Senin, 05 Desember 2011

MONYET BERUBAH WUJUD RAKSASA


http://jojopradipta.blogspot.com/
Dedi, sebut saja begitu, bukanlah anggota militer atau polisi. Tapi keahliannya menembak, tak perlu diragukan. Karuan, lelaki perkasa asal Sumatera ini, sudah sejak SLTP akrab dengan senapan. Ia kini mengikuti jejak pamannya sebagai seorang pemburu. Mulanya burung-burung liar yang ia buru. Lalu meningkat berburu berbagai jenis binatang menyusui di hutan-hutan sepi pada malam hari. “Itu saya lakukan hampir selama dua puluh tahun sejak tinggal di Jogya,” katanya.
Daerah operasinya terkadang di hutan sekitar gunung Merapi-Merbabu, Sindoro-Sumbing, dan hutan-hutan di sekitar waduk Kedungombo. Bahkan tidak jarang sampai ke kawasan gunung Slamet, Purwokerto. Hampir setiap seminggu sekali kegiatan berburu dilakukan. Waktunya ajeg, sejak sehabis Isya sampai Subuh.
Pendek kata, di saat kebanyakan orang sedang istirahat kerja atau tidur pulas, maka Dedi justeru memilih berada di tengah hutan mencermati setiap gerak dan suara. Ia sangat hapal terhadap binatang yang hendak dimangsa. Salah satu isyaratnya adalah pancaran sinar kecil di tengah kegelapan hutan. Sinar kecil yang terkadang bergerak ke kanan-ke kiri itulah sinar mata seekor binatang.
Pada saat demikian ia segera mengarahkan senapannya yang dilengkapi teleskop, lalu menarik pelatuk, dan dor....!
Kalau sudah begitu, Dedi pun segera berlari menuju ke fokus sasaran yang baru saja dibidik, lalu cekatan menenteng dan memasukkan hasil buruannya ke dalam karung plastik. “Kebanyakan luwak, kadang blacan dan monyet,” ujar Dedi tentang hasil buruannya.
Pekan lalu Dedi kembali berburu di kedalaman hutan sekitar waduk Kedungombo. Malam itu cuaca cerah, bulan dan bintang-bintang bersinar terang. Belum sampai satu jam tampak olehnya seberkas sinar kecil di atas sebuah pohon pohon liar. Naluri Dedi sebagai pemburu berpengalaman sangat yakin, itulah sinar mata monyet. Maka seperti biasa ia segera mengarahkan senapan dan menembaknya. Aneh, sinar itu masih tetap tampak di atas pohon, kecuali hanya sedikit bergeser ke bawah. Monyet itu masih kuat dan bertahan dengan cara menggelantung di dahan, pikir Dedi.
Untuk meyakinkan maka ia menembaknya sekali lagi. Dor! Lalu, krasak...krasaak...gedebuk...! Kali ini Dedi benar-benar yakin kalau yang jatuh adalah monyet yang terkena bidikannya. Ia segera menuju arah suara tadi dengan cara setengah berlari. Dugaannya benar. Ketika didekati hanya dalam jarak sekitar satu meter, terlihat monyet itu telah tersungkur.
Dedi beranjak hendak mengangkat monyet yang agaknya tengah meregang nyawa. Namun monyet itu tiba-tiba perlahan berdiri dan hanya dalam sekelebat mata berubah bentuk menjadi sosok wanita sebesar gorila raksasa yang berwajah menakutkan. Dedi spontan mengucap istighfar berulang kali. “Entah berapa kali saya membaca istighfar, tiba-tiba sosok monyet yang berubah seorang wanita raksasa itu lenyap dari pandangan mata. Saat itu juga saya berlari meninggalkan tempat,” aku Dedi, yang sejak peristiwa itu tidak lagi berani merambah kawasan Kedungombo. Menurut cerita yang berkembang, sosok wanita misterius itu memang sering muncul pada saat purnama.
Loading