Gunung ini
disebutkan sebagai yang tertinggi di dunia. Namun, tak semua orang yang
bisa melihatnya. Malah celakanya, mereka yang melihat gunung ini akan
mati secara misterius....
Menurut sebuah sumber yang
sangat terpercaya, di wilayah perbatasan antara Tibet dan Cina, terdapat
sebuah gunung siluman yang sangat misterius. Dikatakan misterius,
karena gunung ini benar-benar aneh bin ajaib.
Namanya Gunung Amne
Machen. Gunung yang hanya memperlihatkan diri sewaktu-waktu ini telah
lama menggoda banyak kalangan untuk membuktikannya. Anehnya, Gunung ini
diyakini hanya akan menampakkan wujudnya kepada orang-orang tertentu
saja. Konon, Amne Machen ini seribu kaki lebih tinggi dari Mount
Everest, puncak tertinggi di dunia.
Seperti kita ketahui, Mount
Everst yang sendiri terdapat di pegunungan Himalaya, yang dianggap
sebagai gunung paling tinggi di dunia. Jadi dapat dibayangkan, betapa
tingginya Gunung Amne Machen itu.
Penduduk di sekitar lereng Himalaya
yang pada umumnya akan enggan untuk mempercakapkan gunung yang satu
ini. Pasalnya mereka takut kualat, karena Amne Machen dianggap sebagai
gunung angker penebar kutukan. Mereka meyakini, siapa yang sempat
melihat keberadaan Amne Machen, maka tidak lama kemudian dia akan
mengalami malapetaka yang sangat tragis. Lebih-lebih bila yang melihat
itu adalah orang kulit putih atau orang Barat.
Menurut sebuah cerita,
Jenderal Pereira, tentara Inggris yang sudah purnawirawan, mati
mendadak tidak lama setelah dia melihat Gunung Amne Machen.
Dikisahkan,
dalam perjalanan dari Shanghai menuju Laut Kaspia, Pereira sempat
singgah hingga beberapa lama di dataran Tibet. Di sini dia mendengar
tentang gunung aneh Amne Machen. Karena sangat penasaran, Pereira
bertekad untuk mencarinya sampai ketemu. Dia bahkan bersumpah tidak akan
pulang ke negaranya sebelum membuktikan sendiri cerita kuno yang telah
tumbuh secara turun-temurun itu.
Setelah beberapa lama, apa yang
didambakannya itu jadi kenyataan juga. Pada suatu hari, Pereira berhasil
melihat Gunung Amne Machen pada jarak ratusan mil dari suatu tempat
yang tinggi di sebuah bukit di sekitar Himalaya. Menjulang ribuan kaki
ke atas, dinding gundul sebuah gunung raksasa terlihat berselimutkan
awan.
Menurut catatan Pereira, gunung tersebut tmapak sedemikian
tinggi, sehingga dalam menatapnya Pereira seperti kehilangan nafas,
sehingga dia meyakini bahwa gunung ini tingginya memang sangat sulit
dibayangkan atau diukur. Apalagi sebelum melihat pemandangan ini,
Pereira adalah seorang yang pernah menjelajahi banyak benua. Dia pernah
menyaksikan Canadian Rockies, pernah mendaki puncak Himalaya, bahkan
juga pernah menagkulan pegunungan Andes di Amerika Selatan yang bersuhu
sangat ganas itu.
Namun tak ada yang membuatnya gugup sampai
sedemikian rupa dan takjub luar biasa, seperti pada saat dirinya melihat
Amne Machen. Bahkan dalam catatannya, Pereira memastikan bahwa itu
adalah gunung yang paling hebat di antara gunung-gunung yang pernah
disaksikannya.
Segera melihat dengan mata kepala sendiri betapa
hebatnya Gunung Amne Machen, Pereira memutuskan untuk segera pulang ke
Inggris, dan kemudian berencana menyelenggarakan suatu ekspedisi
sendiri. Dia sudah begitu gembira dengan harapan akan dapat termasyhur
dengan penemuan terbesar dalam abad ini, sehingga sama sekali melupakan
peringatan penduduk setempat tentang kutukan gunung siluman itu.
Sebelum
terbang ke Inggris, persisnya tatkala Pereira tiba di sebuah dusun yang
terletak di perbatasan Tibet dan Cina, berjumpalah Pereira dengan
pengelana tersohor dari Amerika, Joseph Rock. Diutarakannya kepada Rock
tentang apa yang telah disaksikannya itu. Mendengar cerita Pereira yang
tampak sangat bombabtis, orang Amerika tersebut tidak percaya.
Barulah
setelah lama berbincang tentang masalah itu, dan Pereira bersumpah
tentang apa yang telah disaksikannya, akhirnya Rock yakin bahwa Pereira
memang telah menemukan sesuatu yang luar biasa. Pada keesokan paginya
Pereira bertolak menuju daerah pantai dalam perjalanan pulanngya.
Namun
kemudian datanglah musibah itu. Beberapa jam setelah meninggalkan
wilayah Tibet dan bersama serombongan pedagang menempuh perjalanan di
negeri Cina, Pereira mendadak meninggal dunia. Dia terjungkal jatuh dari
atas kudanya, dan kedua tangannya menekan dada pada arah jantungnya.
Sekonyong-konyong dia berpaling ke belakang dan memandang ke arah Tibet,
kemudian sekarat dan mati.
Apakah kutukan gunung Amne Machen yang
menewaskannya? Tentu saja begitulah pendapat orang-orang Tibet dan Cina.
Para saudagar yang mendengar bahwa Pereira pernah menyaksikan gunung
itu, tak seorang yang mau menjamah tubuhnya. Mereka membiarkan saja
mayatnya tergeletak di situ, dan selanjutnya melaporkan kematiannya
kepada seorang penginjil Inggris, yang kemudian mengusahakan pemakaman
Jenderal Pereira.
Setiap orang yang kenal dengan Jenderal pensiunan
Inggris itu, merasa heran dengan kematiannya yang disebabkan oleh
penyakit jantung. Soalnya pada masa hidupnya, Pereira selalu sehat dan
penuh gairah.
Tatkala memulai perjalanannya yang jauh, dia baru saja
melampaui usia 40 tahun. Tak seorangpun dia ntara mereka yang
mempercayai bahwa Pereira mati terbunuh oleh suatu kutukan.
Juga, tak
seorang pun orang di luar Tibet dan Cina yang percaya pada dongeng
mengenai gunung angker itu, sampai kemudian dalam perang dunia kedua
disebutkan ada beberapa pilot pesawat termput yang telah melihat gunung
tersebut. Dalam laporan itu dikatakan bahwa mereka nyaris menabrak
sebuah gunung misterius, yang berada di perbatasan antara Tibet dan
Cina.
Untungnya, mereka dapat menghindarkan pesawatnya, sehingga
kecelakaan bisa terelakkan. Mereka heran sekali menghadapi hal itu,
sebab meteran penunjuk ketinggian terbang di pesawat menunjukkan angka
lebih dari 30.000 kaki, hampir seribu kaki lebih tinggi dari puncak
Mount Everest.
Beberapa tahun seusai perang dunia, seorang wartawan
Amerika yang tertarik oleh kisah perjalanan Pereira dan penemuannya yang
ajaib itu coba melakukan pencarian terhadap gunung maha tinggi seperti
yang ditulis sang jendral dalam catatannya. Beberapa lama kemudian dia
mengatakan, bahwa dia pun sudah berhasil menyasikan Gunung Amne Machen
dengan mata kepalanya sendiri.
Sayangnya, peralatan-peralatan ilmiah
untuk mengukur ketinggian gunung yang dimiliki oleh si wartawan telah
rusak, kerana perlakuan kasar orang-orang pribumi yang membawanya. Juga
akibat berbulan-bulan diangkut di atas kuda, melalui daerah-daerah yang
masih liar dan ganas.
Terdapat tiga orang kulit putih dalam ekspedisi
itu. Salah seorang tewas akibat musibah tanah longsor, beberapa hari
setelah mereka menyaksikan Amne Machen. Yang kedua mati di Peking,
setelah terserang penyakti tipus. Adapun si wartawan sendiri tewas
tenggelam beberapa bulan setelah menyaksikan gunung yang didambakannya
itu.
Benarkah kutukan Amne Machen yang telah membunuh mereka? Yang
dapat dipastikan adalah bahwa tak seorang pun orang kulit putih yang
menyatakan telah melihat gunung siluman itu yang dapat hidup lebih lama.
Mungkin juga benar kepercayaan mistis orang Tibet bahwa siapapun yang
melihat gunung itu maka matilah sebagai tuntutannya.