Minggu, 04 Desember 2011

YAJEE ,RITUAL TELEPATI SUKU AMAZON

Keahlian berkomunikasi dengan makhluk angkasa luar dengan telepati kabarnya dimiliki oleh sekelompok masyarakat terasing di Amazon. Sebelum melakukannya mereka biasanya melakukan sebuah upacara ritual dengan minum-minuman yang terbuat dari pohon anggur liar yang tumbuh merambat yang mempunyai nama botani Banisteriopsis caapi.
Minuman tersebut mereka sebut Yajee. Jika diteliti secara ilmiah, minuman tersebut memang mengandung zat-zat kimia yang bersifat halusinogen, seperti yang terdapat dalam obat-obatan psikotropika. Bedanya jika halusinasi dari obat-obatan tersebut menghasilkan gambaran yang sangat variatif antara satu orang dengan yang lainnya, tidak demikian halnya dengan Yajee.
Bahkan pada orang yang baru saja memakai Yaje dan sama sekali tidak mengenal budaya masyarakat tersebut, ia akan mengalami gambaran halusinasi yang sama, yaitu berupa harimau atau ular besar. Ketika para seniman diminta untuk melukis setelah meminum Yajee, hasilnya boleh dikatakan standar. Sehingga seseorang bisa mengenali apakah gambar itu dibuat setelah minum dua, tiga atau empat gelas Yaje.
Efek lain dari minuman tersebut adalah membuat orang yang meminumnya mempunyai kemampuan untuk memasukkan pikirannya ke dalam benak orang atau makhluk lain. Kemampuan tersebut dikenal dengan telepati, yang dipicu oleh zat yang terkandung dalam minuman yang disebut dengan harmine. Itulah yang menerangkan kenapa dukun di sana dengan mudahnya ‘mendatangkan’ binatang dari hutan untuk dijadikan hewan persembahan.
Sebenarnya efek halusinogen tidak harus datang dari zat kimia obat-obatan ataupun tanaman. Pada dasarnya adalah bagaimana memicu kemampuan perspektif dari otak. Nyatanya banyak praktek dukun yang tidak memakai obat-obatan. Mereka bisa mendapatkan kondisi ‘tak sadar’ cukup misalnya dengan memukul genderang, meditasi, tarian hiruk pikuk ataupun berpuasa.
Kondisi khusus di mana orang bisa memproyeksikan pikirannya pada orang lain, sebenarnya dapat dijelaskan secara ilmiah. Banyak halusinogen dikenal sebagai penyebab berbagai tahap synaesthesia, yaitu terbentuknya gambaran menurut indera tertentu akibat rangsangan indera lain. Dalam kondisi ini orang bisa mampu ‘mendengar’ warna, ‘mengecap’ bentuk, ataupun ‘melihat’ suara.
Pada beberapa orang, synaesthesiamalah merupakan kemampuan permanen, semacam indera tambahan yang dibawa sejak lahir dan diturunkan. Dalam penyelidikan tentang synaesthesia, ditemukan bahwa ada keseragaman dalam indera penerimaan mereka. Not B-mol, misalnya, selalu memunculkan warna hijau, sedangkan A-kruis dikenali sebagai kuning.
Ada kemungkinan juga synaesthesia bukanlah bakat aneh, namun potensi yang terdapat pada manusia umum. Mereka yang mampu mengalami synaesthesia barangkali tidak mempunyai zat dalam gen yang mampu menghambat munculnya kemampuan itu.
Loading