Senin, 05 Desember 2011

DUKUN ABORSI KENA GETAHNYA


KABAR sakitnya mbah dhukun Wirya (bukan nama sebenarnya) sudah kudengar beberapa hari lalu, beberapa orang mengatakan bahwa tiga hari lalu mbah dhukun jatuh terpeleset di kebun belakang rumahnya. Namun setelah dua hari dirawat di rumah sakit dokter tidak menemukan kelainan pada tubuh mbah dhukun, semuanya beres-beres saja alias tidak terjadi apa-apa.
Tetapi kenyataan sampai sekarang mbah dhukun belum bisa bicara, apalagi berjalan untuk duduk dari tidurnya saja harus dibantu beberapa orang yang menunggunya. Itulah yang membuat dokter di rumah sakit bisanya hanya geleng-geleng kepala, tanda jalan buntu. Penyakit mbah Wirya menurut diagnosis ilmu kedokteran tidak kelihatan sama sekali, dan mbah Wirya bisanya hanya tiduran terus di kamarnya ditunggu sanak saudaranya.
Mbah Wirya memang dikenal sebagai dhukun pijat sangat kondang di wilayah Wonosobo. Sebab selain memijat urut juga bisa membantu ibu-ibu yang mau bersalin atau melahirkan. Dulu ketika belum ada puskesmas dan bidan desa, jasa mbah Wirya sangat dominan membantu kepentingan ibu-ibu hamil bahkan sekarang pun masih banyak juga yang minta pertolongannya. Bisik-bisik tetangga mengatakan bahwa mbah dhukun diganggu lelembut, benar tidaknya, semua tidak ada yang tahu kalau ditanya hanya angkat bahu.
Hanya menurut beberapa tetangga yang dekat, akhir-akhir ini dari kebun belakang mbah dhukun Wirya sering terdengar suara tangis bayi yang memilukan, tetapi kalau didekati hilang tanpa bekas. “Biasanya malam Selasa atau Jumat Kliwon tangis bayi misterius itu terdengar...ngoek ..ngoek....ngoeek.....sepertinya bayi yang baru lahir namun tiba-tiba klakep...berhenti dan kembali sunyi senyap,” ungkap salah seorang warga yang pernah mendengar dan mencoba mendekat.
Dan ketika ditanyakan kepada mbah dhukun, katanya malah tidak mendengar suara tangis bayi itu sama sekali. Heran...mau diusut lebih dalam sungkan dan masih menjunjung rasa hormatnya kepada mbah dhukun yang sudah banyak menolong kepentingan warga. Tiba-tiba semua yang menunggui mbah dhukun Wirya malam itu kaget setengah mati, di tengah ketidakberdayaannya untuk bangun sepertinya mbah dhukun mukanya sangat ketakutan, matanya mendelik dan gulunya seakan-akan tersumbat sambil bekah-bekuh menjerit njerit...jangan....jangan....takut....takut...kapok aku...katanya berulang-ulang.
Baru setelah diberi minum air putih, napasnya agak senggang bisa bercerita. Dalam bayanganya mbah Wirya didatangi sebelas bayi yang masih merah, mereka merubung mbah Wirya. Ada yang akan menggigit sambil menunjukkan giginya yang besar bertaring, ada yang akan memukul dengan tangannya yang kokoh, menendang dengan kakinya dan lebih ngeri lagi ada yang akan mencekik gulunya dengan mengembangkan tanganya yang berkuku panjang. Pokoknya mengerikan.....sekali, makanya mbah Wirya bisanya cuma menjerit minta tolong.
Akhirnya atas kesepakatan sanak saudara dan warga diundanglah Kiai Sirot (bukan nama sebenarnya) dari salah satu pondok pesantren yang cukup handal untuk menangani hal-hal yang agal maupun halus. Setelah disarati sambil membaca ayat-ayat suci Alquran, mbah Wirya bisa kembali tenang.http://jojopradipta.blogspot.com/
Nah, menurut penuturan Kiai Sirot, mbah dhukun Wirya terkena karmanya sendiri. Kecuali menolong pijat urut ternyata beberapa tahun terakhir ini mbah dhukun Wirya juga mau menolong melakukan aborsi atau pengguguran kandungan bagi mereka yang hamil di luar nikah dengan imbalan yang cukup menggiurkan. Terhitung sampai saat ini sudah ada sebelah bayi yang digugurkan dengan diurut perutnya sehingga janin yang belum umur itu mati di dalam kandungan, kalau ditanya orang keguguran. Kemudian darah kotor janin yang belum saatnya itu dibuang di kebun belakang rumahnya, maka kalau beberapa hari terakhir sering terdengar suara tangis bayi memilukan itu adalah para arwah bayi yang belum umur itu sambat-sambat kenapa lehernya dicekik. Mereka menuntut balas kepada mbah dhukun Wirya yang telah mematikan nasibnya sebelum melihat dunia terang, maka ramai-ramai mengeroyok mbah dhukun sehingga lempoh tidak bisa bangun.
Sejak kejadian itu mbah Wirya tidak mau menerima dan melakukan pengguguran kandungan lagi, meskipun diiming-imingi imbalan yang cukup banyak. “Saya sudah tobat....mau berbuat baik menolong sesama sesuai dengan keahlianku,” katanya.
Loading