DI SIKSA JIN PESUGIHAN
Karena lalai memberikan sesaji dan melanggar pantangan, jin pesugihan itu akhirnya berbalik menyiksanya....
Seorang laki-laki tua kurus berpakaian compang-camping dan bertampang
dekil terlihat senyum-seyum sendiri di sudut pasar dekat tempat
pembuangan sampah. Setiap orang yang melihatnya pasti sudah tidak
menduga kalau lelaki itu orang gila alias tidak waras.
Dugaan itu
memang tidak salah. Tapi, siapa sangka bahwa laki-laki yang
berpenampilan kotor dan lusuh itu dulunya bekas orang kaya dan pejabat
kepala desa di daerah setempat. Penulis baru mengetahui hal itu setelah
mendengarkan cerita dari pemilik warung makan tempat Misteri kebetulan
mampir.
Dari penuturan Pak Diman, si pemilik warung, terkuaklah
kisah tragedi memilukan yang dialami oleh Suryo, nama lelaki tak waras
itu. Ternyata penyebab Suryo mengalami sakit jiwa tak lain adalah
ulahnya sendiri. Disebutkan, dia bersekutu dengan iblis untuk
mendapatkan kekayaan dan jabatan.
"Suryo sangat serakah dan tamak.
Dia tidak puas dengan apa yang sudah didapatkannya. Dia ingin
mendapatkan yang lebih dan lebih banyak lagi. Akhirnya, dia termakan
oleh ambisinya sendiri. Kehidupannya menjadi hancur, menderita, miskin,
dan akhirnya...gila. Begitulah keadaannya sekarang," Pak Diman
menuturkan.
"Bagaimana ceritanya sampai dia bisa bersekutur dengan Iblis, Pak?" tanya Penulis, ingin tahu lebih jauh lagi.
"Ceritanya panjang. Tepatnya dimulai sejak dia masih muda. Kira-kira tiga puluh lima tahun silam...."
Selanjutnya Pak Diman menceritakan riwayat hidup Suryo yang kelam itu. Berikut ini kisah lengkapnya...:
Saat itu usia Suryo masih sekitar duapuluh tahunan. Sebagai pemuda desa
yang hidup miskin, Suryo diliputi keminderan. Dia jadi kurang pede
dalam pergaulan. Apalagi wajahnya tergolong tidak tampan. Hanya
pas-pasan.
Namun, cinta memang tak pandang bulu. Cinta memang tak
pernah mengenal kasta. Tanpa sepengetahuan siapapun, diam-diam Suryo
menyimpan perasaan itu pada Yati, gadis cantik yang tinggal satu kampung
dengannya.
Tak tahan memendam perasaan, Suryo nekad menyampaikan
hasrat hatinya kepada si gadis idaman. Sayangnya, cinta Suryo ditolak
mentah-mentah oleh Yati. Bahkan dengan terang-terangan Yati mencemooh
dan mengejek Suryo.
"Cah edan! Tidak mau berkaca. Siapa yang mau sama sampeyan. Muka kayak monyet gitu," demikian ujar Yati menghina.
Hati Suryo jadi terluka karenanya. Dengan menyimpan perasaan dendam,
dia lalu pergi ke seorang dukun untuk meminta bantuan gaib. Dia meminta
ajian pengasihan dari sang dukun agar bisa memelet Yati. Si dukun
rupanya tak keberatan membantunya.
Singkat cerita, dengan hanya
bermodalkan selembar rambut milik Yati yang diambil Suryo secara
diam-diam sebagai media pelet, akhirnya Yati berhasil ditaklukkan. Gadis
yang pernah menghinanya itu datang ke rumahnya dan merengek-rengek
minta dinikahi.
Yati sungguh jatuh cinta setengah mati pada Suryo.
Kejadian yang sangat aneh ini sempat membuat keluarga Yati sedih. Meski
mereka tahu Yati seperti terkena guna-guna, namun mereka tak bisa
berbuat apa-apa, karena aji pelet yang dilancarkan Suryo tergolong
tingkat tinggi. Meski mereka sudah mencari orang pintar untuk mengobati
Yati, namuh selalu saja gagal. Untuk memendung aib yang lebih besar
lagi, keluarga Yati akhirnya merestui perkawinan Yati dengan Suryo.
Namun, meski menginjinkan Suryo menikahi anaknya, orang tua Yati
memberikah sebuah syarat yang harus dipenuhi Suryo. Syarat itu adalah
Suryo harus bisa memberikan kehidupan yang lebih baik. Mereka tidak mau
Yati hidup miskin dan menderita seperti keluarga Suryo.
"Kalau
sampai anakku ditelantarkan dan hidup dalam kemiskinan, maka aku tak
segan menceraikan kalian. Aku akan ambil anakku kembali!" demikianlah
ancam ayah Yati.
Suryo menyanggupi permintaan mertuanya. Walau
sebenarnya cukup berat untuk dipenuhinya. Bagaimana tidak berat, dengan
status pengangguran dan orang tua yang miskin, mungkinkah dia bisa
memberikan kehidupan yang layak bagi isterinya? Untuk makan sehari-hari
saja Suryo masih tergantung pada orangtuanya yang hanya bermata
pencaharian petani.
Akhirnya tak ada jalan lain yang bisa ditempuh
kecuali mendatangi dukun. Ya, setelah sukses memelet Yati, tampaknya
Suryo ketagihan ingin mengatasi kesulitan hidupnya dengan jalan mistik.
Kali ini dia ingin mendapatkan kekayaan dalam waktu relatif singkat.
Dia sering mendengar tentang ritual pesugihan yang bisa membuat orang
kaya mendadak, walau harus menempuh resiko tidak ringan. Suryo akan
menempuh jalan itu.
Dia kembali mendatangi dukun yang pernah
menolongnya. Tapi tidak seperti saat pertama datang dulu, kali ini sang
dukun sempat memperingatkannya.
"Maaf. Nak Suryo. Bukannya aku tidak
ingin membantumu, tapi hal ini mengandung resiko yang berat. Kamu harus
mempersembahkan tumbal dari keluargamu sendiri sehingga bisa tercapai
keinginanmu itu. Selain itu kamu juga harus bisa merawat dengan telaten
kekuatan gaib yang akan membantumu mencarikan harta kekayaan. Apakah
kamu sanggup menghadapinya?" kata sang dukun.
"Saya sanggup, Ki. Saya capek hidup jadi orang miskin. Saya siap menghadapi resiko apa pun juga!" sahut Suryo dengan mantap.
"Tapi, Nak Suryo. Kekuatan gaib yang membantu mencarikan kekayaan ini
tergolong ganas dan tingkat tinggi. Jika sampai engkau membuatnya
kecewa, semisal tidak memberikan sesaji tepat waktu atau melanggar
pantangan yang harus dijalani, bisa-bisa makhluk gain itu akan mengamuk
dan berbalik menyakitimu."
"Saya siap menjalaninya dengan baik, Ki!" tegas Suryo.
Sang dukun termenung sejenak. Karena Suryo tampaknya sudah sangat mantap, akhirnya sang dukun mengabulkan permintaannya.
"Baiklah. Nanti saya akan tuntun Nak Suryo mendapatkan aji pesugihan itu," katanya setelah diam untuk beberapa saat lamanya.
Begitulah. Dengan tuntunan sang dukun, Suryo mulai melakukan beberapa
ritual untuk memanggil kekuatan gaib yang bisa membantu mendatangkan
kekayaan dalam waktu singkat.
Salah satu ritual yang harus ditempuh
Suryo adalah keharusan menjalani lelaku di tengah hutan yang sangat
wingit. Namun, karena tekadnya yang sudah bulat dia tidak merasa gentar
walau sedikitpun.
Setelah menjalankan ritual pesugihan itu, Suryo
kembali ke kampug halamannya. Sesampainya di rumah, Suryo mendapat kabar
buruk, ayahnya meninggal dunia. Kematian ayahnya yang terkesan wajar,
disadari Suryo sebagai bentuk tumbal pertama yang telah
dipersembahkannya. Hatinya sedih juga. Namun segera disingkirkan
perasaan itu.
Selanjutnya, Suryo menjalani hidup seperti biasa,
seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Walau sekarang dia sudah memiliki
ilmu pesugihan, bukan berarti uang akan datang begitu saja. Dia tetap
harus bekerja sebagai jalan untuk mendatangkan kekayaan. Pekerjaan yang
dijalaninya adalah berdagang. Mula-mula dia berdagang bakso keliling.
Tapi tidak seperti kebanyakan pedagang bakso lain yang begitu susah
mengais rejeki, Suryo sebaliknya. Dagangannya selalu laris. Bahkan
kemudian berkembang menjadi besar. Jika tadinya berdagang memakai
gerobak, kini sudah membuka warung sendiri.
Kehidupan Suryo pun
berubah menjadi lebih berada. Banyak orang yang kagum dan takjub dengan
perkembangan hidup Suryo yang begitu pesat. Dalam waktu relatif tidak
lama, Suryo bisa merubah hidupnya sebagai orang kaya. Dia bisa membeli
tanah, membangun toko, membangun rumah, membeli perabotan mewah, dan
membeli kendaraan.
Namun perubahan hidup Suryo itu bukan tanpa
kecurigaan orang-orang di sekitarnya. Mereka mencurigai kekayaan yang
didapat Suryo dilakukan dengan cara tidak wajar. Hal ini dibuktikan
dengan beberapa kejadian aneh yang melingkupi hidup Suryo. Setiap kali
isterinya, Yati melahirkan anak, selalu bayinya mengalami kematian.
Hanya satu orang anak Suryo yang hidup, tapi anak itu mengalami cacat
mental. Para warga menduga, anak-anak Suryo yang mati itu digantikan
sebagai tumbal. Untuk
menghilangkan kecurigaan orang-orang, Suryo
kemudian mengambil anak orang lain untuk dijadikan anak angkat. Biasanya
bayi orang miskin yang tidak kuat membayar biaya persalinan. Anak-anak
itu ditampung di rumahnya. Dia menjanjikan akan merawat dan
menyekolahkan mereka hingga dewasa.
Ada tiga orang anak angkat yang
diasuh oleh Suryo. Karena mereka tidak mengalami nasib naas seperti anak
kandung Suryo, dugaan menumbalkan anak pun akhirnya sirna.
Namun
kecurigaan masyarakat tidak hilang. Beberapa dari mereka ada yang
memergoki Suryo melarung sesaji di sebuah sungai. Ada juga yang
memergoki makhluk halus besar hitam di belakang rumah Suryo. Mereka
mengira makhluk halus itu sebagai peliharaan Suryo. Sayangnya, tidak ada
seorang pun yang berani mengusiknya.
Sementara itu Suryo yang telah
hidup mapan, dengan memiliki banyak usaha mulai dari pertokoaan, armada
angkutan, perdagangan hasil bumi, dan tanah perkebunan yang cukup luas,
merasa tidak puas dengan apa yang sudah dimilikinya.
Setelah
kekayaan didapat, kini ada lahan lain yang ingin dinikmatinya, yakni
kedudukan sebagai pejabat. Kebetulan di desa tempat tinggalnya ada
pencalonan kepala desa, Suryo ikut mencalonkan diri.
Dengan
mengandalkan kekayaannya sebenarnya dia bisa membeli suara warga, namun
Suryo masih kurang percaya diri. Dia tidak ingin kalah dari calon lain,
apalagi dia menyadari hanya berpendidikan SMP. Dia takut kalah dari
calon-calon lain yang berpendidikan tinggi.
Akhirnya dia kembali
mencari jalan pintas dengan menemui dukun andalannya. Tapi sekali lagi
sang dukun sempat menghalangi keinginannya itu.
"Buat apa lagi kamu
menjagokan diri jadi kepala desa, Nak Suryo. Bukankah dengan kehidupan
sekarang kamu sudah cukup mapan dan senang. Gaji kepala desa tidak ada
seujung kukunya dari penghasilanmu sebagai pengusaha?" cetus sang dukun.
"Aku bukan mengejar kekayaan lagi, Ki. Aku menginginkan kedudukan
terhormat di tengah masyarakat. Dengan menjadi kepala desa, aku akan
semakin disegani dan dihormati. Jadi tolonglah aku, Ki?" desak Suryo.
"Tapi aku khawatir kamu tidak bisa merawatnya dengan baik, Nak. Untuk
merawat kekuatan gaib ilmu pesugihan saja kamu sudah cukup repot,
bagaimana nanti kalau ditambah kekuatan gaib lain yang digunakan untuk
mengangkat derajatmu sebagai pejabat kepala desa? Apakah kamu sanggup?"
"Aku sanggup, Ki!" jawab Suryo mantap.
Karena Suryo terus memaksa, akhirnya sang dukun mengabulkan.
Memang, tampaknya Suryo sudah dikuasai ambisinya. Dia sangat tamak dan
rakus. Dia ingin mendapatkan semuanya. Setelah mendapatkan isteri yang
cantik, kekayaan, kini giliran..jabatan.
Setelah melakukan ritual
dan laku untuk beberapa saat, akhirnya Suryo berhasil mendapatkan apa
yang diimpikan. Tidak seperti kekuatan gaib untuk mendatangkan kekayaan,
kekuatan gaib yang membantu meraih jabatan ini tidak membutuhkan tumbal
apa-apa. Hanya saja Suryo harus rajin memberi sesaji dan merawatnya,
karena kekuatan gaib ini juga cukup kuat dan ganas.
Saat
dilangsungkan Pilkades, Suryo berhasil menang dengan angka mutlak. Kini
dia bisa menduduki tempat terhormat sebagai orang nomor satu di desanya.
Suryo bisa menikmati kejayaan sebagai orang kaya, terhormat, dan
memiliki jabatan bergengsi. Tidak ada orang seberuntung Suryo.
Namun
kehidupan tidak selamanya berlangsung lancar. Kehidupan yang dijalani
Suryo akhirnya berbalik seratus delapanpuluh derajat. Mungkin karena
terlalu terlena dibuai kenikmatan duniawi, Suryo menjadi lalai. Dia tak
lagi memperhatikan kekuatan gaib yang menjadi beking utamanya. Dia lupa
melakukan ritual memberi sesaji, bahkan ada beberapa pantangan yang
sempat dilanggarnya.
Suatu hari Suryo mendadak jatuh sakit. Tapi
anehnya, sakit yang dideritanya tidak bisa terdeteksi oleh diagnosa
dokter. Obat-obatan yang diberikan pun tidak mampu meredam sakit luar
biasa yang mendera tubuhnya.
Suryo merasakan badannya seolah panas
dibakar api dan perih seperti ditusuk duri-duri tajam. Mungkin itulah
bentuk siksaan dari kekuatan gaib yang marah padanya. Sementara di sisi
lain, kedok Suryo yang telah menggunakan ilmu pesugihan diketahui
masyarakat. Hal ini bermula ketika salah satu anak angkatnya kedapatan
mati secara tidak wajar. Orang-orang mendapati di dalam salah satu ruang
di rumah Suryo terdapat aneka macam ubo rampe yang biasa digunakan
untuk acara sesembahan roh halus.
Tak pelak lagi, hal ini
menimbulkan kemarahan masyarakat. Mereka merusak rumah Suryo. Sementara
Suryo sendiri mengungsi ke tempat lain.
Kejatuhan Suryo tinggal
menunggu waktu. Satu persatu usahanya bangkrut dan hartanya habis karena
digunakan untuk mengobati penyakitnya. Malangnya, Yati, isterinya yang
tiba-tiba tersadar dari pengaruh pelet kembali kepada orang tuannya dan
menuntut cerai. Sementara ana-anak angkat Suryo kembali kepada
keluarganya masing-masing. Mereka ngeri setelah mengetahui Suryo
bersekutu dengan setan untuk mendapatkan kekayaan.
Akhirnya, Suryo
jatuh miskin dan hidup terlunta-lunta. Dia kehilangan jabatannya sebagai
kepala desa, karena sudah tidak bisa melaksanakan tugasnya dengan baik.
Dia juga kehilangan seluruh harta kekayaannya.
Untunglah, ada
seorang Kyai berilmu yang menolongnya melepaskan siksaan jin
peliharaannya. Tapi sayang, kesembuhan Suryo tidak berlangsung seratus
persen. Dia berubah tidak waras alias edan. Mungkin itu sebagai karma
atau balasan atas perbuatannya bersekutu dengan setan....
Begitulah
kisah yang dialami Suryo. Semoga kejadian nyata ini dapat memberikan
pelajaran berharga pada kita semua, bahwasanya kita jangan sekali-kali
berhubungan dengan Iblis maupun pengikutnya seperti jin dan bangsa halus
lainnya. Sebab, sudah jelas bahwa Iblis menyesatkan hidup manusia.
Wallahu'alam bissawab!