Sejak
jaman penjajahan Belanda, sampai akhir tahun delapan puluhan, Terminal
Sambu banyak meninggalkan kisah tentang pembunuhan. Tak heran kalau di
terminal ini banyak penampakan mahluk halus.
Dari sekian banyak
kisah yang mistis yang lahir dari terminal ini, salah satunya adalah
penuturan dari Cipto (Nama samaran), yang bekerja di salah satu toko di
Jalan Sutomo.
Cipto yang sudah lama bekerja di toko itu, menjadi orang kepercayaan Toke-nya.
"Hampir lima belas tahun aku bekerja di toko ini," ujar Cipto.
Sehingga
Tokenya tak mengkhawatirkan apabila Cipto yang menjaga toko. Bahkan
ketika Tokenya pergi berlibur, Cipto yang menjaga toko itu. untuk Cipto,
disediakan kamar untuk ia tidur.
Dari lebaran pertama, Tokenya
sudah meninggalkan Medan. ia bersama keluarga berlibur ke Singapura.
Rencananya mereka akan menghabiskan satu minggu di sana.
Cipto
yang tinggal sendiri di toko yang sekalian di jadikan rumah itu, merasa
tersanjung di beri kepercayaan yang begitu besar. Kepercayaan yang
diberikan Tokenya, dijaganya sebaik mungkin.
Ciptopun merawat
toko itu sebaik rumahnya sendiri. Meskipun tak membuka toko itu, Cipto
tetap saja merapikan barang-barang dagangan yang ada di dalam toko. Ia
menyusun sebaik mungkin barang dagangan yang akan kembali di jual
setelah lebaran.
Tepatnya malam lebaran keempat, Cipto keluar
rumah. Waktu masih menunjukkan pukul delapan malam. Ia keluar rumah
untuk mengisi perutnya yang kosong.
Setelah makan malam, ia tak
langsung pulang ke toko. Ia menikmati malam ke plaza yang ada di dekat
sana. Sambil menikmati pemandangan di plaza itu, ia menghabiskan malam
dengan bermain time zone.
Tanpa terasa, waktu semakin larut.
Plaza itupun sudah hampir tutup. Hampir semua toko di plaza itu sudah
tutup. Karena terlihat sudah sepi pengunjung, Ciptopun menuruni
escalator.
Sesampainya diluar, Cipto tak juga langsung pulang. Ia
masih ingin menikmati malam. Sambil menghisap rokok di tangan, ia
memandangi satu persatu orang yang lalu lalang.
Setelah lelah
memandangi orang lalu lalang, Ciptopun beranjak pulang. Dengan langkah
gontai ia menyusuri jalan raya. Sesekali ia menaiki trotoar jalan,
sambil menyanyikan lagu kesayangannya.
Ketika kakinya memasuki pelataran toko, ia melihat sesuatu yang berjalan di aspal.
"Aku
pikir yang kulihat itu sebuah bola," ujar Cipto. Lama dipandanginya
benda yang bergelinding itu. semakin lama semakin dekat dengannya.
Ketika tepat di depannya, ia baru terkejut melihat benda itu. Ternyata
yang dilihatnya adalah kepala orang. Masih terlihat darah di bagian
lehernya.
"Sepertinya yang kulihat itu korban dari pembunuhan,"
ujar Cipto. Kepala yang bergelinding itu terus berjalan. Cipto yang
sempat ketakutan, langsung membuka tokonya. Sambil sesekali melihat
kepala orang yang menggelinding tersebut.
Ketika akan beranjak tidur, Cipto masih mengingat apa yang baru dilihatnya.
"Seakan kepala itu mencari badannya," Cipto menambahkan.
Itulah
kisah mistis yang pernah terjadi dari Terminal Sambu. Cerita itu lahir
dari beberapa kisah mistis yang ada. Banyak mahluk halus yang menyerupai
korban pembunuhan di terminal itu. Dan semoga dengan adanya tim pemburu
preman, tak ada lagi tindak kriminal di terminal itu. tak ada lagi
mahluk halus yang memiliki kesempatan untuk menjelma menjadi korban.