Kisah mistis ini
dialami oleh seorang nenek renta berusia 77 tahun. Akibat kekuatan Ilmu
Panjang Umur yang bersarang dalam tubuhnya, dia sulit menyongsong ajal.
Bahkan, dua kali dinyatakan mati, namun hidup kembali....
Janda
seorang veteran itu terbaring di atas kasur empuk bersprai kain putih.
Sudah cukup lama dia terbaring lemang di ruang perawatan sebuah rumah
sakit milik pemerintah daerah itu. Suhu tubuhnya yang kurung kering di
atas normal. Bahkan jauh dari kewajaran. Ya, sejak pertama kali masuk
opname, suhu itu belum juga menurun.
Kondisi tubuhnya yang sangat
lemah dan kurus kering membuatnya nyaris seperti mayat hidup. Jangankan
untuk berjalan, berdiri tegak bertumpu di atas kedua belah kakinya saja
tak mampu lagi dilakukan.
Penanganan secara medis yang telah
dilakukan dokter ahli dan spesialis di rumah sakit itu hampir tak
memberikan efek apa pun. Memang, sejak awal ditemukan gejala penyakit
komplikasi, yang sesungguhnya disebabkan oleh faktor usia belaka.
Maunah,
demikian orang memanggilnya. Setelah tiga hari keluarganya memutuskan
membawanya pulang dari rumah sakit, nenek berusia 77 tahun ini
penyakitnya bertambah gawat. Namun, dia menolak untuk kembali rawat inap
di rumah sakit. Dia lebih menghendaki untuk beristirahat di rumahnya
sendiri, dan dirawat oleh sanak familinya yang berada di tanah
kelahirannya.
Atas permintaannya, diboyonglah Maunah ke tempat yang
dimaksud, yakni ke kampung halamannya. Namun, setelah sebulan lamanya
berada di desa ini, kondisi Maunah semakin memprihatinkan. Bahkan
keadaannya semakin lama semakin mengkhawatirkan. Saluran pernafasan yang
terganggu oleh suatu cairan, membuat Maunah sulit untuk menghirup dan
menghembuskan nafas. Walau demikian, keinginan untuk terus hidup sangat
besar. Ini terbukti dengan masuknya beberapa obat dan beberapa sendok
makanan berupa bubur ke dalam mulutnya, meski dia harus susah payah
melakukan hal ini.
Hingga sampailah pada suatu malam. Maunah
dinyatakan koma. Hembusan nafasnya yang mengeluarkan bunyi mirip orang
mendengkur itu menambah kecemasan keluarga. Yang lebih panik lagi,
ketika suara nafasnya yang sangat jelas, tiba-tiba hilang dari
pendengaran. Bahkan tubuh renta ini yang selalu panas mendadak berubah
dingin. Terutama di telapak tangan dan kakinya. Apakah Maunah telah
pergi menghadap Illahi?
Untuk meyakinkan keadaannya, seorang kerabat
memegang denyut nadinya. Astaga! Tak ada lagi tanda-tanda detak jantung
dan nadinya. Mendapatkan keadaan ini, tak pelak, isak tangis memecah
keheningan menjelang malam itu.
Berita dukapun tersebar ke warga
sekitar. Namun keanehan terjadi dengan tiba-tiba. Setelah hampir
setengah jam Maunah dinyatakan meninggal, dengan tubuh rentanya yang
terbujur kaku dan telah diselimuti kain batik, seperti layaknya orang
yang telah menjadi mayat, namun tiba-tiba saja suara nafasnya terdengar
kembali.
Keadaan yang di luar kelajiman ini tentu saja membuat
orang-orang yang tengah bertakziah dibuat terheran-heran. Mereka sulit
percaya, mengapa nenek yang telah meninggal itu tiba-tiba kembali
terdengar tarikan nafasnya? Ringkasnya, nenek yang berusia lanjut itu
hidup lagi.
Berita ini amat menggemparkan warga. Nenek Maunah
benar-benar hidup kembali. Bahkan setelah satu hari peristiwa tersebut,
dalam Maunah kondisi yang masih lemah, si nenek membisikkan sesuatu di
telinga Rumini, anak perempuannya yang paling tua. Rupanya, Maunah
ingin menceritakan apa yang telah dialaminya. Bahwa peristiwa yang
menimpa dirinya.
"Aku belum mati, Rum?" Dia bertanya dengan suara serak. Rumini hanya menjawabnya dengan anggukan kepala.
"Ya,
aku memang belum mati...." Lanjut Maunah sambil kemudian menceritakan
bahwa ketika orang-orang menganggapnya telah mati, dia sendiri merasa
telah didatangi oleh kedua orang tuanya yang sudah lama meninggal.
Mereka mengajaknya pergi. Namun aneh, selama perjalanan tersebut Maunah
selalu berada dibelakang mereka. Bahkan sepertinya dia memang sengaja
ditinggalkannya.
Karena merasa lelah, Maunah meminta kepada kedua orang tuanya untuk beristirahat, tapi permohonannya ditolak oleh mereka.
"Nak, kuatkanlah dirimu! Sebentar lagi kita akan mencapai tempat tujuan," kata ayahnya.
"Tapi aku benar-benar tak kuat lagi untuk meneruskan perjalanan ini, Pak! Sebenarnya kita akan pergi kemana?" Tanya Maunah.
"Lho, bukankah kau ingin pergi ke suatu tempat dimana kedamaian itu berada?" Kembali ayahnya berkata.
"Iya, tapi di mana tempatnya?" Protes Maunah.
"Itu,
tempat yang dimaksud sudah terlihat, Nal!" Sahut Ibunya sembari
menunjuk ke sebuah bukit. Anehnya, di bukit tersebut terdapat cahaya
terang benderang dengan warna yang didominasi oleh warna orange dan
violet.
Maunah amat terpesona melihat keindahan bukit itu. Namun
ketika dia mencoba bangkit, sekujur tubuhnya lemas tak bertenaga.
"Maafkan saya, sepertinya saya tak kuat lagi berjalan. Apalagi untuk
menaiki bukit tersebut," lirih Maunah.
"Ooo...kalau begitu kamu belum
siap. Ya sudah, kamu tetap disitu nanti Bapak dan Ibumu akan kembali
menjemputmu," tutur sang ayah.
Karena tak sanggup lagi meneruskan
perjalanan, Maunah yang pada saat itu duduk di bawah sebuah pohon,
tiba-tiba tak sadarkan diri. Seiring dengan itu pula maka lenyaplah
kedua orang tuanya. Namun, setelah siuman, Maunah dikejutkan dengan
sehelai kain batik yang menyelimuti sekujur tubunya.
Keterkejutannya
berlanjut dengan suara ayat-ayat suci yang dibacakan oleh orang-orang
yang berada di samping kiri kanan tubuhnya.
Maunah yang terbujur
kaku, karena merasa penasaran, meski dalam keadaan yang masih lemah,
dengan pelan mengangkat tangannya untuk menyibakkan kain yang menutupi
wajahnya. Hal ini, sudah barang tentu membuat keterkejutan orang-orang
yang ada pada malam itu.
Setelah peristiwa mati suri tersebut
kondisi Maunah memang tidak berubah membaik. Kesehatannya malah semakin
mengkhawatirkan. Bahkan lebih parah dari sakitnya terdahlu.
Beberapa
ahli medis dan orang pintar yang sempat didatangkan guna penyembuhan
sang nenek, tak ada satupun yang membuahkan hasil. Semua keluarga
gelisah dan prihatin. Namun melihat usia Maunah yang sudah sangat ujur,
mereka sebenarnya telah bersiap untuk menerima kenyataan yang terburuk
sekalipun. Ya, andai Tuhan menghendaki kematian Maunah, hal tersebut
sudah sewajarnya karena memang usianya yang sudah sedemikian sepuh.
Namun,
sang ajal sepertinya masih enggan mendekat. Maunah yang terbujur kaku
itu masih tetap terdengar suara tarikan nafasnya. Akan tetapi keadaannya
sudah sangat buruk. Jangankan untuk menelan sesuap makanan, untuk
menelan air pun harus susah payah. Bahkan untuk bernafas, menghirup dan
menghembuskan udara, dia hanya bisa melakukannya dengan satu cara, yakni
hanya melalui mulutnya yang menganga.
Sampailah pada suatu hari,
sudah tak terlihat ada lagi tanda-tanda kehidupan pada diri Maunah.
Nafasnya terhenti, demikian juga dengan denyut nadinya. Ditambah lagi,
badannya yang terasa dingin dan beku bagaikan segumpal es. Semua
kenyataan ini cukup untuk meyakini bahwa Maunah, untuk kali ini memang
benar-benar sudah meninggal.
Kendati demikian, salah seorang kerabat
dekatnya yang sepertinya mengerti tentang ilmu gaib, meminta agar
kematian si nenek jangan disebarluaskan terlebih dahulu. Dia khawatir
peristiwa serupa akan terulang kembali.
Memang, kekhawatiran itu
kembali terjadi. Setelah 30 menit berlalu, tiba-tiba dadanya terlihat
suatu gerakan nafas, yang menandakan adanya kehidupan. Bahkan tak
dinyana, mata Maunah sedikit demi sedikit terbuka kembali. Bahkan
keanehan terjadi. Saluran pernafasannya yang selama ini terganggu,
tiba-tiba seperti telah sembuh. Ya, Maunah dapat menghirup dan
menghembuskan nafasnya dengan leluasa, tanpa disertai suara seperti
dengkuran.
Bahkan tak hanya itu. Lepas satu jam setelah sadar, Maunah
minta dibuatkan bubur ayam. Semua yang hadir dibuat keheranan, sebab
selera makanannya sudah sangat baik. Sedikit demi sedikit makanan berupa
bubur itu masuk ke dalam perutnya.
Melihat perkembangan yang drastis
ini, keluarga menganggap bahwa Maunah telah mendapat mukjizat. Meski
merasa aneh, tak urung hal ini membuat keluarga merasa lega dan membawa
kebahagian tersendiri.
Begitulah kehendak Tuhan. Tak ada satupun
manusia yang tahu apa yang telah direncanakanNya. Setelah kurang lebih
dua hari kondisinya membaik, Maunah kembali tak sadarkan diri. Bahkan
kali ini benar-benar koma. Matanya terpejam rapat, bahkan organ tubuhnya
sepertinya tak ada lagi yang berfungsi. Namun, tarikan nafasnya masih
ada meski nampak sangat jarang. Inilah yang menyebabkan keyakinan bahwa
Maunah memang belum mati.
Ketika dibisikan asma Allah dan
diperdengarkan bacaan Istigfar di telinganya agar dia mengikutinya,
Maunah sama sekali tak meresponnya. Berdasarkan pemeriksaan dokter yang
sengaja didatangkan, dinyatakan bahwa Maunah tinggal menunggu waktunya.
Mendengar
pernyataan dokter, keluarga Maunah menerimanya dengan lapang dada.
Mereka telah ikhlas melepaskannya. Namun yang membuat keluarga merasa
aneh, setelah berhari-hari koma, tanda-tanda kehidupan itu sepertinya
tetap ada. Ya, dada Maunah sesekali masih tampak turun naik, sebagai
tanda dia masih hidup. Ya, Maunah sepertinya sulit menyongsong ajal.
Akhirnya
muncul dugaan bahwa sulitnya Maunah menyongsong ajal adalah disebabkan
oleh suatu kekuatan gaib yang dimilikinya. Oleh sebab itulah keluarga si
nenek akhirnya meminta pertolongan pada seorang Kyai yang cukup
ternama.
Saat prosesi pengobatan, ada sesuatu yang aneh terjadi.
Maunah yang sudah 4 hari koma dalam keadaan koma, tiba-tiba mulut dan
matanya terbuka. Hal ini terjadi setelah wajahnya dibasuh dengan segelas
air putih yang telah diberi doa oleh Kyai.
Lebih aneh lagi, kemudian
terjadilah dialog singkat antara Maunah dan Kyai. "Bicaralah yang jujur
pada saya, Mak! Apakah Mak Maunah pernah berhubungan dengan ilmu gaib,
misalnya pemasangan susuk atau sejenisnya, atau mungkin suatu ilmu
tersendiri?" Tanya Kyai.
"Aku belum pernah berhubungan sama sekali dengan ilmu-ilmu seperti itu, Nak Kyai!" Jawab Maunah dengan suara berat.
"Emak jangan bohong! Coba ingat-ingat kembali. Barangkali Emak lupa!" Kembali sang Kyai berucap.
Entah
benar-benar terlupa karena kondisinya yang sudah renta atau karena
disebabkan oleh kondisinya yang sedang sakit, walau terus didesak Maunah
tak mengakui dirinya pernah berhubungan dengan ilmu-ilmu gaib.
Namun
sang berdesarkan deteksi gaib yang dilakukan Kyai, ternyata di dalam
raga Maunah ditemukan suatu kekuatan gaib yang melekat sudah
berpuluh-puluh tahun lama. Dengan kebijakannya, Pak Kyai tak ingin
mempermasalahkan hal ini.
"Mak Maunah, semua keluarga telah
mengikhlaskan Emak untuk pergi. Jadi segeralah menghadap Tuhan," lirih
Kyai sembari meminumkan segelas air putih.
Setelah segelas air putih
menempel pada bibir Maunah dan mengalir ketenggorokannya, Kyai tersebut
berkata, "Nah Mak Maunah, sekarang milik Emak sudah berada digelas ini."
Mustajab!
Beberapa detik kemudian, Maunah menghembuskan nafas terakhirnya. Dan
untuk kali ini, dia benar-benar telah pergi setelah tersiksa dan
berjuang melawan penyakitnya.
Usia ketujuh hari wafat Maunah,
keluarganya membicarakan perihal hal gaib yang dimiliki oleh si nenek.
Berdasarkan data yang dihimpun dari seluruh famili, disimpulkan bahwa
Maunah pernah mengamalkan suatu amalan yang konon amalan tersebut
berkhasiat untuk menambah awet muda dan panjang umur. Mungkin, amalan
inilah yang membuat nenek renta itu sulit menyongsong ajalnya.