Malam
sudah begitu tua, ketika kami berlima memasuki sebuah rumah di jalan
Panglima Denai. Rumah itu elit namun terkesan kumuh. Setiap harinya,
rumah itu digunakan sebagai tempat service bus antar kota antar
propinsi. Kunjungan ini bermula karena rasa penasaran yang begitu
menghentak, apabila melintasi rumah itu malam hari. Gelap, mencekam dan
terasa begitu kental aroma mistiknya.
Setelah membawa bekal
ritual penghadiran jin, pada dinihari acara penghadiran jin itu pun kami
lakukan. Kami pun melompati pagar rumah itu. Srepp…srepp…sreppp. Kami
berlima masuk ke dalam.
Suasana hening dan mencekam langsung
menyambut. Sesaat kemudian, kami pun membakar kemenyan, apel jin, dan
hio. Kami berlima berjongkok. Saling pandang.
"Hei Jin penunggu tempat ini, hadirlah, kami ingin berkenalan," ujar saya diikuti rekan-rekan lainnya.
Sesaat
kemudian, angin semilir tiba-tiba bertiup. Diikuti seberkas sinar
putih. Melayang-layang di udara. Seketika suasana tiba-tiba tak
bersahabat.
"Dia datang, dia datang, dia datang," teriak Hasman salah seorang dari rekan kami.
"Tenang, tidak apa-apa," ujar saya menenangkannya. Tapi itu tak lama, Hasman kemudian kejang-kejang. Ia pun jatuh pingsan.
"Hasss…Hasmannn," teriak kami bersamaan. Sinar putih yang melayang-layang itu kemudian menempel ke muka pria lajang ini.
"Hiiiihiiiii, siapa kalian," ujarnya dengan suara yang tiba-tiba berubah jadi perempuan.
"Maaf,
kamu siapa," tanya saya dengan hati-hati."Ada apa kalian memanggilku
heee, aku memang tinggal disini, apa maksud kedatangan kalian," tanya
perempuan yang memasuki raga si Hasman. "Maafkan atas kelancangan kami,
tapi kami hanya ingin kenalan dengan penunggu gaib disini," jawab saya
kemudian.
"Hihihihihi, begitu rupanya, terimakasih atas suguhan
sesajennya," katanya kemudian. "Hai Jin, siapa namamu ha ?" "Namaku
Nurhayati. Sejak tahun 1950 aku berdiam disini, aku sekarang tinggal di
sumur di rumah ini," "Khabarnya kamu suka menganggu para pekerja bengkel
disini"
"Hihihihi, ya aku suka sekali menganggu orang yang suka
zinah dan minum alkohol !. Aku benci melihat manusia seperti itu. Tuhan
telah memberinya akal dan pikiran tapi masih melakukan hal-hal yang
merugikan dirinya sendiri," jawab Jin Nurhayati kemudian.
"Kami
ingin melihat wujud aslimu. Tinggalkan jasad teman saya ini," Tawanya
seketika melengking, memecah kesunyian malam. "Lihatlah wajah asli saya
dekat bus sana, itulah saya," katanya kemudian.
Sesaat kemudian,
teman saya Hasman terdiam. Lama sekali. Ketika kamera saya merekam
didekat bus, memang benar, terlihat ada seperti bayangan putih.
Berseliweran. Kemudian menipis dan hilang sama sekali.
Hasman yang tadi dijadikan sebagai mediator terlihat mulai sadarkan diri.
"Dimana
aku, sakit kali badanku woiiii," katanya sambil meringis. Setelah
mengguyur badannya dengan air mineral, ia pun bisa bangkit. Menjelang
fajar kami pun meninggalkan rumah tua itu. Terimakasih jin Nurhayati
atas sambutannya.