Pesugihan-pesugihan Babi Ngepet adalah siluman babi jejadian yang sudah
populer dalam legenda masyarakat Indonesia. Dalam beberapa mitos yang
berkembang diceritakan, babi ngepet adalah sosok manusia yang ingin kaya
dengan cara mengambil pesugihan babi. Perilaku gelap mata dan jalan
pintas dari praktek materialistis yang tak terkendali.
Tingginya kebutuhan hidup, rasa frustasi menghadapi persaingan bisnis
yang semakin tidak rasional, banyak cara kotor dan kecurangan hingga
berujung putus asa, tak jarang menjadi alasan pembenaran orang untuk
melakukan tindakan gelap mata, termasuk mencari pesugihan babi ngepet
ini. Padahal langkah pesugihan dalam beragam bentuknya adalah kegiatan
sihir ilmu hitam. Sihir yang konon
dipercaya akan banyak membantu seseorang untuk cepat kaya, namun juga
memiliki persyaratan dan perjanjian dengan makhluk halus melalui pawang
babinya.
Secara teknis, mereka yang berniat menjalani ritual babi ngepet akan
mendatangi dukun khusus atau paranormal yang ahli menangani masalah
pesugihan ini. Setelah disepakati, sang dukun konon akan melakukan
pertapaan dan ritual tertentu, lalu menyepakati perjanjian dengan
pengorbanan nyawa. Umumnya pengorbanan yang diminta berasal dari orang
yang mereka cintai, anak, orang tua atau orang disekitarnya yang
memiliki hubungan darah. Berikutnya, ketika akan melakukan praktek
pesugihan, orang tersebut akan menyerahkan jiwa dan raganya pada setan
untuk bertransformasi menjadi babi hutan dalam jangka waktu tertentu.
Konon dalam ritualnya setelah berhasil melakukan transformasi, maka
dilanjutkan dengan langkah aksi yang musti dilakukan minimal oleh dua
orang. Si Pelaku pertama harus mengenakan jubah hitam untuk menutupi
tubuhnya. Dan secara ajaib, si pelaku lalu berubah menjadi babi. Inilah
sosok siluman babi yang akan menjalankan aksinya, meski umumnya
dilakukan oleh kaum lelaki, terkadang ada juga perempuan yang nekad.
Sementara orang kedua, telah menyiapkan wadah berisi air yang di
tengah-tengahnya diletakkan lilin yang menyala. Orang kedua ini harus
menjaga lilin agar tidak goyang apinya. Apabila api lilin sudah mulai
goyang, artinya orang yang menjadi babi itu mulai dalam bahaya. Tugas si
penjaga lilin adalah mematikan lilinnya agar si babi dapat berubah
kembali menjadi manusia biasa, dan konon otomatis si pelaku juga akan
hilang dan berada di tempat aman. Pendapat tambahan yang sedikit
berbeda, bukan hanya lilin bergoyang, bisa juga kalau warna api mulai
memudar, itu juga menunjukkan tanda bahaya bagi si babi.
Babi ngepet biasanya mengambil uang dengan cara menggesek-gesekkan
tubuhnya di pintu lemari yang menjadi target buruan. Ata dalam versi
lain menyebut si babi menggosok-gosok badan atau pantatnya pada tembok.
Konon, kalau penjelmaan babinya sudah sukses, sang pelaku akan melepas
jubah hitamnya dan kembali lagi menjadi manusia. Sementara harta buruan
yang diambil akan berada di dalam jubah hitam yang baru dilepasnya.
Namun demikian, konon kalau si penjaga lilin tidak selalu waspada dalam
memperhatikan bara api lilin, bisa membahayakan pelaku pesugihan. Si
babi akan mudah tertangkap oleh warga yang berjaga malam dan bisa
berujung pada kematian. Maka, perilaku seperti ini bukan tidak memiliki
resiko, bahkan segala jenis persepakatan dengan makhluk halus memiliki
konsekuensi yang seringkali di luar pemikiran manusia. Sebab, dunia gaib
memang bukan dunia rasional yang tampak oleh mata.
Meski tindakan ini berada di luar logika, namun peristiwa keanehan dan
penangkapan babi ini tak jarang ditemukan oleh warga di beberapa daerah.
Penangkapan sejenis babi di perkampungan tentu menjadi fenomena yang
kemudian disambungkan dengan legenda babi ngepet ini. Terlebih binatang
babi yang ditemukan memiliki sifat yang relatif aneh dari umumnya babi.
Namun bagi masyarakat yang berpendidikan, tentu harus berfikir panjang
dan jauh. Jangan memutuskan segala sesuatu kejanggalan dalam masyarakat
sebagai pertanda pesugihan babi ngepet tanpa bukti yang jelas. Sebab
tidak jarang, pandangan skeptis masyarakat tentang hilangnya uang dan
perhiasan secara tiba-tiba akibat babi ngepet ini, juga membawa dampak
ikutan dan berujung pada kerusakan ekosistem lingkungan hidup. Tak
sedikit yang asal membunuh babi hutan yang diburu secara besar-besaran
karena alasan yang juga tak jarang lahir dari persepsi.