Sabtu, 03 Desember 2011

PESUGIHAN PUTIH SOLUSI BISNIS MACET

Fenomena pesugihan di kalangan pedagang bukan hal asing bagi masyarakat. Pasalnya, maju tidaknya usaha yang digeluti seseorang tergantung dari daya tarik terhadap pelanggannya. Upaya itu bisa dilakukan dengan memberikan harga murah, pelayanan yang baik, serta daya tarik secara alamiah. Yakni dengan melakukan ritual tertentu yang bertujuan untuk memperlancar usaha dagangnya.
Hanya saja, upaya ditempuh oleh pedagang sangat disayangkan jika menggunakan pesugihan yang tidak dibenarkan oleh agama maupun norma sosial. Diantaranya dengan mendatangkan pesugihan terkait ilmu hitam yang bertujuan untuk menyedot harta kekayaan tanpa diketahui asal-usulnya. Ujung-ujungnya harus ada tumbal yang diserahkan pada prewengan yang telah memberinya kekayaan. Sudah jelas model demikian tidak dibenarkan.
Namun, diantara pedagang Pasar Klewer lebih banyak menggunakan sarana untuk memperlancar usaha dengan mengamalkan doa dan amalan yang diberikan oleh para spiritualis. Cara demikian banyak diminati karena ilmu yang digunakan sudah jelas tidak bertentangan dengan agama, berikut tidak harus mengorbankan tumbal tertentu. Cukup dengan mengamalkan doa tertentu sambil menebar karomah dari pegangan yang diberikan oleh spiritualis tersebut.
Hal itu dibenarkan oleh spiritualis asal Semarang Ki Fatahillah. Menurutnya, bukan hanya pedagang pasar Klewer yang menggunakan jasa spiritual, pedagang di tempat lain juga pada menggunakan. Kedatangan mereka ingin mendapatkan pesugihan, namun pesugihan yang sesuai syareat agama, yakni pesugihan putih. “Kalangan pedagang biasa mengenalnya dengan sebutan pelarisan. Kalau jenis pesugihan ini banyak yang menggunakan. Pelarisan tidak harus meminta tumbal atau laku yang menjurus pada ajaran sesat. Amalan lakunya cukup dengan membaca doa dengan bekal pegangan,” ujar Ki Fatahillah ditemui misterionline, di tempat praktiknya Jl Panggrango 12, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, HP 081542544999.
Jenis pelarisan lain, lanjutnya, beda dengan pesugihan yang harus dijalani dengan laku yang melanggar syareat agama. Seperti bersekutu dengan makhluk halus, seperti pesugihan Bulus Jimbung, Klaten, atau melakukan hubungan intim dengan lawan jenis yang bukan mukhrimnya, seperti yang terjadi di gunung Kemukus, Sragen.
“Apa yang mereka minta tetap kita tujukan pada Allah SWT, karena itu niat hati harus tulus suci berikut dengan amalan yang dijalani. Kalau model yang bersekutu dengan makhluk halus yang meminta tumbal tentu dilarang agama,” jelas spiritualis hikmah asma’ dadi ini.
Laku pelarisan sendiri, lanjut Ki Fatahillah cukup mudah. Biasanya pasien yang meminta bantuan padanya, pertama yang dilakukan adalah membuka pintu rezeki yang ada di tubuh orang tersebut. Dengan ritual ini anasir dalam tubuhnya dinetralisir untuk diisi kekuatan positif yang akan membawa keberkahan. Selanjutnya memberikan sarana rajah dan bacaan doa yang menjadi amalannya.
“Doa yang kami berikan semakin sering dibaca semakin lancar usaha yang dijalani, namun bila tidak dibaca pun tidak apa-apa. Pada dasarnya rajah maupun pembukaan pintu rezeki (jalbullrizqi) sudah mewakili kekuatan mendatangkan rezeki yang diharapkan,” jelasnya.
Dasar jenis pesugihan putih yang diamalkan Ki Fatahillah pada pasiennya adalah bagian dari ilmu hikmah. “Tujuan saya untuk mengamalkan dan membantu orang yang mengalami kesulitan dalam usahanya. Alhamdulillah niat tulus mereka terkabulkan. Usaha mereka menjadi lancar dan pesugihan putih itu akan berlaku secara permanen menaungi usaha yang digeluti,” tambahnya.
Selain itu, bagi pedagang yang khawatir usahanya akan dimatikan oleh pedagang lain saingannya, Ki Fatahillah biasanya membantunya dengan membuatkan pagar gaib di sekitar tempat usaha dan rumahnya. Tujuannya agar tempat usahanya tidak diganggu oleh prewangan milik saingannya juga kehidupan keluarganya tidak diusik. Selain itu, menyarankan agar mamasang bawang lanang (bawang yang hanya tumbuh satu siung), tebu ireng dan merang ketan hitam. Semua piranti itu dikemas dalam bungkusan lalu disimpan di tempat usahanya.
Bagi yang biasa menggunakan pesugihan yang bertujuan mematikan usaha lawan bisnisnya, atau untuk menyedot kekayaan pelanggannya, Ki Fatahillah menyebut orang itu menggunakan Aji Cokro Rawuk. Tujuan memiliki ajian ini untuk menghancurkan usaha lawan bisnisnya.
Kinerja ajian ini biasanya membuat seseorang yang ingin membeli di toko si A tidak jadi, selanjutnya ingin membeli di toko si B yang memiliki dan menebar ijian tersebut di tempat usahanya. “Macam pesugihan memang banyak. Tinggal bagaimana cara dan tujuan orang tersebut untuk memilikinya. Sekarang tinggal kekuatan iman dan taqwa kita yang akan mengendalikan. Mau dengan cara melakukan amalan yang sesuai syareat agama, atau dengan cara instan yang tentu ada tata cara tertentu dengan melibatkan bangsa gaib,” tandasnya.
Loading