Gara-gara menolong
mengevakuasi mayat gadis korban tabrak lari, Rusdi mengalami kejadian
mistis yang sangat aneh. Arwah gadis itu datang padanya dan mengaku
telah jatuh cinta. Tak hanya itu, si gadis juga mengajaknya bercumbu....
Ketika
baru beberapa hari diberhentikan kerja dari sebuah pabrik tekstil di
kota Bandung, Rusdi mencoba menjalani profesi baru sebagai sopir
angkutan kota. Sedikit pun dia tak menyangka kalau profesi barunya ini
bakal mengantarkannya pada sebuah pengalaman yang benar-benar aneh tapi
nyata. Kepada Penulis, Rusdi menuturkan kisah mistis romatisnya yang
meremangkan bulu kuduk itu...:
Pengalaman aneh yang dilakoni oleh
Rusdi itu berawal ketika pada suatu hari, ia menggunakan mobil angkotnya
itu untuk mengangkut mayat seorang gadis korban tabrak lari. Memang,
ketika itu tak ada sopir angkot atau mobil lainnya yang mau bermurah
hati mengantarkan mayat si gadis ke rumah sakit terdekat. Sementara,
setelah lama menunggu mobil ambulan dan petugas berwajib belum juga
datang untuk mengevakuasi korban tabrak lari itu.
Menurut kesaksian
beberapa warga di sekitar lokasi kejadian, gadis itu ditabrak saat
menyeberang jalan oleh sebuah mobil Toyota Kijang warna hitam, yang
melaju dengan kecepatan tinggi.
"Gadis itu menyeberang tanpa menoleh kiri kanan! Dia seperti melamun!" komentar seorang warga sambil menggelengkan kepala.
"Sayang sekali, kami tak sempat mencatat plat nomor polisi mobil itu!" tambah warga yang lain setengah menggerutu.
Dari
warga itu pula Rusdi tahu bahwa korban tidak bisa diketahui
identitasnya, karena tak membawa KTP atau kartu pengenal lainnya. Warga
di sekitar lokasi kejadian pun tak ada yang mengenali wajah gadis korban
tabrak lari itu. Mungkin, dia bukan berasal dari daerah yang dekat
dengan lokasi kejadian.
Kondisi mayat
gadis itu sungguh mengenaskan.
Selain tubuhnya penuh dengan luka gores dan memar, beberapa bagian
sendi-sendi tulangnya pun tampak menyembul dan bengkak-bengkak. Dan yang
paling mengenaskan lagi, darah tak henti-hentinya menetes dari bagian
belakang kepalanya yang retak.
Sungguh menyedihkan sekali keadaan
gadis ini. Rusdi sempat melihat wajahnya yang cukup cantik dengan hiasan
tahi lalat di atas bibirnya.
"Sayang sekali, kalau saja tahu nama
dan alamatnya pasti kuantarkan mayat gadis ini pada keluarganya," batin
Rusdi seraya menghidupkan mesin mobil angkotnya.
Meski demikian,
karena ambulance yang ditunggu tak kunjung datang, sementara tak ada
seorang pun pemilik kendaraan roda empat yang mau mengevakuasi mayat
gadis itu, maka Rusdi akhirnya mengambil inisiatif dengan dorongan rasa
kemanusiaannya. Ia bersedia mengantar mayat gadis itu ke rumah sakit,
meski pasti takkan ada seorang pun yang mau membayarnya. Tak lama
kemudian, mobil angkotnya meluncur menuju rumah sakit terdekat.
Namun
yang sangat aneh, sejak mobil angkotnya dipakai mengangkut mayat gadis
korban tabrak lari itulah Rusdi sering mendapat borongan penumpang ke
luar kota. Bahkan di saat sopir lain kesulitan mencari penumpang, mobil
angkot yang dikemudikan Rusdi malah selalu ramai dipenuhi penumpang.
Entahlah, mobil angkotnya itu seperti tiba-tiba punya daya tarik gaib yang mampu menyedot perhatian dan minat penumpang.
"Sopir-sopir
lain setornya pada nunggak. Tapi sudah seminggu ini setoranmu selalu
full ! Rupanya kamu berbakat juga jadi sopir, Rus!" komentar Pak Barkah
sambil tersenyum, ketika suatu sore Rusdi menyetor uang pada majikannya
yang punya lima angkot itu.
"Alhamdulillah, minggu ini rejeki saya lagi bagus, Pak!" Rusdi pun tersenyum bahagia.
"Biasanya,
kalau mobil angkutan dipakai mengangkut mayat korban kecelakaan, maka
mobil angkutan itu bakal sial dan sepi penumpang. Begitu menurut
kepercayaan yang beredar di kalangan sopir. Tapi ini malah sebaliknya,
jangan-jangan arwah gadis korban tabrak lari itu mencintaimu, Rus?"
tambah Pak Barkah dengan nada berkelekar.
"Ah, Pak Barkah ini ada-ada saja! Di zaman modern ini mana ada arwah yang jatuh cinta pada manusia?" tukas Rusdi.
Tapi,
diam-diam hati Rusdi sebenarnya sempat bergetar juga mendengar canda
Pak Barkah barusan. Tanpa seorang tahu, sejak mengantarkan mayat gadis
itu, Rusdi sebenarnya merasa sering dibayangi oleh sosok gadis itu yang
selalu tersenyum padanya.
Karena hari sudah lewat Maghrib, Rusdi lalu
beranjak dari duduknya dan pamit pulang kepada Pak Barkah. Namun,
sepulang dari rumah majikannya itu Rusdi tidak langsung pulang ke
rumahnya, melainkan jalan-jalan dulu ke pasar malam. Ia sengaja
menyempatkan diri nonton show dangdut di panggung hiburan. Sekitar jam
sebelas malam Rusdi baru memutuskan untuk pulang ke rumah kontrakannya.
Ketika
tiba di rumah kontrakannya, Rusdi merasa heran melihat lampu-lampu
listrik di rumah itu tampak sudah terang benderang. Padahal, ketika pagi
buta tadi ia pergi untuk memulai aktivitasnya sebagai sopir angkot, ia
sudah memastikan semua lampu di dalam rumah mungil itu telah
dimatikannya. Lalu, siapa yang telah menyalakan lampu-lampu itu? Apa
mungkin ada yang masuk ke dalam rumah? Ya, misalnya si pemilik rumah
yang berbaik hati karena melihat Rusdi belum pulang? Bujangan ini merasa
heran. Sambil geleng-geleng kepala ia merogoh kunci pintu rumah dari
saku celananya.
Begitu melihat keadaan di dalam rumah, lagi-lagi
Rusdi merasa heran. Bagaimana tidak heran kalau ia melihat kamar
tidurnya sudah dalam keadaan rapi dan bersih. Padahal sewaktu
ditinggalkan kamarnya itu dalam keadaan berantakan. Maklum, ia tak
pernah sempat merapikan tempat tidur. Biasanya, selepas mandi dan sholat
Subuh, ia langsung minggat untuk mencari nafkah.
Yang lebih
mengherankan lagi, kain seprai dan sarung bantal tempat tidurnya tampak
sudah bersih dan rapi seperti baru saja diseterika. Aroma melati tercium
dari arah kamar tidur itu.
Sesaat Rusdi hanya bisa bercenung heran
menyaksikan keanehan yang tampak di depan matanya itu. Lebih-lebih di
rumah kontrakannya itu ia tinggal sendirian. Lantas, siapa yang telah
merapikan tempat tidurnya? Mungkinkah ibu pemilik rumah kontrakannya
yang sekali ini ingin berbaik hati padanya? Sekali lagi Rusdi
geleng-geleng kepala dan tak menemukan jawab atas pertanyaannya.
Namun
yang jelas, tak terlihat tanda-tanda adanya orang masuk ke rumah.
Bukankah setiap kali hendak keluar rumah Rusdi selalu mengunci pintu dan
jendela kamarnya? Maklum, rumah kecil yang baru satu bulan dikontraknya
itu letaknya agak terpencil dari rumah penduduk lainya.
Diam-diam,
Rusdi memiliki prasangka lain: "Jangan-jangan semua ini ulah bangsa
siluman atau makhluk halus?" Bersamaan dengan munculnya pikiran ini bulu
kuduk Rusdi tiba-tiba berdiri meremang.
Anehnya, bersamaan dengan
itu pula lamat-lamat Rusdi mendengar suara kecipak dan guyuran air dari
arah kamar mandi. Dengan heran dan penasaran Rusdi lalu memberanikan
diri melangkah menuju kamar mandi. Letak kamar mandi itu memang menyatu
dengan dapur dan hanya dibatasi dinding penyekat yang terbuat dari bilik
bambu.
Semakin dekat ke kamar mandi semakin jelas suara kecipat dan
guyuran airnya. Seperti suara orang yang tengah mandi? Pikir Rusdi
sambil melangkah mengendap mendekati bilik kamar mandi itu.
Ia lalu
mencari celah lubang bilik bambu itu. Dan betapa terkejutnya Rusdi
manakala dari celah-celah bilik bambu itu, ia bisa melihat seorang gadis
tengah asyik mandi. Gadis itu mandi dengan posisi berdiri agak
menyamping. Sebentar mata Rusdi menjilati lekuk-lekuk tubuh telanjang si
gadis. Tapi sebentar kemudian degup dadanya tiba-tiba mengencang, bulu
kuduknya meremang dan lututnya bergetar manakala melihat wajah gadis
yang tengah mandi itu.
Sunguh sulit di percaya! Wajah gadis dengan
hiasan tahi lalat di atas bibirnya itu mengingatkan Rusdi pada wajah
gadis korban tabrak lari yang beberapa hari lalu mayatnya ia bahwa ke
rumah sakit.
"Ja...jad...jadi...dia...dia...han...hantuuu...!?" tak sadar Rusdi berteriak saking takut dan terkejutnya.
Tanpa
pikir lagi Rusdi lalu melompat berlari ke luar dari rumah. Tapi aneh,
langkah kakinya seperti digerakkan oleh suatu kekuatan yang menyeretnya
malah masuk ke kamar. Dan di dalam kamar Rusdi hanya bisa ternganga,
matanya membelalak ketakutan melihat gadis itu tahu-tahu sudah duduk di
sisi tempat tidurnya.
"Kamu tak perlu takut melihatku. Aku datang
dengan maksud baik!" ucap gadis itu pelan dengan nada memohon. "Aku
sendiri yang telah menyalakan lampu-lampu di rumah ini dan merapikan
kamar tidurmu," tambahnya dengan suara lembut.
"Tap...tap...tapi bukankah kamu sudah meninggal?" tanya Rusdi dengan suara gemetar karena ketakutan.
"Yang
meninggal itu hanya jasadku. Tetapi arwahku tidak!" tukas gadis itu
seperti ingin meyakinkan. Lalu, dia bercerita dengan suara yang
terdengar sangat perih:
"Bagiku, lebih baik mati jadi korban tabrak
lari, daripada harus hidup menyusui tiga sosok tuyul peliharaan orang
tuaku! Kamu tahu? Sudah dua tahun lebih orang tuaku mendapatkan harta
dengan cara tidak halal, menyuruh tuyul-tuyul itu mencuri uang dari
rumah tetangga. Gilanya, ibuku malah bersedia menjadi ibu asuh tiga
sosok tuyul itu. Setiap malam Selasa dan Jum'at dia bersedia menyusui
makhluk itu. Sampai suatu hari, ibuku ditemui pingsan karena kekurangan
darah di tubuhnya. Sejak itulah aku tahu bahwa orang tuaku memelihara
tuyul di rumah. Dan sejak itu pula ayahku memaksa agar aku mau menyusui
ketiga tuyul itu. Katanya, aku harus rela melakukan ini sampai
utang-utang orang tuaku lunas! Namun aku lebih memilih minggat dari
rumah, daripada menuruti perintah gila ayahku itu!"
Rusdi hanya
terdiam mendengar ceritanya yang aneh dan menyakitkan itu. Pikirannya
benar-benar kacau: Aneh, heran, bingung dan takut. Semuanya seakan
menyatu di dalam dada laki-laki yang masih hidup membujang ini.
"Sebenarnya,
dalam peristiwa tabrak lari itu adalah aku yang salah. Waktu itu, aku
memang sengaja membiarkan tubuhku ditabrak mobil! Tapi sudahlah,
semuanya sudah terjadi. Yang penting di malam ke tujuh ini aku ingin
berterimah kasih padamu," ucap gadis itu sambil merubah posisi duduknya
jadi setengah merebah. Kaki kanannya tampak terangkat menginjak tempat
tidur, sementara kaki kirinya dibiarkan tetap dilantai.
Karena posisi
si gadis yang demikian, cahaya lampu listrik di kamar itu seperti
langsung menerobos belahan atas sepasang kakinya. Lekuk-lekuk indah
tubuh gadis itu pun tampak jelas karena terbungkus gaun putih yang
transparan.
"Kurasa, selama ini ungkapan terimah kasihku belum cukup.
Jujur saja, sejak kamu bermurah hati mau mengantarkan jasadku ke rumah
sakit, arwahku sudah tertarik padamu! Malam ini aku ingin mewujudkan
rasa cinta dan terima kasihku. Kuharap kamu mengerti maksudku. Biar
arwahku tenang mengembara di alam nun jauh di sana," desah si gadis itu
dengan senyum dan tatap mata menggoda.
Aneh, senyum dan tatapan mata
gadis itu seperti mengundang suatu kekuatan yang bukan hanya mampu
menumpulkan kesadaran Rusdi, tetapi juga telah membangkitkan gairah
birahi laki-laki yang masih bujangan ini. Untuk beberapa waktu lamanya
ia tetap coba berdiri di sudut ruangan. Namun, sorot matanya mulai
berubah nanar melihat keindahan yang terpampang di hadapannya.
"Ayolah,
tak baik terus menerus berdiri di situ!" desah si gadis lagi sambil
melambaikan tangan mengajak Rusdi duduk di sampingnya.
Degup di dada
Rusdi kian mengencang, gejolak birahinya makin meronta manakala sudah
duduk disamping gadis itu. Apalagi dalam waktu sekejap bibir dan tangan
si gadis langsung menggerayangi setiap jengkal tubuhnya.
Beberapa
detik kemudian, dua tubuh telanjang berlainan jenis dan alam itu telah
menyatu dalam lagu dan gerak cinta yang menghanyutkan. Lama mereka
saling memacu hasratnya. Hingga akhirnya keduanya sama-sama tergolek
lemas bersimbah keringat.
Esoknya ketika pagi menjelang, saat
terbangun Rusdi tak melihat lagi gadis itu terbaring indah di
sampingnya. Dia telah pergi. Kemana gadis itu pergi? Pikir Rusdi sambil
melihat-lihat keadaan seputar kamarnya.
Sesaat Rusdi merasakan
dirinya baru terjaga dari sebuah mimpi indah namun terasa asing baginya.
Kemudian ingatannya melayang pada kejadian aneh yang dialaminya
semalam.
Buru-buru Rusdi memungut pakaiannya yang berserakan di
lantai dan tempat tidur. Ketika itulah secara tak sengaja Rusdi melihat
ada bercak-bercak darah di kain seprei tempat tidurnya.
Darah perawan
gadis itukah? Ya Tuhan, kenapa semua ini bisa terjadi dan menimpaku?
Batin Rusdi tak habis pikir. Ia semakin tak mengerti dengan kejadian
yang telah dialaminya. Haruskah ia bahagia, atau malah mengutuki
ketololan dirinya?
Hari itu Rusdi libur mengemudikan mobil angkotnya.
Laki-laki ini memutuskan untuk pulang dulu ke kampung halamannya di
Garut. Tiba di Garut Rusdi lalu menemui seorang Ajengan dan menceritakan
kejadian aneh yang dialaminya itu, sekaligus minta perlindungan dari
gangguan dan godaan bangsa makhluk halus.
Bagaimana pun Rusdi merasa
risih jika harus berhubungan intim lagi dengan gadis yang bukan
mukhrimnya itu. Apalagi gadis bertahi lalat itu juga tidak hidup sealam
dengannya. Gadis itu adalah sosok arwah penasaran akibat proses
kematiannya yang tak wajar.
Memang aneh dan terasa musykil sisi
kehidupan yang dialami Rusdi. Tapi agaknya begitulah bagian lain dari
perpaduan kehidupan nyata dan gaib. Penuh teka-teki dan rahasia yang tak
mudah diterjemahkan dengan nalar.
"Alhamdulillah, setelah minta
petunjuk dan amalan dari Ajengan, saya tak lagi mengalami kejadian
menyeramkan sekaligus menjijikan seperti yang saya alami malam itu,"
kisah Rusdi kepada Misteri.
Ia mengaku telah melacak kebaradaan gadis
itu ke rumah sakit. Sayang, pihak rumah sakit tak bisa memberikan
banyak keterangan tentang jatidiri gadis itu, dan siapa yang telah
menebus mayatnya.
"Setiap usai sholat, saya selalu mengirimi dia doa.
Ya, semoga saja arwahnya bisa mendapatkan tempat yang layak di sisi
Allah," cetus Rusdi, tulus