalan normal.
Setelah beristirahat selama 20 menit lebih di gubuk tak berpenghuni itu, kami pun kembali melanjutkan perjalanan.
Namun,
saat rombongan hendak melanjutkan perjalanan, tiba-tiba aku merasakan
ada sesuatu yang menjalar di tubuhku. Ya, aku merasakan suhu tubuhku
berubah dingin, kemudian mataku seperti berkunang-kunang, dan kepala
terasa sangat pusing. Tapi kejadian ini hanya berlangsung sebentar,
sebab semuanya kembali normal. Karena itulah aku menganggapnya hanya
sebagai efek dari rasa letih yang mendera tubuhku.
Sekitar pukul delapan malam, kami semua tiba di Jakarta
dalam keadaan sehat wal'afiat. Sementara itu, sesampainya di rumah aku
langsung merebahkan tubuhku di atas tempat tidur, dan dalam hitungan
detik saja aku pun tertidur pulas.
Namun,
dalam tidur aku bermimpi didatangi oleh seorang kakek bongkok yang
berwajah seram. Dalam mimpiku itu si kakek terus memelototiku dengan
mengancungkan tangannya, sepertinya dia sedang marah. Dari mulutnya
keluar kata-kata yang sangat panjang, tapi aku tidak mengerti apa yang
dikatakannya.
Pada
keesokan harinya, aku menjalankan aktifitas seperti biasa. Namun ada
yang sering menggangguku saat beraktivitas yaitu rasa gatal di
kemaluanku. Awalnya, aku menganggap hal itu dikarenakan aku terkena
penyakit kulit biasa akibat memakai handuk secara bergantian dengan
teman-temanku saat berada di Pelabuhan Ratu, atau mungkin juga rasa
gatal itu akibat air yang kurang steril saat mandi di kamar mandi umum.
Yang paling mungkin, adalah karena aku telat mengganti celana dalam.
Namun
yang aneh, dalam kurun waktu sepekan rasa gatal itu tidak juga hilang,
malah semakin menjadi-jadi. Padahal aku telah memberinya bedak, bahkan
aku juga mandi dengan sabut antiseptik. Tapi mengapa rasa gatalnya kian
menjadi-jadi?
Karena
tidak tahan dengan rasa gatal itu, aku pun mencoba melihat apa yang
terjadi pada kemaluanku. "Astaga!" Pekikku saat melihat "burung kecilku"
yang tertidur pulas itu. Di sekitar daerah kemaluaku dipenuhi dengan
bintik-bintik kecil. Aku sama sekali tidak menyadari apa yang telah
terjadi. Beberapa waktu lalu saat aku hendak buang air kecil aku tidak
melihat bintik-bintik tersebut.
Pada
saat itu juga aku segera ke dokter kelamin untuk memeriksa penyakitku.
Setelah diperiksa dokter mengatakan aku terkena penyakit kotor, yaitu
syphlis. Tentu saja aku tidak setuju dengan apa yang dikatakan dokter,
karena aku sama sekali tidak pernah berhubungan intim dengan wanita,
apalagi wanita kotor. Di umurku yang telah mencapai 22 tahun aku tidak
pernah berhubungan badan baik itu dengan pelacur atau pun dengan
pacarku. Selama menjalin hubungan khusus dengan wanita, untuk mencium
bibir saja aku tidak punya nyali apalagi berhubungan badan.
Walau
pun tidak terima dengan kesimpulan dokter aku tetap mengikuti
saran-sarannya, sebab berharap bisa sembuh dari penyakit yang kuidap.
Resep obat yang diberikan pun aku tebus dengan uang yang yang tidak
sedikit.
Tapi
setelah mengikuti saran dokter dan meminum obat yang diberikannya,
penyakit yang kuidap tak kunjung sembuh, malah semakin parah.
Bintik-bintik kecil telah berubah menjadi benjolan-benjolan yang semakin
membesar dan disertai rasa gatal yang luar biasa. Celakanya lagi, saat
aku hendak buang air kecil terasa perih hingga sukar untuk mengeluarkan
air seniku. Tentu saja hal ini membuatku semakin khawatir terhadap
penyakit aneh tersebut.
Semenjak
menderita penyakit aneh tersebut, aku tidak mau memberitahukan kepada
siapa pun, baik keluarga maupun teman-temanku. Aku malu untuk
menceritakannya dan merasa takut kalau dituduh telah berbuat yang
macam-macam. Aku lebih banyak mengurung diri dalam kamarku.
Malangnya
lagi, semakin hari benjolan-benjolan itu semakin gatal dan menyiksaku.
Karena tidak kuat menanggung beban sendiri dan butuh saran dari pihak
keluarga, akhirnya aku pun menceritakan apa yang menimpa diriku kepada
ayah. Seperti dugaanku, ayah pun menuduhku telah melakukan hal-hal yang
negatif. Kemudian ayah membawaku ke dokter spesialis kelamin. Dokter
yang memeriksaku mengatakan bahwa dari ciri-ciri penyakit yang ku derita
aku terkena Syphlis. Namun ketika darahku diperiksa di laboratorium,
ternyata negatif. Aku tidak terkena penyakit kelamin jenis apa pun.
Tentu saja hasil diagnosa tersebut membuat dokter bingung apalagi aku dan ayah.
Setelah
mendapat perawatan intensif dari dokter, kondisiku sama sekali tidak
mengalami perubahan. Sakit yang kuderita semakin bertambah parah.
Kemaluanku tampak membengkak, karena benjolan di sekitar kelaminku
semakin membesar dan disertai nanah. Benjolan-benjolan itu pun menjalar
sampai ke pantat hingga ke perut. Rasa gatal di kelamin berubah menjadi
rasa perih sehingga membuatku tidak mampu untuk berjalan. Akibatnya
kesehatanku pun semakin memburuk. Suhu tubuh tinggi, disertai dingin
yang menggigil. Anehnya, seiring membesarnya benjolan di kelaminku,
kondisi tubuhku pun semakin kurus.
Yang
membingungkan, selama menderita sakit aneh tersebut, aku juga sering
bermimpi buruk. Dalam mimpi itu lagi-lagi aku melihat kakek bongkok
berwajah seram yang tertawa terpingkal-pingkal melihat keadaanku. Dia
sepertinya senang melihat aku menderita.
Bahkan
yang terjadi kemudian, aku tidak saja melihat kakek misterius itu
didalam mimpi, tapi juga dalam keadaan sadar. Aku kerap kali melihat
sosok itu berdiri dekat jendela kamar dengan mata melotot seolah-olah
hendak memakan kelaminku. Melihat sosok yang menyeramkan itu tentu saja
aku menjerit ketakutan.
Aku coba menceritakan keanehan ini kepada ayah dan ibuku. Namun mereka menganggap hal ini adalah halusinasi semata.
Sementara
itu, kian hari keadaanku kian parah. Bersamaan dengan itu juga keanehan
itu semakin sering menderaku. Pernah suatu malam ketika tidur, aku
dikejutkan oleh suara tawa yang terbahak-bahak. Saat membuka mata, aku
melihat kakek bongkok itu tengah berdiri di atas tubuhku, sedang
menginjak-injak kemaluanku. Melihat hal itu tentu saja aku
menjerit-jerit ketakutan, hingga membangunkan seisi rumahku.
Melihat
kondisiku yang semakin memprihatinkan, membuat orang tuaku bersedih.
Begitu pula dengan sahabat dan teman-teman kampusku. Segala upaya telah
mereka lakukan untuk menyembuhkanku, namun hasilnya sia-sia. Tapi Tuhan
Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada umatNya. Dengan izinNYA aku
dipertemukan dengan seorang pria berhati mulia dan waskita. Sebut saja
namanya Arif. Pertemuanku dengan Pak Arif tanpa diduga sebelumnya.
Pamanku yang ada di Solo kebetulan berada di Jakarta, karena ada suatu
urusan. Mendengar aku sakit parah pamanku segera menjengukku yang saat itu secara kebetulan dia bersama Pak Arif, salah satu teman kantornya.
Saat
pertama kali melihat kondisiku yang tidak berdaya, Pak Arif sangat
terkejut. Berkali-kali dia mengucapkan Istigfar. Pak Arif memberitahukan
kepadaku, juga keluargaku, apa yang sebenarnya telah terjadi menimpa
diriku. Dia mengatakan bahwa aku bukan mengidap penyakit medis, tapi
mengidap penyakit akibat gangguan jin. Dari hasil deteksi dan
terawangnya, aku telah membuat mahluk jin itu marah karena telah
mengotori rumahnya, yang tak lain adalah pohon yang aku kencingi saat
berada dalam perjalanan pulang dari Pelabuhan Ratu ke Jakarta.
Mendengar
penuturan Pak Arif, seketika aku menjadi ingat dan mengakui kalau
pernah membuang air kecil sembarangan. Persisnya di sebuah pokok pohon
raksasa. Mendengar pengakuanku, kemudian Pak Arif meminta ijin dan doa
restu kepada orang tuaku untuk mencoba menyembuhkanku. Lalu Pak Arif
meminta segelas air putih, kemudian dia duduk bersila dan membacakan
doa-doa di air tersebut. Saat dia hendak meminumkan air itu kepadaku,
tiba-tiba entah datang dari mana ada sesuatu kekuatan yang menghantam
gelas itu dan...Prang!! Gelas itu pecah di tangan Pak Arif. Untung saja
wajahku dan wajah Pak Arif tidak terkena pecahan kaca.
Melihat
kejadian ini, semua yang ada di kamarku tersentak kaget. Suasana
semakin tegang dan mencekam saat jendela kamar bergerak kuat dihempas
angin yang tiba-tiba saja datang, padahal malam itu tidak ada
tanda-tanda hujan akan turun.
Melihat
gelagat aneh itu Pak Arif lalu memasang kuda-kuda. Aneh sekali, tepat
di depannya aku melihat kakek bongkok yang sering menerorku. Ternyata
kakek bongkok itu marah karena Pak Arif berusaha untuk menyembuhkanku.
Ketika
melihat kakek itu berusaha menyerang Pak Arif, aku menjerit ketakutan
dan menunjuk-nunjuk ke arah si kakek yang berdiri tegak di dekat
jendela. Tapi aneh, ayah, ibu, paman dan sanak keluarga yang berada di
kamarku tidak melihat apapun. Hanya aku dan Pak Arif yang melihat sosok
menyeramkan itu.
Dengan
gerakan-gerakan silat, Pak Arif akhirnya berhasil mengalahkan kakek
bongkok itu. Karena terdesak, sosok kakek bongkok itu merasuk kedalam
tubuh Ibuku. Seketika Ibu kalap, sebab kerasukan. Kami semua menjadi
panik. Ibu menyerang siapa saja yang dekat dengannya. Untung saja Pak
Arif tetap tenang, dengan gerakan cepat dan satu kali hentakan saja
sosok gaib itu berhasil dikeluarkan dan dikembalikan ke asalnya.
Setelah
semua tenang dan terkendali, Pak Arif kembali memberi aku air yang
terlebih dahulu diberinya doa-doa. Setelah meminum air itu aku merasakan
lebih baik dan tenang. Pak Arif lalu mengarahkan tangannya ke
kemaluanku. Gerakan tangannya seperti membuang sesuatu dari kemaluanku.
Pak Arif mengatakan kalau pengobatan yang dilakukannya tidak bisa
dilakukan sekali, tapi harus rutin sampai aku sembuh total, karena ada
energi negatif yang terlalu lama berada bersemayam di dalam tubuhku.
Alhamdullillah,
setelah menjalani terapi air putih yang telah diberi doa oleh Pak Arif,
tidak sampai satu bulan aku telah sembuh. Benjolan-benjolan kecil di
kelaminku pun telah tidak ada lagi dan kesehatanku pun pulih kembali.
Aku sangat bersyukur kepada Allah karena telah memberikan kesembuhan
kepadaku.