Meski sudah puluhan kali terbang saya jarang memperhatikan masalah ini.
Hingga akhirnya sebuah tulisa di kompas.com mengulas tentang misteri
kursi nomor 13 di Batavia Air. Monggo disimak, dan jangan lupa ini hanya
sekedar opini.
Tahukah Anda, konon tidak ada kursi penumpang di pesawat terbang yang
bernomor 13 di dunia ini? Meski banyak yang tidak percaya, namun tahyul
di jagad raya ini mempercayai angka 13, dikaitkan dengan kejadian sial
atau mengerikan.
Namun di Indonesia, pesawat Batavia Air dengan nomor penerbangan YG -
561 dari Jakarta tujuan Pekanbaru, hari Minggu (25/9/2011) petang,
memberikan tiket penumpang bernomor 13A dan 13B kepada Nyonya Mardiana
dan suaminya. Mulanya, Mardiana merasa heran, sebab setelah puluhan kali
naik pesawat, baru kali ini dia mendapat kursi bernomor 13. Namun dia
mendiamkan saja.
Keanehan mulai terjadi saat Mardiana dan suaminya naik ke pesawat.
Ternyata kursi bernomor 13 memang tidak ada. Setelah kursi nomor 12,
yang ada di deretan selanjutnya adalah kursi bernomor 14. Ketika
disampaikan perihal nomor tiket itu kepada pramugari yang bernama Ira
Maei, dia langsung terheran-heran.
"Tidak ada nomor 13 di pesawat ini, ada kesalahan, namun ibu dan bapak
dapat duduk di kursi nomor 14A dan 14B ini saja dahulu," kata Ira
menenangkan.
Tidak lama kemudian, muncul seorang pria tinggi besar yang menyebutkan
dia memiliki tiket bernomor 14 A dan seorang penumpang lain yang
belakangan diketahui bernama Rizal, pegawai Kantor Bea dan Cukai Riau
yang memegang tiket bernomor 14B.
Masalah mulai muncul, dan pramugari Hindri Astutik dan Juni Cahyati
mulai terlihat kasak kusuk memanggil petugas darat untuk membantu
menyelesaikan persoalan. Setelah beberapa lama, seluruh penumpang telah
naik ke pesawat. Ternyata, ada tersisa dua kursi yang belum diduduki
penumpang. Akhirnya pramugari mengarahkan Rizal untuk duduk di kursi
bernomor 2B dan pria bertubuh tinggi besar di kursi 11E yang kosong.
Pesawat berkapasitas 168 orang itu penuh total. Tidak ada lagi kursi
tersisa.
Namun akibat insiden kursi bernomor 13A dan 13B, jadwal pesawat yang
semestinya tebang pukul 16.50, pintu pesawat baru dapat ditutup pada
pukul 17.10 dan terbang pukul 17.30. Tidak ada kejadian apapun sepanjang
perjalanan dari Jakarta ke Pekanbaru, cuaca cukup bagus.
Hanya saja sesaat sebelum mendarat, tubuh pesawat bergoyang, oleng ke
kiri dan ke kanan, tidak stabil, sehingga membuat penumpang cukup cemas.
Untungnya, Kapten Pilot Hendra Sutrisno mampu mendaratkan pesawat
dengan baik. Ketika mendarat, bahkan ada penumpang yang bertepuk tangan.
Sebelum turun dari pesawat, Mardiana dan suaminya masih penasaran,
mengapa mereka diberi nomor kursi 13 A dan 13B. Pramugari Juni Cahyati
mengatakan, masalah itu disebabkan petugas darat Batavia, mungkin tidak
mengecek bahwa pesawat Batavia yang satu ini, tidak memiliki kursi
bernomor 13.
"Memangnya ada pesawat yang bernomor kursi 13?" tanya suami Ny Mardiana.
Juni mengungkapkan, ada satu pesawat Batavia di Indonesia, yang
memiliki nomor kursi 13. Kalau pernyataan Juni diasumsikan benar,
mengapa hanya Ny Mardiana dan suaminya yang mendapat nomor kursi 13?
Bukankah kalau penumpang penuh, semestinya, ada empat penumpang lain
yang memegang tiket bernomor 13C, 13D, 13E dan 13F? Belum ada jawaban
misteri kursi bernomor 13A dan 13B itu, kecuali pihak Batavia mau jujur
membukanya kepada publik.
Atau, jangan-jangan petugas darat Batavia Air memang tidak profesional.
Contoh ketidakprofesional lainnya, sebelum masuk ke pesawat, penumpang
Batavia yang berada di ruang tunggu C7 tujuan Pekanbaru harus masuk ke
pesawat melewati pintu C5, sementara pada saat bersamaan, penumpang yang
berada di ruang tunggu C5 tujuan Batam dipindahkan ke jalur C7.
Koridor bandara akhirnya kacau penuh sesak, penumpang dari dua arah
berlawanan bersinggungan karena hendak bergegas naik ke pesawat.