Kisah ini terjadi Ramadhan lalu. Saat itu Arya yang tengah libur
sekolah, mengunjungi rumah neneknya, di sebuah desa terpencil pedalaman
Dairi. Seperti desa-desa lainnya, jarak antara rumah yang satu dengan
lainnya berjauhan, pembatasnya pohon-pohon besar berdaun rindang.
Bagi
orang yang biasa hidup dengan gemerlapnya lampu-lampu kota, dan hiruk
pikuk suara kendaraan yang lalu lalang, keadaan di desa itu sangat
kontras. Dan itu membuat Arya berpikir dua kali untuk keluar rumah di
malam hari, terlebih di rumah neneknya belum ada penerangan listrik,
masih menggunakan lampu teplok.
Hari-hari diisi Arya dengan
menikmati kesejukan alam desa. Malamnya, ia habiskan dengan bercerita
dengan sang nenek hingga tertidur. Rutinitas itu dilakoninya sampai
lebaran tiba.
Memasuki Lebaran ketujuh, Arya terbangun dari
tidurnya. Perutnya terasa lapar. Tak ingin tidur dengan kondisi perut
yang “bermasalah”, meski masih pukul 3 pagi, dengan didampingi lampu
teplok, Arya beranjak ke dapur untuk mencari makanan.
Awalnya,
Arya cukup santai melahap makanan di piringnya. Namun tiba-tiba perasaan
tidak enak. Ia mendengar suara seperti ada orang yang mengunyah tulang.
Karena ingin mendengar lebih jelas, Arya menghentikan aktivitas
mengunyah. Dan secara bersamaan, suara kunyahan gaib yang didengarnya
pun ikut hilang.
Kemudian, Arya melanjutkan makannya, dan suara
gaib yang didengarnya samar-samar, kian jelas saja. Namun Arya coba
untuk tidak mempedulikan suara itu. Ia terus saja melahap makanannya
sampai habis. Selesai makan, dan karena tak lama lagi waktu Subuh akan
tiba, Arya pun tidak kembali ke peraduan, ia hanya duduk menunggu Subuh
di ruang tamu.
http://jojopradipta.blogspot.com/
Akhirnya waktu Subuh pun tiba. Arya yang telah
bersiap-siap untuk melaksanakan sholat fardu itu, beranjak ke kamar
mandi untuk mengambil air wudhu. Namun ketika berada di dalam kamar
mandi, Arya mendengar suara gemerisik dari balik jendela, seperti ada
orang yang ngobrol.
Karena merasa terusik dengan suara itu, Arya
pun berencana mengusir orang yang berbincang itu. Arya membuka jendela.
Sambil berteriak ia berucap, “Hei…bising!”
Tapi, seketika itu
pula ia terhenyak. Jantungnya mendadak berdegup kencang melihat sosok
yang berdiri tepat di hadapannya. Arya tak mampu lagi berkata-kata. Di
hadapannya berdiri tegak mahluk tak berkepala.
Melihat mahluk
gaib itu, Arya pun tak kuasa menahan diri. Seketika itu juga matanya
berkunang-kunang dan akhirnya ambruk menyentuh tanah. Ketika ia siuman,
Arya sudah berpindah tempat, tak lagi di kamar mandi, melainkan di kamar
tidurnya, didampingi oleh sang nenek.
Kondisinya ketika itu
lemah. Suhu tubuhnya tinggi. Arya sudah mencoba untuk mengangkat kepala,
namun terasa begitu berat. Arya begitu shock melihat mahluk halus
mengerikan itu. Karena itu pula, Arya harus terbaring selama seminggu.
Dan setelah pulih, ia pun kembali ke Medan, dengan membawa kisah
mengerikan.