Aksi begundal atau sekumpulanan penjahat bisa terjadi di mana saja.
Tergantung kesempatan dan dimana dia suka. Terutama ketika terdesak
urusan makan dan kebutuhan sehari-hari, mereka bisa nekad dan menyakiti
korbannya. Cukup membahayakan bukan? Bagaimana mengatasinya?
Kejahatan yang belakangan sering terjadi di tengah masyarakat adalah
perampokan. Pelaku kategori ini paling ditakuti karena dalam aksinya
mereka selalu menggunakan senjata tajam, bahkan senjata api. Tidak
segan-segan jika korban yang dijadikan sasaran tidak mau menyerahkan
harta yang diminta, pastilah senjata yang bicara.
Sangat mengerikan bukan? Tapi, sejauh ini kemampuan pelaku perampokan
sebenarnya pas-pasan saja. Mereka sebatas nekad saja. Jarang ada yang
melengkapi diri dengan ilmu kedigdayaan. Kemampuan yang dipunyai sebatas
mengandalkan senjata dan kebengisan. Sebab itu, sebenarnya tidak
terlalu sulit mematahkan aksi kekerasan mereka.
Cukup gunakan jurus ajian kekebalan Suryobenggolo. Para ahli
supranatural memetakan kekuatan ajian ini sulit ditandingi oleh pelaku
kejahatan. Meskipun penjahat memiliki melengkapi diri dengan ilmu
kesaktian, bakal mudah dipatahkan oleh ajian kekebalan ini. Pasalnya,
sangat mudah ajian ini memudarkan kekuatan yang bersifat negatif
(kekuatan jahat).
Selama bertahun-tahun ajian Suryobenggolo diciptakan sebagai pegangan
khususnya orang yang suka melakukan perjalan jauh. Ampuh digunakan
sewaktu-waktu menghadapi para begudal ketika menghadang di tengah jalan.
Orang yang punya musuh bengis dari dulu juga dianjurkan untuk membekali
diri dengan mengamalkan laku ajian ini.
Namun, satu hal yang tidak bisa dilanggar, yakni para laku ajian ini
tidak bisa memanfaatkan keampuannya untuk tujuan tidak benar. Tulah yang
bakal dihadapi orang yang menyalahgunakan sangat berat. Bisa-bisa
dirinya akan celaka sendiri. Salah satu misalnya, tidak boleh digunakan
untuk menantang orang, atau menumbuhkan bibit permusuhan.
Adapun cara mendapatkan ajian ini para laku lebih dulu menjalani prosesi
ritual pengukuhan ajian. Cukup merapalkan mantera yang sudah diciptakan
para pertapa jaman lampau. Diteruskan dengan laku puasa dan
pantangan-pantangan yang tidak boleh dilanggar. Dilanggar berarti ajian
akan hancur binasa. Mantera ajian kekebalan Suryobenggolo berikut ini;
“Ingsun kawulaning Allah, kang matek soko suryobenggolo. Bukiyad
angambah jagad walikan, langgeng tan kenaning owah huyahu, huyahu,
huyahu sallahu alaihi wassalam. Dzating suci ing sahudaya, ratuning
sadatullah Ingsun lanang sejati kang tan pasah sakehing tumumpang.
Ampang ngalumpruk kadi tibaning kapuk, yahu jabardas. Bar tan tedhas ing
keris slumen lan sakehing gegaman kabeh”
Prosesi laku secara keseluruhan melalui beberapa tahapan yang harus
dipatuhi. Mulai dari larangan terhadap rasa makanan, laku puasa hingga
waktu melaksanakan ritual tertentu. Soal larang rasa adalah para laku
ajian tidak diperbolehkan memakan garam dan makan-makan yang rasa asin
selama 40 hari. Larangan ini sangat penting karena berhungan langsung
dengan rasa dan patirasa.
Dilanjutkan melakukan puasa mutih selama 3 hari 3 malam. Selama
menjalani puasa ini agar ajian cepat merasuk dan meraga dalam diri, para
laku sebaiknya melengkapi dengan menjaga sikap dan perilaku yang
mengundang emosi. Tetap merendah dan mendekatkan diri pada Sang Pencipta
Alam. Tahapan selanjutnya melakukan puasa patigeni selama 1 hari 1
malam.
Laku patigeni harus memperhatikan waktu yang tepat. Waktu yang memiliki
kekeramat tinggi. Cocok dengan laku ajian yang mengandalkan kekuatan
gaib dan energi dalam diri. Yakni, dimulai pada hari Kamis Wage dengan
diawali mandi sekujur badan (mandi besar, red). Barulah kemudian mantera
yang tersebut di atas dibaca pada saat menghadapi musuh (marabahaya),
atau pada saat berperang